Aku hari ini masak ayam goreng dan sayurnya daun ubi tumbuk tapi enggak pake santan biasa saja di rebus.
Biasa, aku sudah lama tidak makan ubi daun tumbuk.
Tetangga sebelah sering masak jengkol, baunya sangat menyengat sekali.
Aku tidak tahan aromanya, aku keluar dari kosan dan duduk santai di teras.
Aku buka pintu kosan agar baunya hilang.
Di lingkungan kosan ku bertambah 2 orang lagi yang terkena covid. Wah, parah sekali padahal kemarin sudah 4 orang.
Jadi, totalnya sekarang ada 6 orang yang terkena covid.
Jadinya, aku tidak pergi kemana-mana hanya di rumah saja dan rebahan sambil mendengar radio.
Huhh ... Kesal sekali enggak bisa pergi kemana-mana.
Semua mall sudah di tutup, Alfamart dan Indomaret tetap buka, toko-toko yang lain juga di tutup, jalan-jalan sebagian di tutup.
Jadinya, serba sulit dan tidak tahu lagi harus kemana.
Di kosan terasa bosan dan sangat membosankan.
Kemarin tanggal 9 Juli, aku sudah di vaksin yang pertama di Jiexpo Kemayoran Jakarta pusat yang daftar ribuan orang, menggunakan KTP seluruh Indonesia, tapi tidak semua kedapatan vaksinnya, di undur sampai tanggal 11 Juli kemarin.
Saat di vaksin rasanya seperti di gigit semut, ada sampai menjerit karena kesakitan.
Sebenarnya dosis vaksin pertama masih belum parah/sewajarnya saja di berikan.
Nanti vaksin yang kedua tanggal 6 bulan Agustus ini baru dosisnya sangat tinggi di berikan lebih dari dosis vaksin yang pertama.
Panjangnya proses demi proses yang di ikuti, aku pergi pukul 12:15 siang tiba disana pukul 03:00 sore.
Aku naik kreta dari stasiun Bogor ke Stasiun Rajawali, ada 2 jam lebih di perjalanan.
Tiba di stasiun Rajawali, angkot enggak ada yang ada bajaj.
Ya, aku naik bajaj saja ada setengah jam di perjalanan.
Sampai di lokasinya langsung masuk, aku di berikan tiket untuk di isi sebagai salah satu peserta vaksin.
Wah, gedungnya sangat luas sekali, orang-orang banyak yang antri.
Bayangkan saja 3 jam antri, belum bisa makan siang.
Takutnya antri lama, aku sabar berdiri berjam-jam demi, ‘saya sudah di vaksin.’
Cuaca panas sekali karena berada di dalam gedung, jadinya terasa panas sekali dan tidak ada AC.
Wah, aku melihat orang-orang padat sekali berjejeran berdiri panjang ke belakang.
"Aku sudah merasa lapar sekali, bagaimana ini?"
tanya ku dalam hati.
Ya, aku harus tetap bertahan sampai vaksinnya aku dapatkan.
Akhirnya aku dapat vaksin juga. Suhu tubuh ku 36, 2 ; tensi ku 122/77, masih normal.
Aku di periksa oleh petugas tentara, yang memberi suntik juga petugas tentara.
Jika sudah di vaksin, efeknya mau tidur, mau makan, malas gerak, serta demam.
Tapi Puji Tuhan, aku hanya merasa mudah lelah sehingga gampang tertidur, tidak ada mood makan/sama seperti belum di vaksin, demam hanya sekali.
Tidak boleh mandi saat pertama di vaksin, esok paginya baru bisa mandi.
Karena dosisnya biar berjalan ke seluruh tubuh.
Saat di vaksin, badan ku kembali fit, aku merasa kebal dan tidak bersin-bersin lagi.
****
Aku sangat merasa sedih sekali, begitu banyaknya korban yang terkena dan sampai meninggal dunia.
Kita sebagai manusia harus taat, tidak harus menyebar yang bukan-bukan hanya menambah rasa khawatir saja.
Isolasi mandiri di rumah jauh lebih baik, di Rumah Sakit juga sudah penuh pasien, bukan berkurang melainkan bertambah.
Untuk itu tetap jaga kesehatan, perkuat iman dan imun tubuh, jangan pergi kemanapun jika tidak perlu.
Pemerintah sudah memberikan yang terbaik akan pelayanannya bagi masyarakat di sekitar.
Manusia sering kali mengeluh dan terus mengeluh, padahal napas yang di berikan Tuhan adalah salah satu yang harus di syukuri bahkan lebih dari itu.
