"Oh, ternyata kamu punya pacar?"Rafael tersenyum dingin, matanya menatap bolak-balik antara Amy dan Neo. Setelah itu, dia melihat ke arah Karina yang gemetar di pelukannya dan berkata, "Kamu mengkhianatiku untuk pria seperti ini? Karina, apakah kamu nggak punya akal sehat?""Rafael! Kenapa kamu memojokkanku?" teriak Karina yang sudah tidak tahan lagi.Sekujur tubuhnya gemetar tak terkendali, napasnya tidak teratur, Karina merasa sesak napas dan jantungnya sedikit sakit. "Apa aku harus mati sekarang, kamu baru puas?"Melihat Karina yang marah, dada Rafael seperti terkena pukulan keras, yang membuatnya sangat tidak nyaman.'Sebegitu bencinya dia padaku?''Kamu lebih memilih untuk mati daripada bersamaku?'Amarah Rafael semakin meluap. 'Karina, kamu kira kamu bisa menyingkirkanku dengan mudah?''Itu mustahil!'Saat ini, Amy tiba-tiba menyela, "Pak, sepertinya kamu sudah salah paham."Rafael menatap Amy dengan dingin.Amy menyadari sesuatu dan mengambil kesempatan dengan langsung memeluk
Ketika mereka melewatinya, Karina tahu Neo sedang menatapnya, tetapi dia tidak berani untuk mengangkat kepalanya, tidak berani menatap mata kecewa Neo.Sebenarnya, di dalam hatinya, Karina tahu bahwa yang paling dia takuti adalah melihat ekspresi jijik Neo.Jika melihat itu, Karina takut dirinya akan putus asa.Dia berusaha menahan dirinya untuk tidak menangis sampai membuat dadanya terasa sesak. 'Kenapa? Kenapa menjadi seperti ini?'Pada saat ini, Neo tiba-tiba melepaskan tangan Amy, memandang Karina dan bertanya dengan tenang, "Karina, aku hanya akan bertanya padamu sekali. Dia benaran pacarmu?""Neo!" teriak Amy.Karina langsung mengangkat kepalanya dan menatap Neo dengan mata berkaca-kaca. Setetes air mata mengalir dari sudut matanya dan dengan cepat jatuh ke tanah, tetapi juga menyebabkan riak di hatinya."Kalian nggak terlihat seperti pacaran. Jawab dengan jujur, apa pria ini memaksamu?" Neo menatap lurus Karina dan lanjut berkata, "Kalau kamu bilang ya, aku akan segera membawamu
Karina tiba-tiba memeluk leher Rafael, berjinjit, lalu mencium sudut bibirnya dengan lembut. Di saat bersamaan, dia melirik Neo dengan sudut matanya dan menemukan mata Neo memerah, seolah sangat terkejut.Rafael tidak menyangka Karina akan mengambil inisiatif menciumnya. Semua rasa kesalnya seakan-akan menghilang karena ciuman ini. Dia memeluk pinggang ramping dan menekan kepala Karina ke dalam pelukannya sambil menatap dingin ke arah Neo, yang seperti terkena pukulan berat. Alis Rafael sedikit terangkat, menunjukkan ekspresi sangat bangga."Kamu sudah tahu kebenarannya sekarang, jadi cepat pergi dari sini."Amy pun menarik Neo dengan kuat. Dia merinding ketika melihat pengawal berpakaian hitam yang hendak bergerak."Neo, tolong jangan ikut campur pertengkaran pasangan, itu urusan mereka berdua."Mendengar ini, Rafael menatap Amy dengan puas."Pacarmu lebih tahu diri daripada kamu. Mulai sekarang, kalau aku tahu kamu masih mengganggu Karina, akan kubuat kamu mengerti konsekuensi telah
