Saat Karina dan Rafael tiba di tempat dansa, waktu sudah hampir pukul 9 dan dansa pertama baru saja berakhir.Berdiri di ambang pintu ruang dansa, Rafael mengulurkan tangannya pada Karina."Um?"Karina menoleh ke belakang. Dia saat ini sangat gugup. Ada semburat kecemasan di wajahnya yang lembut.Rafael meliriknya dengan tatapan tidak senang dan memberi isyarat dengan suara rendah, "Pegang tanganku."Karina tiba-tiba mengerti dan buru-buru memeluk lengan Rafael. Sudah sampai di sini, dia hanya perlu mendengarkan baik-baik apa pun yang dikatakan Rafael.Saat pelayan membuka pintu ruang dansa, Karina menarik napas dalam-dalam dan memaksakan dirinya untuk lebih tenang. Jangan sampai membuat kesalahan di malam penting ini.Jangan membuat kesalahan, jangan membuat kesalahan, jangan membuat kesalahan ....Karina bergumam beberapa kali dalam pikirannya.Kedatangan Rafael pun tak disangka-sangka dan mengejutkan seluruh tamu pesta.Namun, kali ini, tak hanya Rafael. Karina juga menjadi sorotan
Pada saat yang sama, seorang wanita dengan tubuh agak berisi berjalan mendekat.Jeremy hanya bisa menyingkir ke samping saat melihat orang ini. Wanita bangsawan itu bahkan tidak melihat ke arah Karina. Dia tersenyum pada Rafael. "Rafael, aku sudah lama nggak melihatmu. Kamu semakin tampan saja."Rafael mengangguk dan tersenyum tipis, "Bibi Elliza, kamu juga kelihatan semakin muda."Dia adalah wanita yang sering berkumpul bersama ibu Rafael. Tentu saja statusnya cukup tinggi."Karina, perkenalkan, ini Bibi Elliza," kata Rafael pada Karina dengan suara lembut.Wajah cantik Karina menyunggingkan senyuman lembut dan sopan. Sangat pas, tidak berlebihan, tidak pula terlalu mengabaikan. Dia mengangguk ringan dan berkata, "Halo, Bibi Elliza."Mata Elliza memandang Karina dari atas ke bawah dengan tatapan menyelidik, benar-benar tidak menemukan sesuatu pun yang dapat dicela. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, seluruh busana itu dibuat khusus untuk Karina, tanpa kekurangan apa pun.Pesonanya b
"Reva, Rafael ada di sana, kenapa kamu masih di sini?" Seorang wanita mengenakan gaun malam ungu berjalan mendekat. Para artis yang berkeliling memberinya jalan.Mata Reva memerah dan dia menatap ibunya dengan perasaan sedih dan tidak terima. "Kak Rafael sudah punya pacar! Buat apa aku pergi ke sana?""Apa?" Ibu Reva baru saja pergi ke kamar mandi, jadi dia melewatkan interaksi antara Rafael dan Karina. Setelah menatap dengan saksama, baru dia melihat Karina yang memegang lengan Rafael. Tatapan matanya berubah suram. "Siapa perempuan yang berdiri di samping Rafael?""Mana aku tahu? Waktu Bibi Elliza pergi untuk menanyakan situasinya barusan, dia terlihat sangat sayang padanya!"Reva merasa sangat sedih memikirkan adegan tadi. Seharusnya dia yang menjadi pusat perhatian malam ini. Kenapa dia harus membiarkan seorang wanita yang tidak diketahui asal usulnya mencuri perhatian?"Ayo pergi." Ibu Reva tiba-tiba menariknya, hendak berjalan menuju Rafael.Reva terkejut. "Bu, Ibu mau apa?"Ibu
