Di tangan Rafael ada kantong berisikan es, dia awalnya bermaksud memberikan kompres itu kepada Karina. Dia tidak menduga, begitu dia keluar, dia melihat Karina perlahan-lahan berjalan menuju pintu depan.'Apa yang ingin wanita ini lakukan lagi?''Bukankah dia ingin ada hubungan denganku lagi makanya bersusah payah seperti ini untuk bisa datang ke rumahku? Terus kenapa dia bersikap seperti sangat nggak menyukaiku? Apa dia ingin menggunakan trik jual mahal lagi?'Rafael tahu bahwa pria mungkin sangat menyukai trik itu, tetapi jika berpikir bisa memikat hatinya dengan menggunakan trik ini secara berulang-ulang, Rafael hanya akan merasa wanita ini sangatlah bodoh. Jika si pria tidak peduli dengan si wanita, trik seperti itu hanyalah sebuah kekonyolan di mata si pria.Rafael hanya melihat Karina berjalan ke pintu. Begitu Karina meletakkan tangannya di pegangan pintu, suara alarm rumah berbunyi.Karina kaget sampai sangat ketakutan, seluruh bulu kuduknya bahkan berdiri. Dia melihat sekelilin
Karina mengangguk dan dengan gugup menggenggam ujung bajunya. Bajunya yang basah membuatnya merasa tidak nyaman. "Nggak baik aku berlama-lama di sini, terima sudah menyelamatkanku, aku nggak akan muncul di hadapanmu lagi."Rafael tampak sedikit kesal. Mungkin karena trik yang digunakan Karina tidak seperti pada umumnya, dia jadi tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan Karina. Atau mungkin karena Karina yang saat ini basah kuyup terlihat seperti menggodanya, membuatnya tidak bisa tenang.'Apa sebenarnya tujuan wanita ini? Benarkah hanya kebetulan muncul di depanku? Tapi kenapa dia bisa berada di sini dan dengan kebetulan bertemu denganku? Perumahan ini hanya ada orang-orang kaya, perlu sekitar 20 menit berkendara kalau ingin ke perumahan biasa. Kalau dia nggak ada motif tersembunyi, kenapa dia muncul di sini?''Kalau dia ingin menarik perhatianku, aku bisa ucapkan padanya selamat, kamu sudah berhasil!'"Kalau kamu ingin bersamaku, sebaiknya kamu nggak bermain trik jual mahal lagi.
Saat ini, hujan badai telah membuat langit menjadi gelap, seakan-akan dunia akan segera berakhir.Karina berjalan sambil menjinjitkan kakinya yang terkilir itu berjalan dengan susah payah di sisi jalan, menerobos hujan deras yang tidak berhenti mengguyurnya. Meskipun hampir tidak bisa membuka matanya di tengah cuaca seperti ini, dia tidak mengeluh sama sekali karena ini adalah pilihan yang dia ambil sendiri.Setelah berjalan cukup lama, Karina tiba-tiba merasa ada sesuatu yang kurang.Begitu wajah Neo terlintas di benaknya, dia langsung membeku di tempat dan ekspresinya menjadi muram.'Gawat! Dokumen yang Pak Neo berikan padaku ketinggalan di rumah orang itu!'Karena pertikaian tadi, dia jadi lupa dengan dokumen itu. 'Harus bagaimana sekarang? Kembali ke sana dan ambil dokumen itu?'Karina sama sekali tidak ingin bertemu dengan pria egosentris itu lagi.Akan tetapi, dokumen itu merupakan dokumen rahasia dan ada anotasi yang ditulis Neo. Jika Karina tidak mengambilnya kembali, akan gawa
"Ah!" Karina terkejut dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi."Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!" Karina mulai berjuang melepaskan diri, tetapi bagaimana mungkin dia bisa menandingi kekuatan Rafael.Rafael merasakan dirinya seperti berada di rumah es, rasa dingin hampir membuatnya menggila. Namun, tiba-tiba ada pemanas muncul di depannya. Dia hanya bisa mengikuti nalurinya, memeluk pemanas itu dengan erat, berusaha mati-matian untuk menyerap kehangatan itu.Pemanas itu tentu saja adalah Karina.Karina saat ini sedang demam karena berada di bawah guyuran air hujan dalam durasi yang cukup lama. Oleh karena itu, suhu tubuhnya jauh lebih tinggi daripada orang biasa, tetapi suhu ini sangat cocok untuk Rafael yang takut dingin.Setelah tubuhnya berangsur-angsur menjadi lebih hangat, kesadaran Rafael pun kembali. Ketika pandangannya mulai jelas, dia menemukan bahwa di bawahnya ada sesuatu yang sedang meronta-ronta, berusaha untuk melepaskan diri dari pelukannya.'Bukankah dia wanita ya