"Apa menurutmu aku akan takut dengan Keluarga Stalin?" cibir Neo.Amy tertegun. Jika Neo hanya seorang dosen biasa, dia tentu tidak akan berani menyinggung Rafael.Selain berprofesi sebagai dosen, Neo menyembunyikan identitas putra ketiga pemilik Grup Pedro.Meskipun latar belakang Keluarga Pedro tidak sekuat Keluarga Stalin, mereka adalah perwakilan dari keluarga bangsawan generasi baru. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan mereka semakin berpengaruh di dunia internasional. Oleh karena itu, kedudukan mereka mulai sedikit mengimbangi keluarga bangsawan generasi lama.Intinya, kalaupun dia menyinggung Keluarga Stalin, mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa terhadapnya."Neo, kamu bilang kamu nggak akan menggunakan kekuasaan keluargamu selama masih menjadi dosen. Sekarang, apa kamu ingin mengingkari janjimu hanya demi seorang wanita?" tanya Amy dengan sedih.Ekspresi Neo terlihat datar, tetapi terlihat tekadnya yang bulat.Pandangannya terus tertuju pada kejauhan, cukup lama, lalu d
Sejak kejadian itu, Karina tidak bertemu Rafael selama beberapa hari. Mungkin Rafael dibuat sangat marah oleh Karina.Kali ini, Rafael mungkin tidak akan melihatnya lagi.Pada saat yang sama, Neo menghilang akhir-akhir ini karena dia mulai ada perjalanan bisnis.Hal ini malah membuat Karina merasa lega karena dia tidak perlu menghadapi Neo setelah kejadian itu.Karina merasa aneh jika harus tinggal di vila ini setelah bertengkar dengan Rafael. Terlebih lagi, Rafael juga menghindarinya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk pindah kembali ke asrama kampus, kembali ke kehidupan normalnya.Karina mulai mengemas barang-barangnya ke dalam kotak kardus. Dia berencana menyewa jasa pindahan untuk memindahkan semua barangnya. Karina meletakkan kunci perpustakaan dan kartu hitam yang tidak pernah dia gunakan yang diberikan Rafael itu di meja ruang kerja Rafael.Dalam tiga bulan terakhir, kehidupannya kacau karena Rafael, tetapi sekarang akhirnya kembali ke jalur yang benar.Hanya saja, suasana h
Karina tiba-tiba tertawa. Dia awalnya mengira dirinya akan sangat marah, tetapi kali ini, dia malah sangat tenang. "Hari itu, bukankah kamu tanya padaku, kenapa aku kesal saat melihatmu?""....""Apa kamu tahu, hanya karena kamu tertarik padaku, aku menjadi wanita simpanan yang dibenci orang-orang? Aku bisa saja dikeluarkan dari kampus karena hal ini. Selain itu, kelak bagaimana aku bisa menikah? Hidupku jadi kacau karena kamu. Menurutmu, apa aku nggak akan kesal saat melihatmu?""Beraninya kamu menikah!" Poin yang diperhatikan Rafael selalu berbeda dengan Karina.Karina terlihat sedikit lelah, mengusap keningnya dan berkata dengan tenang, "Akan ada hari di mana kamu bosan denganku. Setelah itu, aku tetap harus menjalani hidupku, 'kan? Nggak mungkin aku nggak menikah."Sekalipun dia memilih untuk tidak menikah, keluarganya pasti tidak akan setuju."Siapa bilang aku akan bosan?" tanya Rafael dengan kesal.'Kenapa wanita sialan ini menganggapku sebagai pria nggak setia?'"Oh ya?"Karina
Rafael harus mengakui bahwa dia sekarang sangat terobsesi dengan Karina.Pada akhirnya, Rafael melepaskan Karina sebelum Karina kehabisan oksigen. Selanjutnya, dia menekan Karina dengan kuat ke dalam pelukannya. Sambil merapikan rambut panjang Karina, dia berkata, "Karina, seumur hidupku, aku hanya pernah membuat janji pada satu wanita, yaitu kamu. Aku bilang akan menikahimu dan nggak akan berubah pikiran."Perkataan yang penuh kasih itu sama sekali tidak membuat Karina tersentuh. Dia mendengus dan berkata, "Kamu berkata seperti nggak pernah berubah pikiran saja. Rafael, kamu kira aku bocah tiga tahun?"Mendengar itu, Rafael menjadi marah dan berseru, "Kapan bukan karena kamu aku berubah pikiran? Karina, kamu kalau bicara pakai logika!"Karina seperti tidak mau kalah, menengadah dan memelototi Rafael. "Karena aku? Kalau begitu, bisa saja kamu akan berubah pikiran untuk menikahiku karena aku, 'kan? Rafael, kamu pembohong! Kamu bilang nggak ingin melihatku lagi, tapi kenapa menarikku kem
