Share

Bab 11

Rafael tidak keberatan dia duduk di sana. Dia menutup ponselnya setelah mengatakan beberapa kata singkat.

Rafael kemudian berjalan ke arah Karina. Semakin Rafael mendekat, jantung Karina berdegup semakin kencang. Seluruh tubuh Karina menjadi kaku. Karina masih menundukkan kepalanya dengan tangan di atas lutut dan sama sekali tidak berani mengeluarkan suara.

Karina membenci dirinya yang penakut seperti ini. Dia berpikir jelas-jelas dirinya adalah korban, tetapi mengapa dia selalu tidak bisa mengangkat kepalanya di depan pria ini?

Sebenarnya, Karina tidak perlu mempermasalahkan hal ini karena sikap kebanyakan orang bahkan lebih buruk ketika berada di depan Rafael.

Ada orang-orang yang dilahirkan dengan aura yang mendominasi. Mereka seperti seorang raja tanpa peduli berada di zaman apa.

Rafael sudah berdiri di depan Karina. Ketika dia mengulurkan tangannya, Karina refleks menghindar dengan ketakutan. Melihat ini, alis Rafael terangkat dan berpikir apakah dirinya terlihat seperti bintang buas?

Rafael menarik sebuah kursi yang berada di belakang Karina, lalu duduk di kursi tersebut dengan berhadapan dengan Karina.

Kemudian, dia mengangkat kaki Karina yang terkilir itu tanpa ragu-ragu dan meletakkannya di atas lututnya. Karina yang ketakutan hendak menarik kembali kakinya, tetapi dicegah Rafael, "Jangan bergerak."

Suara Rafael terdengar berwibawa. Begitu dia mengatakan itu, Karina langsung berhenti bergerak. Namun, pupil mata Karina terus bergerak tanpa arah dan tubuhnya menegang ketika melihat Rafael menyentuh kakinya.

Air hujan yang menempel di kening Karina turun ke pipinya, lalu mengalir ke lehernya yang ramping itu dan masuk ke dalam bajunya. Pemandangan ini membuat orang ingin menelusuri apa yang ada di balik pakaiannya.

Seluruh tubuh Karina basah kuyup oleh hujan. Pakaiannya menempel di tubuhnya, membungkus tubuh indahnya. Sementara wajah mungilnya yang polos itu terlihat pucat karena kedinginan.

Rafael terkenal sangat mahir mengendalikan dirinya. Akan tetapi, setelah melihat mata besar Karina yang terus menatapnya dengan sangat serius dan fokus, napasnya mulai sedikit tidak teratur.

Peristiwa malam itu tiba-tiba muncul di benaknya.

Tubuh yang lembut dan hangat, serta erangan yang tertahan, tetapi bisa membuat orang tergelitik. Semua itu membangkitkan sarafnya.

'Brengsek! Apakah wanita ini sengaja melakukan ini?'

Karina masih belum menyadari apa pun. Karena pertama kalinya seorang pria menyentuh kakinya, dia sangat gugup hingga berkata, "Eh, aku bisa melakukannya sendiri."

Rafael meliriknya sejenak, lalu benar-benar melepaskannya. Rafael berdiri dan berjalan menuju sebuah kamar.

Begitu Rafael pergi, Karina menghela napas lega. Saat ada Rafael, dia merasa dirinya tidak bisa bernapas dengan normal. Selain itu, karena mereka berdua pernah berhubungan seperti itu, Karina masih tidak tahu harus bersikap seperti apa di depan Rafael.

Karina mungkin tidak akan peduli jika dia adalah gadis yang berpikiran terbuka. Bahkan mungkin akan senang bisa menjalin hubungan dengan Rafael. Namun, Karina bukanlah gadis seperti itu.

Biasanya, apa yang harus dilakukan jika berada di situasi seperti ini?

Melapor ke polisi adalah metode yang paling mudah. Akan tetapi, dalam kehidupan nyata, hanya sedikit gadis yang akan melakukannya karena mereka tidak kuat terhadap tekanan opini publik. Meskipun itu bukan kesalahan mereka, mereka tetap akan dipandang rendah.

Dalam kasus yang lebih serius, seluruh hidup seorang gadis mungkin hancur berantakan.

Jika si pria tidak mengganggu mereka lagi, mereka mungkin akan berpura-pura bodoh dan menganggapnya tidak pernah terjadi.

Karina awalnya memutuskan untuk bersikap seperti itu, tetapi siapa yang sangka bahwa yang di Atas membuat mereka bertemu lagi. Lebih parahnya, Karina sekarang berada di rumah Rafael dan ini membuatnya sangat tidak nyaman dan canggung.

'Langsung pergi saja!'

Hanya itu yang terlintas di benak Karina. Dia tidak bisa melawan Rafael, jadi berusaha untuk tidak memprovokasi Rafael. Dia menganggap dirinya ikut pulang ke rumah Rafael hanya karena kebingungan sesaat saja.

Karina melirik ke kamar yang dimasuki Rafael, mendapati Rafael belum keluar, dia mengambil kesempatan ini dan langsung berdiri. Namun, begitu kakinya menginjak lantai, rasa sakit yang muncul seperti menyebar ke seluruh tubuhnya.

'Tahan! Karina, ini hanya keseleo, tidak ada yang serius!'

Karina meletakkan kakinya di atas kakinya. Setelah mengemasi barang-barangnya, dia bergerak diam-diam menuju pintu. Dia begitu fokus pada kakinya yang terkilir sehingga tidak menyadari bahwa Rafael telah keluar. Rafael sedang memperhatikan tingkah lakunya yang membingungkan dengan tatapan penasaran.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status