Dansa putaran kedua dimulai. Semua orang mencari pasangan dansa mereka dan turun ke lantai dansa.Karena Rafael membawa pasangan, tentu saja wanita lain tidak bisa mendekat dan mencoba bicara dengannya."Mau pergi berdansa?" tanya Rafael.Karina menggelengkan kepala dan berbisik, "Aku nggak bisa.""Kalau nggak bisa ya belajar. Bukannya kamu suka tantangan baru? Ayo pergi." Tanpa penjelasan lebih lanjut, Rafael menarik Karina ke lantai dansa.Karina buru-buru menghentikannya, sedikit cemas. "Kamu ini, apa kamu nggak tahu Nona Reva masih menatapmu?"Rafael tertegun sejenak. Tatapan aneh muncul di matanya yang gelap.Karina menarik napas dan berbisik, "Kamu membawaku ke sini biar Nona Reva lihat, 'kan? Kalau kamu berdansa denganku yang nggak bisa dansa, bukannya malah memberi dia kesempatan untuk dimanfaatkan?"Nona Reva menatap mereka tanpa henti dengan berapi-api. Kalau dia melakukan kesalahan, bukankah nanti dirinya yang akan dikata-katai?Penjelasannya masuk akal, tidak ada yang salah
Karena kunjungan mendadak Francis, semua orang di pesta itu merasa sedikit terguncang.Beberapa orang yang ingin mendekat langsung menghentikan langkah begitu melihat empat pengawal berwajah dingin berbaju hitam di sekelilingnya."Francis, kenapa baru sampai?" Rafael melangkah maju dan secara alami mulai berbicara dengan Francis dalam bahasa Cyrenia.Francis mengangkat bahu dan tersenyum tak berdaya. "Ada sesuatu.""Di mana Joan? Bukannya kalian harusnya ke sini bersama? Kenapa dia nggak kelihatan?""Ke toilet, katanya sakit perut."Kedua orang itu mengobrol dalam bahasa Cyrenia, sehingga hanya sedikit tamu yang dapat memahaminya. Aswin bahkan semakin mematung, tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.Dia memaksakan senyum di wajahnya, memaksa masuk ke dalam pembicaraan. "Rafael, kamu kenal Tuan Francis?"Rafael samar-samar menjelaskan, "Kami teman kuliah. Francis katanya ingin melihat keindahan Agralva. Aku tahu pesta dansa Paman Aswin pasti dipenuhi wanita cantik, jadi aku mengundan
Begitu Francis pergi, Karina langsung merasa lega. Pria itu terlihat lembut dan sopan, tetapi matanya sangat dingin. Dia merasakan keanehan yang tak terlukiskan saat memandangnya, yang membuat Karina sangat tidak nyaman.Rafael tidak ada di sini. Karina tidak perlu melakukan apa pun. Jadi, dia hanya mencari tempat untuk duduk.Tentu saja, saat ini pun dia tidak berani santai.Dia tahu ada banyak pasang mata yang memandangnya. Tatapan yang paling membara datang dari mata Reva.Reva tidak mau dibandingkan seperti ini, tetapi dia terlalu gengsi untuk mencari-cari masalah dengan Karina. Dia berharap Karina mempermalukan dirinya sendiri, agar dia punya alasan untuk merendahkannya.Tanpa diduga, Karina jauh lebih berhati-hati dari yang dia kira.Karina duduk dengan patuh di sofa kecil di sudut dan tidak berinisiatif untuk mengobrol dengan orang lain. Duduk diam dan cantik seperti lukisan.Meski hanya duduk di sana, banyak pria yang tidak bisa mengalihkan pandangan. Para teman wanitanya sanga
Karina keluar dari kerumunan dan menghentikan satpam yang ingin menggunakan kekerasan pada gadis itu.Begitu dia melangkah maju, satpam itu secara alami tidak berani mengambil tindakan lebih lanjut. Dia hanya menatap Reva dengan ekspresi sulit, tidak tahu harus berbuat apa.Gadis itu buru-buru bersembunyi di belakang Karina dan bergumam, "Syukurlah, masih ada orang baik.""Jangan khawatir, aku bisa mengantarmu menemui Tuan Francis." Karina berbalik dan berkomunikasi dengan gadis itu dalam bahasa Cyrenia fasih.Gadis itu terkejut. "Kamu bisa bahasa Cyrenia?""Untuk ngobrol saja bisa."Gadis itu memeluk Karina erat-erat seolah-olah menemukan kerabat yang lama tidak ditemuinya. Karina hampir pingsan. Gadis ini sangat kecil tapi sangat kuat!"Syukurlah, akhirnya aku ketemu seseorang yang bisa bahasa Cyrenia. Namaku Joan Arjuna, kalau kamu?" ucap gadis ituJoan Arjuna?Barusan tadi, dia samar-samar mendengar Rafael bertanya kepada Francis di mana "Joan" berada. Yang dia maksud pasti wanita
