Dansa putaran kedua dimulai. Semua orang mencari pasangan dansa mereka dan turun ke lantai dansa.Karena Rafael membawa pasangan, tentu saja wanita lain tidak bisa mendekat dan mencoba bicara dengannya."Mau pergi berdansa?" tanya Rafael.Karina menggelengkan kepala dan berbisik, "Aku nggak bisa.""Kalau nggak bisa ya belajar. Bukannya kamu suka tantangan baru? Ayo pergi." Tanpa penjelasan lebih lanjut, Rafael menarik Karina ke lantai dansa.Karina buru-buru menghentikannya, sedikit cemas. "Kamu ini, apa kamu nggak tahu Nona Reva masih menatapmu?"Rafael tertegun sejenak. Tatapan aneh muncul di matanya yang gelap.Karina menarik napas dan berbisik, "Kamu membawaku ke sini biar Nona Reva lihat, 'kan? Kalau kamu berdansa denganku yang nggak bisa dansa, bukannya malah memberi dia kesempatan untuk dimanfaatkan?"Nona Reva menatap mereka tanpa henti dengan berapi-api. Kalau dia melakukan kesalahan, bukankah nanti dirinya yang akan dikata-katai?Penjelasannya masuk akal, tidak ada yang salah
Karena kunjungan mendadak Francis, semua orang di pesta itu merasa sedikit terguncang.Beberapa orang yang ingin mendekat langsung menghentikan langkah begitu melihat empat pengawal berwajah dingin berbaju hitam di sekelilingnya."Francis, kenapa baru sampai?" Rafael melangkah maju dan secara alami mulai berbicara dengan Francis dalam bahasa Cyrenia.Francis mengangkat bahu dan tersenyum tak berdaya. "Ada sesuatu.""Di mana Joan? Bukannya kalian harusnya ke sini bersama? Kenapa dia nggak kelihatan?""Ke toilet, katanya sakit perut."Kedua orang itu mengobrol dalam bahasa Cyrenia, sehingga hanya sedikit tamu yang dapat memahaminya. Aswin bahkan semakin mematung, tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.Dia memaksakan senyum di wajahnya, memaksa masuk ke dalam pembicaraan. "Rafael, kamu kenal Tuan Francis?"Rafael samar-samar menjelaskan, "Kami teman kuliah. Francis katanya ingin melihat keindahan Agralva. Aku tahu pesta dansa Paman Aswin pasti dipenuhi wanita cantik, jadi aku mengundan
Begitu Francis pergi, Karina langsung merasa lega. Pria itu terlihat lembut dan sopan, tetapi matanya sangat dingin. Dia merasakan keanehan yang tak terlukiskan saat memandangnya, yang membuat Karina sangat tidak nyaman.Rafael tidak ada di sini. Karina tidak perlu melakukan apa pun. Jadi, dia hanya mencari tempat untuk duduk.Tentu saja, saat ini pun dia tidak berani santai.Dia tahu ada banyak pasang mata yang memandangnya. Tatapan yang paling membara datang dari mata Reva.Reva tidak mau dibandingkan seperti ini, tetapi dia terlalu gengsi untuk mencari-cari masalah dengan Karina. Dia berharap Karina mempermalukan dirinya sendiri, agar dia punya alasan untuk merendahkannya.Tanpa diduga, Karina jauh lebih berhati-hati dari yang dia kira.Karina duduk dengan patuh di sofa kecil di sudut dan tidak berinisiatif untuk mengobrol dengan orang lain. Duduk diam dan cantik seperti lukisan.Meski hanya duduk di sana, banyak pria yang tidak bisa mengalihkan pandangan. Para teman wanitanya sanga
Karina keluar dari kerumunan dan menghentikan satpam yang ingin menggunakan kekerasan pada gadis itu.Begitu dia melangkah maju, satpam itu secara alami tidak berani mengambil tindakan lebih lanjut. Dia hanya menatap Reva dengan ekspresi sulit, tidak tahu harus berbuat apa.Gadis itu buru-buru bersembunyi di belakang Karina dan bergumam, "Syukurlah, masih ada orang baik.""Jangan khawatir, aku bisa mengantarmu menemui Tuan Francis." Karina berbalik dan berkomunikasi dengan gadis itu dalam bahasa Cyrenia fasih.Gadis itu terkejut. "Kamu bisa bahasa Cyrenia?""Untuk ngobrol saja bisa."Gadis itu memeluk Karina erat-erat seolah-olah menemukan kerabat yang lama tidak ditemuinya. Karina hampir pingsan. Gadis ini sangat kecil tapi sangat kuat!"Syukurlah, akhirnya aku ketemu seseorang yang bisa bahasa Cyrenia. Namaku Joan Arjuna, kalau kamu?" ucap gadis ituJoan Arjuna?Barusan tadi, dia samar-samar mendengar Rafael bertanya kepada Francis di mana "Joan" berada. Yang dia maksud pasti wanita
