"Bolehkah?" Karina mendongak, merasa sedikit terkejut."Ya." Melihat mata Karina berbinar-binar, Neo pun tertawa kecil. Pandangannya kemudian beralih ke Jonny yang berada di belakang Karina dan berkata, "Tapi, temanmu ....""Nggak apa-apa!"Karina langsung menjawab, tetapi begitu menyadari bahwa dirinya terlalu antusias, dia segera menundukkan kepalanya.Jonny yang tidak dipedulikan itu langsung tidak bisa berkata-kata.Kembalinya Neo seperti sebuah obat yang langsung menyembuhkan semua kegelisahan Karina.Pada saat ini, Karina seperti sudah melupakan semua masalah yang tidak menyenangkan itu. Yang ada di benaknya hanyalah pria yang sudah lama dia taksir ini.Namun, kegembiraannya ini tidak berlangsung lama.Karina tidak menyangka bahwa Neo, seorang dosen di sebuah universitas, ternyata tinggal di perumahan yang terkenal untuk orang-orang kaya. Kemudian, ketika mereka tiba dan Neo membukakan pintu, seorang wanita berambut pirang keluar dan mencium Neo dengan sangat mesra. Pemandangan i
Sang sopir tidak menyangka ada orang yang tiba-tiba menyeberang. Dia segera menginjak rem, tetapi karena jarak yang terlalu dekat, penyeberang itu pun jatuh ke tanah.Rem mendadak ini membuat mobil berguncang kuat, pria yang duduk di jok belakang terkejut dan bertanya, "Apa yang terjadi?"Keringat dingin mengucur di dahi sopir. Dia berbalik dengan gugup dan menjawab, "Tuan Muda, sepertinya saya sudah menabrak seseorang."Selesai berbicara, sopir itu segera keluar dari mobil untuk mengecek.Pria yang duduk di belakang sedikit mengernyit, menyingkirkan dokumen-dokumen di tangannya dan ikut keluar dari mobil.Hujan lebat disertai angin kencang tidak berhenti menerpa.Sepatu kulit yang mengkilap seperti baru langsung ternodai air hujan, tetapi si pemiliknya, pria itu, tidak peduli. Pria itu melihat ke arah penyeberang jalan yang jatuh berlutut di tanah. Begitu dia melihat wajah si penyeberang, muncul kerutan di tengah-tengah alisnya.Suaranya yang tidak ada emosi apa pun itu terdengar di t
Rafael bukanlah orang yang lembut dan perhatian. Meskipun duduk bersebelahan, dia tidak peduli dengan Karina yang terus menggigil. Dia duduk di dekat pintu dengan kepala menghadap ke jendela, melihat pemandangan hujan lebat yang sebenarnya tidak menarik untuk dilihat.Setelah mobil melaju agak jauh, Karina menengadah setelah memastikan dia tidak akan bertemu Neo. Seluruh tubuhnya basah kuyup dan terlihat sedikit menyedihkan.Dia dengan hati-hati menatap pria tampan di sampingnya, dengan suasana hati yang agak rumit, dia berkata, "Cukup antar aku sampai di sini, aku ingin turun, bisa pinggirkan mobilnya?"Hanya ada keheningan.Karina mengira mungkin suaranya terlalu kecil sampai tidak kedengaran oleh pria di sampingnya. Namun, ketika dia hendak berbicara lagi, Rafael berkata dengan suara datar, "Karena kamu sudah datang menghampiriku, ke tempatku saja.""Eh?"Karina bingung. Dia merasa pria itu telah salah memahami sesuatu, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya.Menghadapi
Rafael tidak keberatan dia duduk di sana. Dia menutup ponselnya setelah mengatakan beberapa kata singkat.Rafael kemudian berjalan ke arah Karina. Semakin Rafael mendekat, jantung Karina berdegup semakin kencang. Seluruh tubuh Karina menjadi kaku. Karina masih menundukkan kepalanya dengan tangan di atas lutut dan sama sekali tidak berani mengeluarkan suara.Karina membenci dirinya yang penakut seperti ini. Dia berpikir jelas-jelas dirinya adalah korban, tetapi mengapa dia selalu tidak bisa mengangkat kepalanya di depan pria ini?Sebenarnya, Karina tidak perlu mempermasalahkan hal ini karena sikap kebanyakan orang bahkan lebih buruk ketika berada di depan Rafael.Ada orang-orang yang dilahirkan dengan aura yang mendominasi. Mereka seperti seorang raja tanpa peduli berada di zaman apa.Rafael sudah berdiri di depan Karina. Ketika dia mengulurkan tangannya, Karina refleks menghindar dengan ketakutan. Melihat ini, alis Rafael terangkat dan berpikir apakah dirinya terlihat seperti bintang b