"Tuan Francis membawa empat pengawal, apa mereka mengenalmu?" tanya Karina lagi.Joan mengangguk-angguk cepat. "Kenal!""Pengawal yang menemani Francis juga kenal Nona Joan. Panggil mereka, nanti kalian tahu yang sebenarnya," lanjut Karina.Pada saat ini, wajah Reva sudah sangat suram. Menurut akal sehat, dia harus melakukan konfirmasi untuk berjaga-jaga. Namun, dia tidak kuasa menelan kemarahannya. Mengapa dia harus mendengarkan perintah wanita ini di rumahnya sendiri?"Nggak mungkin!" kata Reva dengan gigi terkatup dan mata merah.Karina mengerutkan kening. Reva bertindak terlalu jauh. Tidakkah dia terpikir apa yang akan terjadi jika Joan benar-benar pendamping wanita Francis dan dia memperlakukan tamu pentingnya seperti ini?Bagaimana mungkin Reva tidak memikirkannya?Akan tetapi, dia bertaruh bahwa wanita ceroboh itu bukanlah pendamping wanita Francis!Sekarang, dia menuding Karina dengan wajah dingin dan suara gemetar. "Nona Karina, haruskah kamu merusak pesta dansa hari ini?"Kar
"Kalian!" teriak Karina.Karina merasa kesal. Dia memandang para wartawan dengan marah, lalu hendak membungkuk untuk mengambil dokumen-dokumen yang berserakan di tanah. Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang ini peduli? Demi mendapatkan berita utama, mereka semua tidak segan-segan menggunakan cara apa pun.Dokumen yang tercecer di tanah itu sudah diinjak-injak oleh mereka sebelum sempat diambil Karina. "Cukup! Hubunganku dengan Pak Rafael memangnya ada hubungan dengan kalian?" teriak Karina dengan kesal sambil kembali berdiri tegak.Orang-orang itu sudah menghabiskan kesabaran Karina."Nona Karina, apakah Nona marah karena pernyataan kami benar? Apakah Nona benar-benar merayu CEO Grup Stalin demi bisa menjadi bagian dari keluarga kaya raya?""Nggak!" balas Karina dengan cepat."Jika tidak, bisakah Nona mengungkapkan bagaimana Nona dan Pak Rafael bertemu? Apakah Nona merasa bisa menjadi seperti Cinderella?""Benar, Nona Karina, Keluarga Stalin adalah keluarga terkenal. Apakah Nona y
Pada akhirnya yang mendapatkan keuntungan dari keseluruhan kejadian ini adalah Amy.Di dalam mobil.Karina berdebar-debar dan bergumam, "Hubungan kita telah diketahui publik, aku nggak tahu bagaimana reaksi dari pihak kampus ...."Memiliki hubungan dengan Rafael pasti akan menimbulkan sensasi. Karina tahu itu dan dia hanya berharap reaksi orang-orang tidak terlalu berlebihan.Namun, pasti akan menarik banyak perhatian orang terhadapnya.Karina menghela napas, dia merasa tidak ingin pergi ke kampus untuk sementara waktu.Begitu Karina selesai berbicara, Rafael sudah memegang tangannya. Sentuhan hangat itu membuat Karina terkejut. Karina menoleh, menatap Rafael dengan bingung. Terlihat Rafael sedang memandang keluar jendela mobil sambil menopang dagunya, seperti sedang menikmati pemandangan, dan berkata dengan datar, "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu."Wanita mana pun pasti akan tersentuh hatinya mendengar perkataan itu.Sudut mata Karina melengkung. Dia menggeser p
