Kita flashback-an dulu ya biar ceritanya nyambung :')
Setelah hanya ada ibu dan anak di tempat itu, Melisa akhirnya kembali tersenyum walaupun senyumnya perlahan semakin aneh. "Sayang, kamu seharusnya tahu mengapa Ariana bisa sampai diracun pada awalnya. Setelah keluarga Alison kehilangan kekuatannya, orang-orang mulai tidak puas atas pertunanganmu dengan Ariana. Jika kamu terus memaksa untuk mempertahankan pertunanganmu dengan Ariana, bahkan jika Ariana sembuh pada akhirnya, kamu hanya akan menempatkannya dalam bahaya lagi jika terus begini."Melisa melihat wajah tidak puas Emilio, jadi dia segera melanjutkan ucapannya dengan hati-hati. "Namun ceritanya akan berbeda jika Putri Elle yang menjadi ratu sementara Ariana menjadi selirmu. Seorang selir tidak akan memiliki kekuatan politik, sehingga Ariana bisa hidup dengan nyaman bersamamu setelah proses penyembuhannya. Ibu juga tahu bahwa Putri Elle bukanlah gadis yang tidak masuk akal. Selama kamu menikahinya dan menjadikannya seorang ratu, tidak akan ada masalah bahkan jika kamu menghabi
Emilio telah mengenal Cornell selama bertahun-tahun. Pria tersebut tahu, bahwa Cornell tidak mungkin akan bicara omong kosong di akhir nyawanya. Kakinya tanpa sadar bergerak dengan cepat untuk pergi ke taman istana yang Cornell maksud, walaupun hatinya terus berteriak untuk tidak mempercayai ucapan Cornell begitu saja. Emilio tidak ingin percaya bahwa Ibu yang dia hormati berani membohonginya selama ini. Ariana seharusnya tengah berada dalam perjalanan untuk kembali ke Kerajaan Sigmund. Tunangannya itu baik-baik saja, tidak tersiksa seperti yang dibicarakan oleh Cornell sebelumnya. Namun untuk kali ini saja, Emilio terpaksa menelan kebenaran pahit yang selama ini ibunya sembunyikan. Setelah Emilio terus mencari seperti orang gila, dia benar-benar menemukan mayat seorang wanita di tempat yang Cornell sebutkan sebelumnya. Mayat yang ditemukan bukanlah mayat sembarangan. Walaupun wajahnya dipenuhi darah dan hancur, Emilio tetap bisa mengenali siapa mayat menyedihkan itu. Seluruh dunia
"Emilio ... Anakku ... Tolong bangunlah untuk Ibu ...."Di ruangan Emilio yang telah ditinggalkan, Ratu Melisa duduk sambil terus menggenggam tangan anaknya dengan erat. Sejak Raja Alexius mengatakan bahwa Emilio bukan lagi seorang putra mahkota, Ratu Melisa telah hidup dengan sangat putus asa. Dia tidak bisa membunuh Raja Alexius demi anaknya, tetapi dia juga tidak bisa membangunkan sang Anak dari tidur panjangnya. Ratu Melisa bahkan telah berpikir untuk bunuh diri, jika saja Emilio tidak juga bangun sampai Raoul berhasil tiba di ibu kota. Setidaknya jika dia mati, tidak ada orang yang bisa mengancamnya lagi untuk memberi Raja Alexius penawar dari racun yang dia buat. Ratu Melisa mengigit bibirnya dengan erat, ketika dia memikirkan akhir buruk yang mungkin akan terjadi padanya. Tepat ketika dia melamun, tangan yang dia pegang perlahan bergerak kembali. Ratu Melisa sangat terkejut sampai dia lupa memanggil dokter. Matanya hanya terus menatap wajah sang anak, yang perlahan mulai mend