"Tuan Francis membawa empat pengawal, apa mereka mengenalmu?" tanya Karina lagi.Joan mengangguk-angguk cepat. "Kenal!""Pengawal yang menemani Francis juga kenal Nona Joan. Panggil mereka, nanti kalian tahu yang sebenarnya," lanjut Karina.Pada saat ini, wajah Reva sudah sangat suram. Menurut akal sehat, dia harus melakukan konfirmasi untuk berjaga-jaga. Namun, dia tidak kuasa menelan kemarahannya. Mengapa dia harus mendengarkan perintah wanita ini di rumahnya sendiri?"Nggak mungkin!" kata Reva dengan gigi terkatup dan mata merah.Karina mengerutkan kening. Reva bertindak terlalu jauh. Tidakkah dia terpikir apa yang akan terjadi jika Joan benar-benar pendamping wanita Francis dan dia memperlakukan tamu pentingnya seperti ini?Bagaimana mungkin Reva tidak memikirkannya?Akan tetapi, dia bertaruh bahwa wanita ceroboh itu bukanlah pendamping wanita Francis!Sekarang, dia menuding Karina dengan wajah dingin dan suara gemetar. "Nona Karina, haruskah kamu merusak pesta dansa hari ini?"Kar
Seorang wanita muda bertubuh jangkung menerobos kerumunan dan berjalan mendekat.Penampilan wanita itu terasa sangat familier di mata Karina, tapi dia benar-benar belum pernah melihat orang ini sebelumnya."Saya nggak memihak siapa pun. Saya hanya ingin meluruskan seluk-beluk situasinya." Wanita itu memiliki wajah yang manis dan penampilan anggun. Jadi, Tessa tidak bisa mengatakan apa-apa dan hanya bisa mengangguk."Menurut Nona Karina, Nona Joan ini adalah tamu yang datang bersama Tuan Francis dan sekarang sedang mencari keberadaan Tuan Francis. Sayangnya, ada kendala bahasa. Nona Reva mungkin salah paham tentang dia.""Salah paham? Bagaimana mungkin dia ...." Reva cepat-cepat menyela dan membalas dengan tidak yakin."Tolong biarkan saya selesai bicara dulu."Wanita itu sekilas menyapu pandang ke arah Reva, dengan sedikit ketegasan di wajahnya.Tubuh Reva gemetar. Dia menyusut ke belakang ibunya, menatap marah pada wanita itu."Nona Karina mengerti yang diucapkan Nona Joan. Dia ingin
Melihat Francis, Joan segera melambai padanya dengan penuh semangat. "Francis, aku di sini!"Francis mengangguk kepada Joan. Matanya memperhatikan Joan dari atas ke bawah, memegangi dahinya yang tiba-tiba berkedut. "Kenapa kamu bisa sampai seperti ini lagi?""Hehe, ada sedikit masalah tadi." Joan tertawa canggung.Francis berjalan mendekat, melepas jasnya, dan menaruhnya di bahu Joan. "Kelak jangan ceroboh lagi."Joan mengangguk sambil tersenyum, sama sekali tanpa rasa penyesalan. "Aku mengerti ...."Dia buru-buru menarik Karina dan berkata dengan manis, "Untung ada Nona Karina. Kalau nggak, aku sudah ditendang ke luar. Ucapkan terima kasih padanya."Mata Francis tertuju pada Karina, matanya jauh lebih lembut dari sebelumnya. "Terima kasih."Karina tersenyum tipis. "Bukan apa-apa, memang sudah seharusnya."Mereka semua bicara dalam bahasa Cyrenia. Meski yang lain tidak mengerti, mereka tidak buta dan segera mengerti bahwa gadis kecil dengan penampilan tidak menarik ini adalah pendampin
Di luar, entah sejak kapan hujan mulai turun lagi, disertai dengan sedikit sepoi-sepoi dari angin yang sejuk.Jeremy pergi mengambil mobil, sedangkan Rafael dan Karina berteduh dari hujan di bawah atap sambil menunggu."Hacchi!"Perbedaan suhu di dalam dan luar rumah membuat Karina menggigil. Gaun mahal yang dikenakannya benar-benar tidak bisa menahan hawa dingin.Sesaat kemudian, jas Rafael mendarat di bahu Karina.Karina terkejut dan menatapnya dari samping."Aku kepanasan," jawab Rafael singkat."...."Mata Karina samar-samar berkedut dan dia hanya bisa mengerutkan bibirnya. Kapan tuan muda ini mau berhenti bertingkah canggung begitu?Dia merapikan jas di bahunya itu, yang masih terasa hangat dengan aroma lembut Rafael."Terima kasih."Sudut bibir Rafael terangkat sedikit dan matanya langsung tertuju pada wajah lembutnya. "Kamu bisa bahasa Cyrenia?""Aku pernah belajar sedikit."Tubuh Karina menegang, mengira pria itu akan mulai menginterogasinya.Penampilan hari ini pasti tidak mem