Tuhan sangat baik, Dia tahu segala yang kita alami dan ujian yang Dia berikan untuk memperkuat iman kepercayaan kita padaNya.
Maka, jadilah manusia yang taat dan bersyukur, pasti hidup mu akan jauh lebih baik dan lebih terarah.
Aku hari ini hanya di kosan saja, rebahan dan membaca novel/buku ilmiah sangat aku suka, semoga badai segera berlalu dan kembali normal.
Tiba-tiba suara handpone ku berdering, tidak kedengaran sama sekali karena nadanya aku off jadinya yang menelepon ku ada memanggil sampai 3 kali baru aku angkat, ternyata Gloria yang memanggil, ada apa ya dia menelepon ku.
Aku langsung angkat teleponnya.
****
“Hai, An, kamu sedang apa?”
tanya Glo.
“Hai, Glo, aku sedang santai di kosan. Kamu apa kabar, sedang apa?” tanya ku.
“Kabar baik, An, biasa sedang duduk santai saja.” Jawab Glo.
“Ya, Glo, di lingkungan kosan ku masih di lockdown. Di Bandung, lockdown?” tanya ku.
“Ya, An, masih. Parah sekarang jalan-jalan tol pada di tutup, mall, toko-toko, usaha-usaha yang lain juga. Suntuk sekali, An.” Jawab Glo.
“Ya, kita berdoa saja, Glo. Badai pasti berlalu!” Ucap ku.
“Ya, An, kamu masak apa?”
tanya Glo.
“Aku masak sayur buncis di tumis kentang sama ikan sampah balado.” Jawab ku.
“Humm ... Pasti enak sekali, An! Ingin coba masakkan mu, tapi kamu jauh.” Ucap Glo.
“Hmm ... Kamu masak apa, Glo?” tanya ku.
“Biasa, tumis sayur kangkung dan sambal tahu tempe kecap.”
Jawab Glo.
“Wah, pasti enak sekali. Glo doakan ya biar aku cepat dapat kerja sekalian pasangan hidup di Kota Bogor ini, mama sudah ingin gendong cucu.” Ucap ku.
“Pasti, An, kamu harus yakin dan percaya, semua indah pada waktunya.” Jawab Glo.
“Trim’s, Glo. Aku tutup dulu ya, mau ke kamar mandi.” Ucap ku.
“Hahah ... Kamu kebelet, An? Ok, deh!” Jawab Glo.
“See you, Glo.”
“See you too, An.”
****
Aku dan Ribka akhir-akhir ini tidak lagi pergi kemanapun.
Keadaan lingkungan masih di lockdown, jadinya aku berdiam diri di kosan.
Di kosan rasanya suntuk sekali, rebahan meluluh, baca novel, memasak, sering termenung, dan tidak menentu.
Tetangga sebelah ternyata belum di vaksin, anaknya sudah sakit lama ada seminggu.
Jadinya, tetangga sebelah isolasi mandiri di rumah.
Semakin hari, semakin menjadi saja banyak yang menjadi korban.
“Tuhan ... Hanya padaMu ku berserah,” biarlah Engkau yang melindungi dunia ini."
Dunia ini terlalu kejam, sebagian masyarakat mulai panik dan menyerah.
Tapi ku tahu Engkau sedang bekerja, melihat dari atas sana permasalahan yang sedang kami alami, semua karena atas kehendakMu. Engkau yang ubahkan seluruh dunia ini menjadi dunia yang hidup.
"Aku hari ini mau ngapain, ya?"
Aku bingung sendiri. Ribka banyak temannya di sekitar lingkungannya, sedangkan aku hanya sendirian tidak ada teman.
Entah, sampai kapan begini. Dunia ini juga sedang terbalik, tidak tahu lagi mana yang benar juga salah.
Aku hanya berada di tengah saja, mencari setiap permasalahan dan solusinya.
Suatu saat nanti pasti ku temukan teman dan pendamping hidup yang terbaik.
Aku menelepon mama hari ini, penasaran mama sedang apa dan sama siapa saja.
****
“Hai, Ma, apa kabar? Sudah lama tidak telepon mama.” Ucap ku.
“Hai, An, mama baik-baik saja. Kamu apa kabar? Ya, kamu sibuk disana?” tanya mama.
“Enggak sibuk sama sekali, Ma. An, baik-baik saja disini.” Jawab ku.
“Sepertinya, kamu bosan sekali di kosan. Kamu pulang saja, buat apa di Bogor lama-lama tidak ada kerjaan. Buang waktu kamu saja!” Ucap mama.
“Ya, Ma, An juga mau pulang ke rumah, tapi nanti di bulan 12 ini.” Jawab ku.
