Emilio telah mengenal Cornell selama bertahun-tahun. Pria tersebut tahu, bahwa Cornell tidak mungkin akan bicara omong kosong di akhir nyawanya. Kakinya tanpa sadar bergerak dengan cepat untuk pergi ke taman istana yang Cornell maksud, walaupun hatinya terus berteriak untuk tidak mempercayai ucapan Cornell begitu saja. Emilio tidak ingin percaya bahwa Ibu yang dia hormati berani membohonginya selama ini. Ariana seharusnya tengah berada dalam perjalanan untuk kembali ke Kerajaan Sigmund. Tunangannya itu baik-baik saja, tidak tersiksa seperti yang dibicarakan oleh Cornell sebelumnya. Namun untuk kali ini saja, Emilio terpaksa menelan kebenaran pahit yang selama ini ibunya sembunyikan. Setelah Emilio terus mencari seperti orang gila, dia benar-benar menemukan mayat seorang wanita di tempat yang Cornell sebutkan sebelumnya. Mayat yang ditemukan bukanlah mayat sembarangan. Walaupun wajahnya dipenuhi darah dan hancur, Emilio tetap bisa mengenali siapa mayat menyedihkan itu. Seluruh dunia
"Emilio ... Anakku ... Tolong bangunlah untuk Ibu ...."Di ruangan Emilio yang telah ditinggalkan, Ratu Melisa duduk sambil terus menggenggam tangan anaknya dengan erat. Sejak Raja Alexius mengatakan bahwa Emilio bukan lagi seorang putra mahkota, Ratu Melisa telah hidup dengan sangat putus asa. Dia tidak bisa membunuh Raja Alexius demi anaknya, tetapi dia juga tidak bisa membangunkan sang Anak dari tidur panjangnya. Ratu Melisa bahkan telah berpikir untuk bunuh diri, jika saja Emilio tidak juga bangun sampai Raoul berhasil tiba di ibu kota. Setidaknya jika dia mati, tidak ada orang yang bisa mengancamnya lagi untuk memberi Raja Alexius penawar dari racun yang dia buat. Ratu Melisa mengigit bibirnya dengan erat, ketika dia memikirkan akhir buruk yang mungkin akan terjadi padanya. Tepat ketika dia melamun, tangan yang dia pegang perlahan bergerak kembali. Ratu Melisa sangat terkejut sampai dia lupa memanggil dokter. Matanya hanya terus menatap wajah sang anak, yang perlahan mulai mend
Tidak ada yang tahu berapa lama Emilio terdiam sampai pria itu tiba-tiba berdiri tegak kembali. Sakit yang menganggu kepalanya hilang, ketika Emilio akhirnya berhasil menyatukan ingatan antara dua versi dirinya sendiri. "Ariana memaafkanku."Seiring dengan kembalinya ingatan yang semula berantakan, Emilio juga berhasil mengingat apa saja yang terjadi ketika dia dalam keadaan koma. Semua pembicaraan yang dilakukan di dekatnya terekam dengan jelas, termasuk pada saat Ariana datang untuk mengunjunginya dan mengatakan hal-hal yang hanya diketahui Ariana dari masa depan. Emilio tidak pernah menyangka dia akan diberi kesempatan untuk mencintai Ariana lagi setelah kematiannya. Jika pria itu tahu dia akan dikirim ke masa lalu setelah kematiannya, Emilio mungkin akan membunuh dirinya sendiri lebih cepat sebelumnya. Namun ... Pria itu tahu ada beberapa perubahan di masa lalu karena Ariana. Contohnya saja, pangeran yang seharusnya mati sebagai orang tidak berguna malah menjadi musuh terbesarnya
Emilio berjalan dengan tenang ketika dia keluar dari istananya untuk pergi ke istana utama yang ditempati oleh sang Ibu. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun, ketika dia menjadi pusat perhatian layaknya seorang pemain sirkus. Setelah Emilio keluar dari ruangannya, dia akhirnya paham apa yang para pelayan maksud dengan ucapan mereka. Istana Emilio yang biasanya dipenuhi oleh ratusan pelayan, kini terlihat sepi dan hanya mendapat puluhan pelayan yang harus bekerja keras setelah kemunduran tuan mereka. Istananya yang selalu tampak megah dan bersinar kini meredup, seakan hidup pemiliknya sendiri sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Langkah kaki Emilio berhenti ketika dia melihat taman bunga yang dulu sangat disukai Ariana, kini telah menjadi tempat yang ditinggalkan. Mungkin karena kurangnya pekerja di kediaman Emilio, bunga-bunga yang biasanya mekar dengan indah di bawah perawatan hati-hati dari tukang kebun, kini tampak layu dan tumbuh tidak beraturan. Emilio mengepalkan tangann