Karina menggeleng, raut wajahnya tampak bimbang. "Nggak, hanya saja ini terlalu mendadak, aku merasa belum siap.""Apa yang perlu kamu takutkan? Bukankah aku ada di depanmu untuk melindungimu? Kamu hanya perlu bersembunyi di belakangku dengan tenang," jawab Rafael dengan sangat santai dan lancar seakan-akan dia telah berlatih berkali-kali.Hati Karina menjadi hangat. Awalnya dia merasa sedikit bimbang, tetapi sekarang semuanya seketika menjadi jelas. Apa pun yang terjadi, bukankah Rafael selalu ada untuknya?Mengapa dirinya harus khawatir berlebihan?Karina pun mengangguk dengan bersemangat, tersenyum manis dan berkata dengan gaya menggemaskan, "Mulai sekarang, aku akan mengandalkanmu."Rafael mengangkat alisnya ketika dia melihat ekspresi antusias Karina dan berkata, "Kalau aku nggak melindungimu, aku harus melindungi siapa?"Mendengar itu, Karina tertawa lebih bahagia.....Setelah itu, atas permintaan keras Rafael, Karina baru bisa keluar dari ruang perawatan khusus di rumah sakit s
"Eh?" Karina mengusap hidungnya, lalu menatap Rafael."Kamu sudah tahu aku sebaik ini, jadi kamu menikah denganku atau nggak?" tanya Rafael sambil memegang dagu Karina, tersenyum lebar.Karina mengangguk mantap dan berkata, "Asalkan kamu mau menikahiku, aku akan menikah denganmu."Rafael benar, jika kamu ingin memakai mahkota, harus siap menanggung bebannya. Rafael telah melakukan begitu banyak hal untuknya, lalu mengapa dirinya tidak menghadapi orang-orang yang datang untuk memprovokasinya demi Rafael?Jika sudah mencintai, mengapa dirinya tidak sanggup menghadapi sedikit kesulitan demi Rafael?Mendengar jawaban yang pasti, Rafael tersenyum lebar, matanya yang hitam penuh arti. "Kamu yakin?"Karina mengangguk tegas. "Aku yakin."Tiba-tiba, Rafael menekan bahu Karina, menghela napas panjang dan berkata, "Sekarang aku merasa lega.""Eh?"Karina tertegun, matanya berkedip-kedip. 'Apa maksudnya?'Ekspresi Rafael tiba-tiba tampak serius, menatap ke arah Karina dan berkata dengan sungguh-su
Dia bilang ingin berjalan bersama dengan Rafael, tetapi tidak dapat melakukan banyak hal untuk Rafael dan ini membuatnya merasa sangat tidak berdaya.Karina menghela napas, sorot matanya berkilap dan dia bertanya dengan tidak percaya diri, "Rafael, kenapa kamu begitu baik padaku? Kupikir aku sudah cukup baik, tapi setelah bersamamu, aku baru menyadari kalau aku masih jauh dari cukup baik. Apa aku benar-benar bisa menjadi wanita yang berdiri di sisimu?""Bisa atau nggak kamu menjadi wanita yang berada di sisiku, itu terserah padaku. Aku bilang kamu bisa, maka kamu bisa.""Tapi aku masih belum cukup baik," ujar Karina sambil menggigit bibirnya, kembali merasa ragu."Oh?""Aku punya temperamen yang buruk."Rafael mengangguk, mengakuinya, "Memang, temperamenmu ini sulit ditoleransi oleh kebanyakan orang. Selain itu, kamu suka mempermasalahkan hal-hal kecil, seperti landak yang bisa menyakiti orang jika ia terdesak."Mendengar komentar itu, Karina makin merasa tertekan, "Dan aku juga nggak
"Bukan begitu!" Karina tiba-tiba menjadi emosional, lalu berkata dengan tergesa-gesa, "Aku sungguh menyukaimu!""Tapi kamu bahkan nggak memiliki keberanian untuk menghadapi masa depan bersamaku. Kalau kamu ingin memakai mahkota, berarti harus siap menanggung bebannya. Apa kamu bahkan nggak mengerti prinsip ini?""Aku mengerti semua itu!""Kamu benar-benar mengerti?" Rafael mengangkat alisnya.Karina mengangguk dengan tegas, dia menggigit bibirnya dan wajahnya terlihat sedikit bingung."Aku sudah memikirkan semua ini sejak lama, tapi ... aku kurang percaya diri," ujar Karina.Karina menundukkan kepala, suaranya melemah, "Dibandingkan berurusan dengan keluargamu dan teman-temanmu, aku lebih suka berada di laboratorium dengan peralatan dingin. Aku punya temperamen yang buruk, kalau ada orang yang membuatku kesal, aku akan membalasnya. Nggak masalah kalau hanya dengan orang luar, tapi kalau itu terjadi pada orang-orang terdekatmu, aku khawatir akan membuat mereka marah. Aku nggak ingin mem