“Ya, kamu pulang di bulan Desember saja! Bantu mama buat kue, karena kakak-kakak mu juga belum tahu pulang/enggak. Gara-gara si Corona lah ini, semua jadi sulit.” Ucap mama.
“Ya, doakan mama saja biar aku dan kakak-kakak semua bisa pulang, natal juga tahun baru bisa merayakan bersama. Mama jangan khawatir, An pasti pulang.”
Ucap ku.
“Ya, mama selalu mendoakan kalian semua biar bisa pulang. Semoga natal dan tahun baru ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, walaupun di rumah saja.” Jawab mama.
“Ya, semoga saja, Ma. An, selalu berdoa yang terbaik.” Ucap ku.
“Di lingkungan kosan mu masih di lockdown?” tanya mama.
“Ya, Ma, disini ada 6 orang yang sudah kenak dan isolasi mandiri di rumah.” Jawab ku.
“Ya, An, kamu harus berhati-hati, jaga kesehatan, minum vitamin, jangan suka berkumpul, walaupun tetangga kamu disana semua sudah berkeluarga. Ingat pesan mama, An.” Ucap mama.
“Siap, Ma, An pasti mengigat pesan mama dan melakukannya.”
“Ma, sudah dulu ya. An, mau mandi dulu tidak terasa sudah sore saja.”
“Ok, An, next time. See you, An.”
“See you too, Ma.”
Prolog : Setelah hujan reda kami lanjutkan perjalanan untuk pulang dan aku langsung masak makanan favorit anak kost adalah ‘indomie seleraku.’ Malamnya kembali hujan rintik-rintik datang dan membasahi teras halaman kost ku, petir yang begitu kuat, dan tiba-tiba lampu padam dan aku kesulitan untuk mencari lilin. Berharap lampu akan menyala malam ini tapi hampir 2 jam, belum nyala juga. Aku hampir terlelap dan hujan juga mulai redah dan esok pagi aku bangun kesiangan karena lelahnya semalaman. Karena aku bangun kesiangan dan akhirnya aktivitas menjadi tidak terlaksanakan. Aku kesal dan ingin memarahi diri sendiri karena terlanjur bangun kesiangan dan hanya bisa rebahan tapi sepertinya dia tak datang dan dia sangat berbeda dengan ku yang pemalas ini dan hanya suka rebahan jika tak ada pekerjaan yang jelas terpanggil. Aku kemarin sudah terpanggil dan terpanggil untuk kedua kalinya, ketiga kalinya bahkan berkali-kali tapi hasilnya sama saj
Hari ini mama sedang apa, ya? tanya ku dalam hati. Semua pekerjaan sudah selesai, aku ingin sekali menghubungi mama untuk tahu kabarnya hari ini. Tapi pulsa aku sudah mau habis, aku sebentar ke warung yang dekat untuk isi pulsa. Dengan langkah yang cepat aku melangkah ke luar dan aku melihat di luar keadaannya tidak baik sekali. Tetap aku keluar dan pukul 10:00 pagi aku menghubungi mama. Aku menghubungi mama tapi tidak diangkat, mungkin mama lagi keluar atau benar-benar sibuk ya, aku selalu bertanya dalam hati. Ya, sudah aku tunggu saja dulu dan sorenya aku langsung menghubungi mama dan mama mengangkat telepon ku. ***** “Hi, Ma, apa kabar? Sudah lama sekali aku tidak menghubungi mama.” “Mama hari ini sibuk ya? Tadi pagi aku telepon enggak masuk.” “Enggak, An. Mama di rumah saja, kok dan kabar mama baik.” “Kamu, apa kabar? Lama sekali menghubungi mama dan baru kali ini, An.” “Baik-baik ya, An di
"Rib, aku mampir ke rumah mu, ya? Di kosan juga bosan.” “Bukannya, kamu tadi mau balik, An?” “Kamu juga belum pernah main ke rumah.” “Di rumah ada anjing galak, An. Semoga kamu tidak takut nantinya.” “Wah, kamu punya anjing, Rib?” “Ya, An. Mari kita berangkat.” “Sampai di rumah nanti, kamu jangan diam saja, An.” “Kamu harus mengajak ngobrol anjing ku nanti.” “Ah, kamu ada-ada saja, Rib. Memangnya anjing bisa berbicara?” “Hehe ... Kalau kamu yang mengajak pasti anjing aku semangat, An.” “Rib, sudah ya bercandanya. Nanti kita terlambat ke rumah kamu, nih.” “Hmm ... Santai saja, An. Rumah ku tidak jauh dari sini, sekitar 2 jam sudah sampai.” ***** Aku dan Ribka menuju balik ke rumahnya dengan motor yang dia bawa. Dia melaju dengan cepat dan aku dibuatnya deg-deg an, baru pertama kalinya naik motor dan sebelumnya tidak