Tidak ada yang tahu berapa lama Emilio terdiam sampai pria itu tiba-tiba berdiri tegak kembali. Sakit yang menganggu kepalanya hilang, ketika Emilio akhirnya berhasil menyatukan ingatan antara dua versi dirinya sendiri. "Ariana memaafkanku."Seiring dengan kembalinya ingatan yang semula berantakan, Emilio juga berhasil mengingat apa saja yang terjadi ketika dia dalam keadaan koma. Semua pembicaraan yang dilakukan di dekatnya terekam dengan jelas, termasuk pada saat Ariana datang untuk mengunjunginya dan mengatakan hal-hal yang hanya diketahui Ariana dari masa depan. Emilio tidak pernah menyangka dia akan diberi kesempatan untuk mencintai Ariana lagi setelah kematiannya. Jika pria itu tahu dia akan dikirim ke masa lalu setelah kematiannya, Emilio mungkin akan membunuh dirinya sendiri lebih cepat sebelumnya. Namun ... Pria itu tahu ada beberapa perubahan di masa lalu karena Ariana. Contohnya saja, pangeran yang seharusnya mati sebagai orang tidak berguna malah menjadi musuh terbesarnya
Emilio berjalan dengan tenang ketika dia keluar dari istananya untuk pergi ke istana utama yang ditempati oleh sang Ibu. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun, ketika dia menjadi pusat perhatian layaknya seorang pemain sirkus. Setelah Emilio keluar dari ruangannya, dia akhirnya paham apa yang para pelayan maksud dengan ucapan mereka. Istana Emilio yang biasanya dipenuhi oleh ratusan pelayan, kini terlihat sepi dan hanya mendapat puluhan pelayan yang harus bekerja keras setelah kemunduran tuan mereka. Istananya yang selalu tampak megah dan bersinar kini meredup, seakan hidup pemiliknya sendiri sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Langkah kaki Emilio berhenti ketika dia melihat taman bunga yang dulu sangat disukai Ariana, kini telah menjadi tempat yang ditinggalkan. Mungkin karena kurangnya pekerja di kediaman Emilio, bunga-bunga yang biasanya mekar dengan indah di bawah perawatan hati-hati dari tukang kebun, kini tampak layu dan tumbuh tidak beraturan. Emilio mengepalkan tangann
Ratu Melisa kembali terlihat gelisah ketika dia akhirnya selesai mengatakan apa yang perlu dia katakan. Jika dia mengingat sifat Emilio yang biasanya, pria itu pasti akan merasa semua informasi yang baru saja dia dengar terlalu mengejutkan untuk dipercaya. Namun Emilio yang ada di depannya ini malah mengangguk dengan tenang, sebelum dia tiba-tiba tersenyum penuh kemenangan. "Dengan begini, rencanaku sudah jelas Bu," ujar Emilio tiba-tiba. Pria itu bergerak untuk semakin mendekati sang Ibu, sebelum dia menepuk tangan halus itu sekali. "Salah satu keinginan Ibu, aku akan mengabulkannya sekarang. Apa Ibu memiliki racun yang bisa mempercepat irama jantung? Aku membutuhkannya jika aku ingin membunuh Raja Alexius. Lalu ... Aku juga ingin Ibu menghubungi kenalan Ibu di Kerajaan Orvel untuk mengarang cerita bahwa Pangeran Raoul yang kemungkinan besar menculik Putri Elle. Memutarbalikkan fakta itu merupakan keahlian Ibu bukan?"Ratu Melisa sangat terkejut ketika Emilio dengan santai mengatak
Setelah Emilio selesai dengan urusannya, pria itu menatap mayat Raja Alexius sebelum mendesah lelah. Pria itu membuka pintu keluar dari ruang kerja Raja Alexius, untuk melihat bahwa hanya ada Teresa di tempat itu. "Dia sudah mati. Kita akan melanjutkan ke rencana berikutnya," ujar Emilio memberi tahu. Alisnya sedikit menukik ketika dia melihat Teresa sempat terdiam ketika wanita itu melihat Raja Alexius benar-benar sudah tidak bernapas lagi. Namun di saat selanjutnya, wanita itu segera menoleh untuk mengangguk kepada Emilio. "Semua saksi mata telah saya lumpuhkan, Yang Mulia. Yang Mulia bisa kembali ke istana Anda setelah ini. Mulai dari sini, saya dan Baginda Ratu yang akan menangani keadaan."Emilio mengangguk ringan sebelum dia menyelinap pergi dari tempat itu. Karena Emilio merupakan seorang raja di masa lalu, pria itu mengetahui jalur-jalur rahasia yang tidak diketahui oleh siapa pun selain para raja. Untuk menghindari kecurigaan, pria itu berangkat dan kembali ke istananya men