Karina tercekat.Melihat ekspresi konyol Karina, Rafael tersenyum dan mencubit wajah kecilnya. "Kenapa? Kamu sangat bahagia sampai nggak bisa berkata-kata?" tanya Rafael.Karina mengatupkan bibirnya dan menghindari tangan Rafael. Dia menyipitkan matanya dan berkata dengan muram, "Bukankah aku sudah memberitahumu untuk nggak bercanda? Hal ini nggak mungkin terjadi.""Kenapa?" tanya Rafael, yang senyumannya sedikit memudar, sambil menatap Karina.'Kenapa?'Karina juga menanyakan hal sama pada dirinya sendiri di dalam hatinya.Karena kesenjangan status di antara mereka terlalu besar. Meskipun sekarang mereka bersama, tidak ada jaminan mereka tetap dekat seperti ini di masa depan.Dua orang dengan nilai dan pandangan hidup yang berbeda, Karina tidak berpikir mereka bisa melangkah jauh bersama.Secara rasional, dia dan Rafael tidak akan pernah bisa mencapai akhir, jadi sebaiknya mereka menghentikan hubungan ini. Akan tetapi, secara emosional, putus setelah jatuh cinta lebih sulit dari per
'Kenapa reaksi Rafael malah aneh?'Tepat ketika pikiran Karina melayang ke mana-mana, Rafael tiba-tiba tersenyum. Senyuman yang menghiasi wajah tampannya itu sungguh membuat orang terpesona."Karina, jujur saja, cara kamu mengungkapkan perasaanmu berstandar rendah, nggak ada tekniknya sama sekali. Di antara wanita yang pernah menyatakan perasaannya padaku, kamu mungkin yang terburuk.""...."Senyuman Karina memudar.Namun, Rafael melanjutkan tanpa menyadari perubahan ekspresi itu, "Aku sarankan kamu untuk belajar bagaimana menyatakan cinta. Apa yang kamu katakan terlalu lugas dan nggak romantis sama sekali."Kali ini, senyuman di wajah Karina sepenuhnya hilang, lalu terdengar suara gertakan gigi.'Siapa pun tolong seret bajingan bermulut tajam ini keluar dari sini!''Di tengah suasana yang begitu indah, bisa-bisanya dia mengungkit wanita lain! Nggak hanya itu, dia bahkan mengatakan cara aku menyatakan perasaanku adalah terburuk!''Romantis! Romantis!''Kalau kamu begitu ingin romantis,
Karina bingung, dia menempelkan pipinya ke dada Rafael, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan merasakan detak jantungnya sendiri ikut sinkron.Karena begitu dekat, dia sepertinya dapat merasakan Rafael sedikit gemetar, gemetar yang disebabkan oleh rasa takut.'Dia sebenarnya sangat takut, bukan?'Karina berpikir, meskipun dirinya tidak bodoh, sebodoh apa pun dirinya pada saat ini, dia tetap tahu bahwa Rafael gemetar karena dirinya. Dirinya yang tiba-tiba menghilang pasti membuat Rafael sangat panik.Dia ingin memeluknya kembali Rafael dan memberitahunya bahwa dia ada di sini sekarang, bahwa dia tidak menghilang dan tidak akan menghilang.Begitu dia bergerak, Rafael menghentikannya dengan suara rendah."Jangan bergerak."Gerakan Karina tiba-tiba berhenti. Karina berbisik di pelukannya, "Rafael, apa kamu takut?"Berdasarkan sikap biasanya, Rafael pasti akan menyangkalnya. Bagaimana mungkin dia yang begitu arogan membiarkan dirinya merasakan ketakutan?Tepat ketika Karina mengira Ra