Hari ini adalah weekend, rencana mau pergi ke Mall, sepertinya tutup semua karena sudah di umumkan baik toko, tempat pariwisata, juga mall. Virus Corona semakin tersebar di mana-mana untuk itu demi mencegah tidak ada lagi kejadian berikutnya. Ya, aku berdiam diri di kosan terasa bosan dan sepi. Mau bagaimana lagi dan harus melakukan apa yang di perintahkan demi menjaga diri sendiri juga keadaan sekitar. ***** “Hai, Ma, apa kabar? An, sudah lama tidak telepon mama, nih.” “Ya, An, Mama baik-baik saja. Kamu sendiri apa kabar, An?” “Kabar ku baik, Ma. Mama lagi apa sekarang?” “Mama lagi di rumah aja, nih. Keluar juga malas sekali An karena Corona.” “Ya, sama dengan ku juga. Aku di rumah juga, Ma.” “Ya, An kamu jaga diri baik-baik di sana dan jangan kemana-mana, jika penting ya keluar dan pake masker jangan lupa. Karena di luar sana keadaan lagi memburuk.” “Ya, Ma, An akan ingat semua kata-kata mama
Akhirnya pukul 03:00 sore saja, aku harus siap-siap. Sebentar lagi Ribka akan datang menjemput ku, sore ini aku buat cemilan apa ya? Aku bingung karena yang ada hanya Indomie, telur, dan pisang. Aku masak pisang goreng saja, ternyata tepung terigu masih ada. Aku langsung memasaknya, takutnya Ribka datang lebih awal dan harus bergerak cepat. **** “An, kamu di kosan?” tanya Ribka di chat. “Aku di kosan, Rib. Kamu mau kemari ya?” tanya ku. “Ya, An, sebentar lagi mau kesana, ini sudah on the way.” “Ok, Rib, aku tunggu.” Jawab ku. Ribka segera ke kosan ku dengan membawa cemilannya. Ribka sangat bersemangat sekali karena membawa anjing kesayangannya untuk jogging. Bayangkan saja Ribka sangat sayang terhadap anjingnya, selalu di bawa kemana-mana. Saat Ribka bersedih, anjingnya tempat curhatnya, aku merasa aneh sendiri saat datang ke rumah Ribka. “Tok
Aku hari ini masak ayam goreng dan sayurnya daun ubi tumbuk tapi enggak pake santan biasa saja di rebus. Biasa, aku sudah lama tidak makan ubi daun tumbuk. Tetangga sebelah sering masak jengkol, baunya sangat menyengat sekali. Aku tidak tahan aromanya, aku keluar dari kosan dan duduk santai di teras. Aku buka pintu kosan agar baunya hilang. Di lingkungan kosan ku bertambah 2 orang lagi yang terkena covid. Wah, parah sekali padahal kemarin sudah 4 orang. Jadi, totalnya sekarang ada 6 orang yang terkena covid. Jadinya, aku tidak pergi kemana-mana hanya di rumah saja dan rebahan sambil mendengar radio. Huhh ... Kesal sekali enggak bisa pergi kemana-mana. Semua mall sudah di tutup, Alfamart dan Indomaret tetap buka, toko-toko yang lain juga di tutup, jalan-jalan sebagian di tutup. Jadinya, serba sulit dan tidak tahu lagi harus kemana.&n
Akhirnya pukul 03:00 sore saja, aku harus siap-siap. Sebentar lagi Ribka akan datang menjemput ku, sore ini aku buat cemilan apa ya? Aku bingung karena yang ada hanya Indomie, telur, dan pisang. Aku masak pisang goreng saja, ternyata tepung terigu masih ada. Aku langsung memasaknya, takutnya Ribka datang lebih awal dan harus bergerak cepat. **** “An, kamu di kosan?” tanya Ribka di chat. “Aku di kosan, Rib. Kamu mau kemari ya?” tanya ku. “Ya, An, sebentar lagi mau kesana, ini sudah on the way.” “Ok, Rib, aku tunggu.” Jawab ku. Ribka segera ke kosan ku dengan membawa cemilannya. Ribka sangat bersemangat sekali karena membawa anjing kesayangannya untuk jogging. Bayangkan saja Ribka sangat sayang terhadap anjingnya, selalu di bawa kemana-mana. Saat Ribka bersedih, anjingnya tempat curhatnya, aku merasa aneh sendiri saat datang ke rumah Ribka. “Tok