"Bolos saja," ujar Rafael dengan santai."Rafael, kalau kamu nggak bersikap mendominasi bisa mati ya?" Karina terlalu kesal untuk berdebat dengannya lagi. 'Kenapa orang ini egois sekali sih?'Rafael menghentikan langkahnya, berbalik dan menatap Karina. Dia memikirkan kata-kata Karina barusan dengan serius untuk sesaat, lalu menjawabnya dengan serius, "Kalau aku nggak bersikap dominasi padamu, sepertinya bisa mati."'Kalau begitu, kamu mati saja!'Karina mengumpat di dalam hatinya.Namun, Rafael seperti seorang kaisar. Di matanya, perlawanan Karina sama sekali tidaklah berguna."Bisa cepat sedikit? Kenapa kamu lambat sekali, kelak perusahaan mana yang mau mempekerjakanmu?" ujar Rafael yang baru selesai mandi, mendapati Karina masih belum bersiap-siap dan malah berdiri melamun."Aku perlu siap-siap apa lagi?" tanya Karina dengan tidak kesal. Menurutnya, dia sudah selesai bersiap-siap.Rafael melihat Karina dengan saksama. Di pandangannya, Karina berpakaian sangat kekanak-kanakan, seperti
"Kalian!" teriak Karina.Karina merasa kesal. Dia memandang para wartawan dengan marah, lalu hendak membungkuk untuk mengambil dokumen-dokumen yang berserakan di tanah. Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang ini peduli? Demi mendapatkan berita utama, mereka semua tidak segan-segan menggunakan cara apa pun.Dokumen yang tercecer di tanah itu sudah diinjak-injak oleh mereka sebelum sempat diambil Karina. "Cukup! Hubunganku dengan Pak Rafael memangnya ada hubungan dengan kalian?" teriak Karina dengan kesal sambil kembali berdiri tegak.Orang-orang itu sudah menghabiskan kesabaran Karina."Nona Karina, apakah Nona marah karena pernyataan kami benar? Apakah Nona benar-benar merayu CEO Grup Stalin demi bisa menjadi bagian dari keluarga kaya raya?""Nggak!" balas Karina dengan cepat."Jika tidak, bisakah Nona mengungkapkan bagaimana Nona dan Pak Rafael bertemu? Apakah Nona merasa bisa menjadi seperti Cinderella?""Benar, Nona Karina, Keluarga Stalin adalah keluarga terkenal. Apakah Nona y
Pada akhirnya yang mendapatkan keuntungan dari keseluruhan kejadian ini adalah Amy.Di dalam mobil.Karina berdebar-debar dan bergumam, "Hubungan kita telah diketahui publik, aku nggak tahu bagaimana reaksi dari pihak kampus ...."Memiliki hubungan dengan Rafael pasti akan menimbulkan sensasi. Karina tahu itu dan dia hanya berharap reaksi orang-orang tidak terlalu berlebihan.Namun, pasti akan menarik banyak perhatian orang terhadapnya.Karina menghela napas, dia merasa tidak ingin pergi ke kampus untuk sementara waktu.Begitu Karina selesai berbicara, Rafael sudah memegang tangannya. Sentuhan hangat itu membuat Karina terkejut. Karina menoleh, menatap Rafael dengan bingung. Terlihat Rafael sedang memandang keluar jendela mobil sambil menopang dagunya, seperti sedang menikmati pemandangan, dan berkata dengan datar, "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu."Wanita mana pun pasti akan tersentuh hatinya mendengar perkataan itu.Sudut mata Karina melengkung. Dia menggeser p