Di tangan Rafael ada kantong berisikan es, dia awalnya bermaksud memberikan kompres itu kepada Karina. Dia tidak menduga, begitu dia keluar, dia melihat Karina perlahan-lahan berjalan menuju pintu depan.'Apa yang ingin wanita ini lakukan lagi?''Bukankah dia ingin ada hubungan denganku lagi makanya bersusah payah seperti ini untuk bisa datang ke rumahku? Terus kenapa dia bersikap seperti sangat nggak menyukaiku? Apa dia ingin menggunakan trik jual mahal lagi?'Rafael tahu bahwa pria mungkin sangat menyukai trik itu, tetapi jika berpikir bisa memikat hatinya dengan menggunakan trik ini secara berulang-ulang, Rafael hanya akan merasa wanita ini sangatlah bodoh. Jika si pria tidak peduli dengan si wanita, trik seperti itu hanyalah sebuah kekonyolan di mata si pria.Rafael hanya melihat Karina berjalan ke pintu. Begitu Karina meletakkan tangannya di pegangan pintu, suara alarm rumah berbunyi.Karina kaget sampai sangat ketakutan, seluruh bulu kuduknya bahkan berdiri. Dia melihat sekelilin
Karina mengangguk dan dengan gugup menggenggam ujung bajunya. Bajunya yang basah membuatnya merasa tidak nyaman. "Nggak baik aku berlama-lama di sini, terima sudah menyelamatkanku, aku nggak akan muncul di hadapanmu lagi."Rafael tampak sedikit kesal. Mungkin karena trik yang digunakan Karina tidak seperti pada umumnya, dia jadi tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan Karina. Atau mungkin karena Karina yang saat ini basah kuyup terlihat seperti menggodanya, membuatnya tidak bisa tenang.'Apa sebenarnya tujuan wanita ini? Benarkah hanya kebetulan muncul di depanku? Tapi kenapa dia bisa berada di sini dan dengan kebetulan bertemu denganku? Perumahan ini hanya ada orang-orang kaya, perlu sekitar 20 menit berkendara kalau ingin ke perumahan biasa. Kalau dia nggak ada motif tersembunyi, kenapa dia muncul di sini?''Kalau dia ingin menarik perhatianku, aku bisa ucapkan padanya selamat, kamu sudah berhasil!'"Kalau kamu ingin bersamaku, sebaiknya kamu nggak bermain trik jual mahal lagi.
Saat ini, hujan badai telah membuat langit menjadi gelap, seakan-akan dunia akan segera berakhir.Karina berjalan sambil menjinjitkan kakinya yang terkilir itu berjalan dengan susah payah di sisi jalan, menerobos hujan deras yang tidak berhenti mengguyurnya. Meskipun hampir tidak bisa membuka matanya di tengah cuaca seperti ini, dia tidak mengeluh sama sekali karena ini adalah pilihan yang dia ambil sendiri.Setelah berjalan cukup lama, Karina tiba-tiba merasa ada sesuatu yang kurang.Begitu wajah Neo terlintas di benaknya, dia langsung membeku di tempat dan ekspresinya menjadi muram.'Gawat! Dokumen yang Pak Neo berikan padaku ketinggalan di rumah orang itu!'Karena pertikaian tadi, dia jadi lupa dengan dokumen itu. 'Harus bagaimana sekarang? Kembali ke sana dan ambil dokumen itu?'Karina sama sekali tidak ingin bertemu dengan pria egosentris itu lagi.Akan tetapi, dokumen itu merupakan dokumen rahasia dan ada anotasi yang ditulis Neo. Jika Karina tidak mengambilnya kembali, akan gawa
"Ah!" Karina terkejut dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi."Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!" Karina mulai berjuang melepaskan diri, tetapi bagaimana mungkin dia bisa menandingi kekuatan Rafael.Rafael merasakan dirinya seperti berada di rumah es, rasa dingin hampir membuatnya menggila. Namun, tiba-tiba ada pemanas muncul di depannya. Dia hanya bisa mengikuti nalurinya, memeluk pemanas itu dengan erat, berusaha mati-matian untuk menyerap kehangatan itu.Pemanas itu tentu saja adalah Karina.Karina saat ini sedang demam karena berada di bawah guyuran air hujan dalam durasi yang cukup lama. Oleh karena itu, suhu tubuhnya jauh lebih tinggi daripada orang biasa, tetapi suhu ini sangat cocok untuk Rafael yang takut dingin.Setelah tubuhnya berangsur-angsur menjadi lebih hangat, kesadaran Rafael pun kembali. Ketika pandangannya mulai jelas, dia menemukan bahwa di bawahnya ada sesuatu yang sedang meronta-ronta, berusaha untuk melepaskan diri dari pelukannya.'Bukankah dia wanita ya