Hari ini adalah weekend, rencana mau pergi ke Mall, sepertinya tutup semua karena sudah di umumkan baik toko, tempat pariwisata, juga mall. Virus Corona semakin tersebar di mana-mana untuk itu demi mencegah tidak ada lagi kejadian berikutnya. Ya, aku berdiam diri di kosan terasa bosan dan sepi. Mau bagaimana lagi dan harus melakukan apa yang di perintahkan demi menjaga diri sendiri juga keadaan sekitar. ***** “Hai, Ma, apa kabar? An, sudah lama tidak telepon mama, nih.” “Ya, An, Mama baik-baik saja. Kamu sendiri apa kabar, An?” “Kabar ku baik, Ma. Mama lagi apa sekarang?” “Mama lagi di rumah aja, nih. Keluar juga malas sekali An karena Corona.” “Ya, sama dengan ku juga. Aku di rumah juga, Ma.” “Ya, An kamu jaga diri baik-baik di sana dan jangan kemana-mana, jika penting ya keluar dan pake masker jangan lupa. Karena di luar sana keadaan lagi memburuk.” “Ya, Ma, An akan ingat semua kata-kata mama
"Rib, aku mampir ke rumah mu, ya? Di kosan juga bosan.” “Bukannya, kamu tadi mau balik, An?” “Kamu juga belum pernah main ke rumah.” “Di rumah ada anjing galak, An. Semoga kamu tidak takut nantinya.” “Wah, kamu punya anjing, Rib?” “Ya, An. Mari kita berangkat.” “Sampai di rumah nanti, kamu jangan diam saja, An.” “Kamu harus mengajak ngobrol anjing ku nanti.” “Ah, kamu ada-ada saja, Rib. Memangnya anjing bisa berbicara?” “Hehe ... Kalau kamu yang mengajak pasti anjing aku semangat, An.” “Rib, sudah ya bercandanya. Nanti kita terlambat ke rumah kamu, nih.” “Hmm ... Santai saja, An. Rumah ku tidak jauh dari sini, sekitar 2 jam sudah sampai.” ***** Aku dan Ribka menuju balik ke rumahnya dengan motor yang dia bawa. Dia melaju dengan cepat dan aku dibuatnya deg-deg an, baru pertama kalinya naik motor dan sebelumnya tidak
Hari ini mama sedang apa, ya? tanya ku dalam hati. Semua pekerjaan sudah selesai, aku ingin sekali menghubungi mama untuk tahu kabarnya hari ini. Tapi pulsa aku sudah mau habis, aku sebentar ke warung yang dekat untuk isi pulsa. Dengan langkah yang cepat aku melangkah ke luar dan aku melihat di luar keadaannya tidak baik sekali. Tetap aku keluar dan pukul 10:00 pagi aku menghubungi mama. Aku menghubungi mama tapi tidak diangkat, mungkin mama lagi keluar atau benar-benar sibuk ya, aku selalu bertanya dalam hati. Ya, sudah aku tunggu saja dulu dan sorenya aku langsung menghubungi mama dan mama mengangkat telepon ku. ***** “Hi, Ma, apa kabar? Sudah lama sekali aku tidak menghubungi mama.” “Mama hari ini sibuk ya? Tadi pagi aku telepon enggak masuk.” “Enggak, An. Mama di rumah saja, kok dan kabar mama baik.” “Kamu, apa kabar? Lama sekali menghubungi mama dan baru kali ini, An.” “Baik-baik ya, An di
Prolog : Setelah hujan reda kami lanjutkan perjalanan untuk pulang dan aku langsung masak makanan favorit anak kost adalah ‘indomie seleraku.’ Malamnya kembali hujan rintik-rintik datang dan membasahi teras halaman kost ku, petir yang begitu kuat, dan tiba-tiba lampu padam dan aku kesulitan untuk mencari lilin. Berharap lampu akan menyala malam ini tapi hampir 2 jam, belum nyala juga. Aku hampir terlelap dan hujan juga mulai redah dan esok pagi aku bangun kesiangan karena lelahnya semalaman. Karena aku bangun kesiangan dan akhirnya aktivitas menjadi tidak terlaksanakan. Aku kesal dan ingin memarahi diri sendiri karena terlanjur bangun kesiangan dan hanya bisa rebahan tapi sepertinya dia tak datang dan dia sangat berbeda dengan ku yang pemalas ini dan hanya suka rebahan jika tak ada pekerjaan yang jelas terpanggil. Aku kemarin sudah terpanggil dan terpanggil untuk kedua kalinya, ketiga kalinya bahkan berkali-kali tapi hasilnya sama saj