Karina menggeleng, raut wajahnya tampak bimbang. "Nggak, hanya saja ini terlalu mendadak, aku merasa belum siap.""Apa yang perlu kamu takutkan? Bukankah aku ada di depanmu untuk melindungimu? Kamu hanya perlu bersembunyi di belakangku dengan tenang," jawab Rafael dengan sangat santai dan lancar seakan-akan dia telah berlatih berkali-kali.Hati Karina menjadi hangat. Awalnya dia merasa sedikit bimbang, tetapi sekarang semuanya seketika menjadi jelas. Apa pun yang terjadi, bukankah Rafael selalu ada untuknya?Mengapa dirinya harus khawatir berlebihan?Karina pun mengangguk dengan bersemangat, tersenyum manis dan berkata dengan gaya menggemaskan, "Mulai sekarang, aku akan mengandalkanmu."Rafael mengangkat alisnya ketika dia melihat ekspresi antusias Karina dan berkata, "Kalau aku nggak melindungimu, aku harus melindungi siapa?"Mendengar itu, Karina tertawa lebih bahagia.....Setelah itu, atas permintaan keras Rafael, Karina baru bisa keluar dari ruang perawatan khusus di rumah sakit s
"Eh?" Karina mengusap hidungnya, lalu menatap Rafael."Kamu sudah tahu aku sebaik ini, jadi kamu menikah denganku atau nggak?" tanya Rafael sambil memegang dagu Karina, tersenyum lebar.Karina mengangguk mantap dan berkata, "Asalkan kamu mau menikahiku, aku akan menikah denganmu."Rafael benar, jika kamu ingin memakai mahkota, harus siap menanggung bebannya. Rafael telah melakukan begitu banyak hal untuknya, lalu mengapa dirinya tidak menghadapi orang-orang yang datang untuk memprovokasinya demi Rafael?Jika sudah mencintai, mengapa dirinya tidak sanggup menghadapi sedikit kesulitan demi Rafael?Mendengar jawaban yang pasti, Rafael tersenyum lebar, matanya yang hitam penuh arti. "Kamu yakin?"Karina mengangguk tegas. "Aku yakin."Tiba-tiba, Rafael menekan bahu Karina, menghela napas panjang dan berkata, "Sekarang aku merasa lega.""Eh?"Karina tertegun, matanya berkedip-kedip. 'Apa maksudnya?'Ekspresi Rafael tiba-tiba tampak serius, menatap ke arah Karina dan berkata dengan sungguh-su
Dia bilang ingin berjalan bersama dengan Rafael, tetapi tidak dapat melakukan banyak hal untuk Rafael dan ini membuatnya merasa sangat tidak berdaya.Karina menghela napas, sorot matanya berkilap dan dia bertanya dengan tidak percaya diri, "Rafael, kenapa kamu begitu baik padaku? Kupikir aku sudah cukup baik, tapi setelah bersamamu, aku baru menyadari kalau aku masih jauh dari cukup baik. Apa aku benar-benar bisa menjadi wanita yang berdiri di sisimu?""Bisa atau nggak kamu menjadi wanita yang berada di sisiku, itu terserah padaku. Aku bilang kamu bisa, maka kamu bisa.""Tapi aku masih belum cukup baik," ujar Karina sambil menggigit bibirnya, kembali merasa ragu."Oh?""Aku punya temperamen yang buruk."Rafael mengangguk, mengakuinya, "Memang, temperamenmu ini sulit ditoleransi oleh kebanyakan orang. Selain itu, kamu suka mempermasalahkan hal-hal kecil, seperti landak yang bisa menyakiti orang jika ia terdesak."Mendengar komentar itu, Karina makin merasa tertekan, "Dan aku juga nggak
"Bukan begitu!" Karina tiba-tiba menjadi emosional, lalu berkata dengan tergesa-gesa, "Aku sungguh menyukaimu!""Tapi kamu bahkan nggak memiliki keberanian untuk menghadapi masa depan bersamaku. Kalau kamu ingin memakai mahkota, berarti harus siap menanggung bebannya. Apa kamu bahkan nggak mengerti prinsip ini?""Aku mengerti semua itu!""Kamu benar-benar mengerti?" Rafael mengangkat alisnya.Karina mengangguk dengan tegas, dia menggigit bibirnya dan wajahnya terlihat sedikit bingung."Aku sudah memikirkan semua ini sejak lama, tapi ... aku kurang percaya diri," ujar Karina.Karina menundukkan kepala, suaranya melemah, "Dibandingkan berurusan dengan keluargamu dan teman-temanmu, aku lebih suka berada di laboratorium dengan peralatan dingin. Aku punya temperamen yang buruk, kalau ada orang yang membuatku kesal, aku akan membalasnya. Nggak masalah kalau hanya dengan orang luar, tapi kalau itu terjadi pada orang-orang terdekatmu, aku khawatir akan membuat mereka marah. Aku nggak ingin mem