Rafael jarang tersenyum, ekspresinya selalu dingin sampai membuat orang-orang tidak berani mendekatinya. Tidak ada yang tahu betapa menawannya pria ini ketika dia tersenyum.Jika di dunia ini ada iblis, mungkin iblis itu adalah Rafael.Berbahaya, tetapi terus-menerus memikat orang.Karina yang lebih mementingkan perilaku daripada wajah berdebar-debar ketika melihat Rafael yang tersenyum. Dia merasa wajahnya seketika semakin terasa panas dan dia kesulitan untuk bernapas."Bantu aku," perintah Rafael seperti seorang kaisar.Karina seperti kehilangan kendali diri dan mulai menuruti perkataan Rafael. Dia hanya menunduk, sama sekali tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.Dia menuntun Rafael, mengantar Rafael ke kamar tidur.Rafael mengeluarkan sebuah botol kaca yang masih tersegel dari tas kerja yang sekalian dibawa masuk olehnya. Di dalam botol kaca itu terdapat banyak kapsul bening. "Tuangkan segelas air untukku," perintahnya.Rafael sepenuhnya memperlakukan Karina seperti seorang pelaya
"Hmm ...." Karina membelalak, menatap pria yang sedang menggigit bibirnya.Sebelum dia bisa mendorong Rafael menjauh, Rafael melepaskannya terlebih dahulu.Rafael menyedot semua air di mulut Karina, menelan obat dengan air itu. Kemudian, dia menjilat sisa air di sudut mulutnya dengan ekspresi puas."Kamu! Apa yang kamu lakukan?" Karina malu juga marah. Dia terus menyeka mulutnya, mencoba untuk menghilangkan aroma Rafael.Setelah minum obat, warna wajah Rafael berangsur-angsur kembali normal. Di bawah cahaya lampu lembut, dengan wajah tampannya dan sorot matanya yang memikat, dia menatap Karina dan menjawab, "Minum obat.""Kamu minum obat kenapa harus ...." Karina tidak bisa melanjutkan ucapannya. Matanya mulai berkaca-kaca, dia merasa tidak berdaya.Ciuman pertamanya hilang dengan cara ....'Pergi dari sini!'Pikiran itu terlintas di benak Karina.Karina baru bangkit berdiri sudah ditarik kembali dan Rafael menekannya di bawah.Mungkin karena frigofobia-nya sudah hilang, Rafael sedang
Karina merasa seperti sedang mengalami penyiksaan.Karena masih mengenakan pakaian yang basah setelah kehujanan cukup lama, dia pun demam tinggi sampai tidak sadar apa yang sedang terjadi padanya saat ini.Sementara Rafael, dia merasa seperti sedang memeluk sebuah pemanas yang membuat suhu tubuhnya yang dingin berangsur-angsur kembali normal.Dia terus menatap wajah Karina yang terlihat sangat merah itu. Ketika matanya bertemu dengan mata Karina yang terlihat tidak fokus itu, tetapi entah mengapa sangat memikatnya, Rafael pun menciumi mata Karina dengan lembut.Tidak ada yang menduga, ciuman singkat itu membuat rasionalitasnya hilang dalam sekejap.Selanjutnya, ciuman yang intens menyerbu Karina.Pipinya, dahinya, hidungnya, bahkan bibirnya, semuanya telah disentuh oleh Rafael.Seorang pria dan seorang wanita berada di satu kamar, saling berpelukan erat sampai membuat suhu kamar meningkat. Jika selanjutnya tidak terjadi sesuatu, rasanya tidak masuk akal.Entah siapa yang berinisiatif l
Suara Rafael yang baru bangun itu menggelitik Karina dan membuat wajahnya seketika memanas."Dasar mesum! Lepaskan aku!" seru Karina yang tersipu malu dan berusaha melepaskan tangan yang sedang memeluknya. Dia sudah mengerahkan seluruh kekuatannya, tetapi tidak berhasil dan malah terengah-engah.Napas panas yang mengenai punggungnya membuat bulu kuduknya berdiri. Karina merasa sekujur tubuhnya tersengat listrik dan menjadi mati rasa.Karina terus meronta dan membuat Rafael sadar sepenuhnya. Melihat Karina begitu aktif sampai membuatnya langsung terjaga, Rafael pun menggigit bahu mulus Karina sebagai sebuah hukuman."Ah!"Rasa sakit gigitan itu membuat Karina menjerit dan seketika mematung."Kenapa kamu berisik sekali?" tanya Rafael dengan nada yang penuh kasih sambil membalikkan Karina agar menghadap ke arahnya.Tindakan Karina membuat Rafael tertawa. Rafael mengulurkan tangannya, melepaskan selimut yang menghalangi pemandangan indah di depannya sambil bergurau, "Apa masih ada bagian t