Ratu Melisa kembali terlihat gelisah ketika dia akhirnya selesai mengatakan apa yang perlu dia katakan. Jika dia mengingat sifat Emilio yang biasanya, pria itu pasti akan merasa semua informasi yang baru saja dia dengar terlalu mengejutkan untuk dipercaya. Namun Emilio yang ada di depannya ini malah mengangguk dengan tenang, sebelum dia tiba-tiba tersenyum penuh kemenangan. "Dengan begini, rencanaku sudah jelas Bu," ujar Emilio tiba-tiba. Pria itu bergerak untuk semakin mendekati sang Ibu, sebelum dia menepuk tangan halus itu sekali. "Salah satu keinginan Ibu, aku akan mengabulkannya sekarang. Apa Ibu memiliki racun yang bisa mempercepat irama jantung? Aku membutuhkannya jika aku ingin membunuh Raja Alexius. Lalu ... Aku juga ingin Ibu menghubungi kenalan Ibu di Kerajaan Orvel untuk mengarang cerita bahwa Pangeran Raoul yang kemungkinan besar menculik Putri Elle. Memutarbalikkan fakta itu merupakan keahlian Ibu bukan?"Ratu Melisa sangat terkejut ketika Emilio dengan santai mengatak
Setelah Emilio selesai dengan urusannya, pria itu menatap mayat Raja Alexius sebelum mendesah lelah. Pria itu membuka pintu keluar dari ruang kerja Raja Alexius, untuk melihat bahwa hanya ada Teresa di tempat itu. "Dia sudah mati. Kita akan melanjutkan ke rencana berikutnya," ujar Emilio memberi tahu. Alisnya sedikit menukik ketika dia melihat Teresa sempat terdiam ketika wanita itu melihat Raja Alexius benar-benar sudah tidak bernapas lagi. Namun di saat selanjutnya, wanita itu segera menoleh untuk mengangguk kepada Emilio. "Semua saksi mata telah saya lumpuhkan, Yang Mulia. Yang Mulia bisa kembali ke istana Anda setelah ini. Mulai dari sini, saya dan Baginda Ratu yang akan menangani keadaan."Emilio mengangguk ringan sebelum dia menyelinap pergi dari tempat itu. Karena Emilio merupakan seorang raja di masa lalu, pria itu mengetahui jalur-jalur rahasia yang tidak diketahui oleh siapa pun selain para raja. Untuk menghindari kecurigaan, pria itu berangkat dan kembali ke istananya men
"Yang Mulia, sebentar lagi kita akan memasuki daerah Daedalus."Raoul menghela napas lega ketika mereka akhirnya tiba di wilayah Daedalus yang letaknya berada di jalur terluar jalan menuju ke wilayah ibu kota. Selama beberapa hari ini, karena mereka terus bergerak cepat untuk mengejar waktu, mereka terpaksa tidur dengan tanah sebagai alas mereka. Bagi Pangeran Raoul dan tentara lain, perjalanan itu mungkin tidak merepotkan sama sekali. Namun kali ini mereka membawa Putri Elle, yang sudah terlihat lelah sekali karena berusaha keras mengikuti kecepatan mereka akhir-akhir ini. Sekalipun Raoul memang ingin segera mencapai ibu kota, pria itu tidak ingin menyiksa Putri Elle lebih banyak lagi. Raoul takut menimbulkan masalah jika Putri Elle sampai sakit di dalam perlindungannya. Lagipula, mereka memang tidak bisa mengembalikan Putri Elle dalam keadaan sakit. Secepat mungkin, mereka harus segera menemukan kota yang layak agar Putri Elle bisa beristirahat dan mengisi energinya lagi. "Baikla
Tok tok tokPutri Elle yang baru saja hendak memejamkan matanya kembali terbangun ketika dia mendengar suara ketukan pintu. Awalnya gadis itu berpikir yang baru saja datang adalah Pangeran Raoul. Namun ketika dia tidak juga mendengar suara dari orang yang mengetuk pintu kamarnya, Putri Elle langsung berjalan mundur sambil perlahan mengenakan pakaian luarnya lagi. "Tuan Putri, kami datang untuk menjemputmu."Bulu kuduk Putri Elle langsung berdiri ketika dia mendengar suara asing dari luar kamarnya. Putri Elle tahu bahwa jika kelompok Pangeran Raoul yang mendatanginya, mereka pasti tidak akan berucap demikian. Tubuh gadis itu gemetar ketika dia berpikir ada kemungkinan bahwa orang yang ingin dia mati telah berhasil menyusulnya. Putri Elle tidak tahu ada di mana Pangeran Raoul ketika dia berada dalam bahaya. Namun gadis itu tahu, dia harus segera melarikan diri jika dia memang masih ingin hidup. "Yang Mulia, tolong jangan buat segalanya menjadi sulit bagi kami. Kami merupakan pasukan b