Karina tercekat.Melihat ekspresi konyol Karina, Rafael tersenyum dan mencubit wajah kecilnya. "Kenapa? Kamu sangat bahagia sampai nggak bisa berkata-kata?" tanya Rafael.Karina mengatupkan bibirnya dan menghindari tangan Rafael. Dia menyipitkan matanya dan berkata dengan muram, "Bukankah aku sudah memberitahumu untuk nggak bercanda? Hal ini nggak mungkin terjadi.""Kenapa?" tanya Rafael, yang senyumannya sedikit memudar, sambil menatap Karina.'Kenapa?'Karina juga menanyakan hal sama pada dirinya sendiri di dalam hatinya.Karena kesenjangan status di antara mereka terlalu besar. Meskipun sekarang mereka bersama, tidak ada jaminan mereka tetap dekat seperti ini di masa depan.Dua orang dengan nilai dan pandangan hidup yang berbeda, Karina tidak berpikir mereka bisa melangkah jauh bersama.Secara rasional, dia dan Rafael tidak akan pernah bisa mencapai akhir, jadi sebaiknya mereka menghentikan hubungan ini. Akan tetapi, secara emosional, putus setelah jatuh cinta lebih sulit dari per
'Kenapa reaksi Rafael malah aneh?'Tepat ketika pikiran Karina melayang ke mana-mana, Rafael tiba-tiba tersenyum. Senyuman yang menghiasi wajah tampannya itu sungguh membuat orang terpesona."Karina, jujur saja, cara kamu mengungkapkan perasaanmu berstandar rendah, nggak ada tekniknya sama sekali. Di antara wanita yang pernah menyatakan perasaannya padaku, kamu mungkin yang terburuk.""...."Senyuman Karina memudar.Namun, Rafael melanjutkan tanpa menyadari perubahan ekspresi itu, "Aku sarankan kamu untuk belajar bagaimana menyatakan cinta. Apa yang kamu katakan terlalu lugas dan nggak romantis sama sekali."Kali ini, senyuman di wajah Karina sepenuhnya hilang, lalu terdengar suara gertakan gigi.'Siapa pun tolong seret bajingan bermulut tajam ini keluar dari sini!''Di tengah suasana yang begitu indah, bisa-bisanya dia mengungkit wanita lain! Nggak hanya itu, dia bahkan mengatakan cara aku menyatakan perasaanku adalah terburuk!''Romantis! Romantis!''Kalau kamu begitu ingin romantis,
Karina bingung, dia menempelkan pipinya ke dada Rafael, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan merasakan detak jantungnya sendiri ikut sinkron.Karena begitu dekat, dia sepertinya dapat merasakan Rafael sedikit gemetar, gemetar yang disebabkan oleh rasa takut.'Dia sebenarnya sangat takut, bukan?'Karina berpikir, meskipun dirinya tidak bodoh, sebodoh apa pun dirinya pada saat ini, dia tetap tahu bahwa Rafael gemetar karena dirinya. Dirinya yang tiba-tiba menghilang pasti membuat Rafael sangat panik.Dia ingin memeluknya kembali Rafael dan memberitahunya bahwa dia ada di sini sekarang, bahwa dia tidak menghilang dan tidak akan menghilang.Begitu dia bergerak, Rafael menghentikannya dengan suara rendah."Jangan bergerak."Gerakan Karina tiba-tiba berhenti. Karina berbisik di pelukannya, "Rafael, apa kamu takut?"Berdasarkan sikap biasanya, Rafael pasti akan menyangkalnya. Bagaimana mungkin dia yang begitu arogan membiarkan dirinya merasakan ketakutan?Tepat ketika Karina mengira Ra