"Yang Mulia, sebentar lagi kita akan memasuki daerah Daedalus."Raoul menghela napas lega ketika mereka akhirnya tiba di wilayah Daedalus yang letaknya berada di jalur terluar jalan menuju ke wilayah ibu kota. Selama beberapa hari ini, karena mereka terus bergerak cepat untuk mengejar waktu, mereka terpaksa tidur dengan tanah sebagai alas mereka. Bagi Pangeran Raoul dan tentara lain, perjalanan itu mungkin tidak merepotkan sama sekali. Namun kali ini mereka membawa Putri Elle, yang sudah terlihat lelah sekali karena berusaha keras mengikuti kecepatan mereka akhir-akhir ini. Sekalipun Raoul memang ingin segera mencapai ibu kota, pria itu tidak ingin menyiksa Putri Elle lebih banyak lagi. Raoul takut menimbulkan masalah jika Putri Elle sampai sakit di dalam perlindungannya. Lagipula, mereka memang tidak bisa mengembalikan Putri Elle dalam keadaan sakit. Secepat mungkin, mereka harus segera menemukan kota yang layak agar Putri Elle bisa beristirahat dan mengisi energinya lagi. "Baikla
Selesai selesai menemui Melisa, Raoul tidak langsung kembali ke istana ketika dia malah membawa Ariana ke taman kerajaan yang indah. Setelah lama tidak bertemu, Raoul pikir dia memiliki banyak hal untuk dikatakan pada Ariana. Gadis itu tidak tahu betapa Raoul sangat menantikan pertemuan mereka. Walaupun pertemuan mereka tidak seindah yang Raoul bayangkan, tetapi pria itu tetap senang ketika dia melihat Ariana lagi. Sekarang setelah mereka akhirnya memiliki waktu untuk diri mereka sendiri, Raoul ingin bicara berdua dengan Ariana. Pria itu sama sekali tidak ragu saat dia menggandeng tangan Ariana. Jantungnya semakin berdebar keras, ketika pria tersebut tidak melihat penolakan apa pun dari Ariana. Setelah Raoul meminta Ariana duduk di tempat beristirahat yang ada di taman istana, pangeran tersebut menyusul untuk duduk di sebelah Ariana setelah itu. Namun ketika Raoul melihat wajah murung Ariana, pria tersebut tiba-tiba saja kehilangan kata-katanya. Ariana memang telah berubah menjadi w
Dari kastilnya, Melisa mendengar terompet yang menandakan bahwa perang telah usai. Emilio telah mati, dan Kerajaan Sigmund telah berhasil kembali pada pewaris sahnya. Suara bahagia dia luar kastil berhasil menghancurkan semua harapan Melisa. Wanita itu sempat terpaku, sebelum air matanya mengalir tanpa henti dari kedua matanya. Dengan kematian Emilio, semangat Melisa untuk melarikan diri segera jatuh ke titik nol. Wanita tersebut menatap perang yang telah selesai dari jendela kamarnya, lalu berbalik untuk menatap Teresa yang masih setia untuk menemaninya. Bahkan jika status mereka telah berubah, kesetiaan Teresa tetap sama sampai saat-saat terakhir. Melisa telah menyeret Teresa ke dalam balas dendam dan penderitaan ini. Namun bahkan sekarang, Teresa sama sekali tidak mengeluh ketika dia hanya terus berdiri di belakang Melisa untuk menemani wanita itu. Melihat kegigihan Teresa untuk tetap bersamanya sampai akhir, membuat Melisa kembali sedih. Senyum retak muncul di wajahnya, ketika
Ketika Ariana sudah bisa melihat gerbang istana kerajaan, gadis itu melihat bahwa pertarungan antara pasukan Pangeran Raoul dan pasukan masih berlanjut di halaman istana. Ariana baru saja hendak turun dari kudanya untuk membantu, ketika Jimmy yang melihat keberadaan Ariana langsung berteriak pada gadis itu. "Nona Aria, Pangeran Raoul telah memasuki istana bersama dengan yang lain! Kami bisa mengendalikan situasinya di sini. Jadi tolong bantu Pangeran Raoul untuk menemukan Raja Emilio!"Mendengar bahwa Pangeran Raoul telah masuk ke istana terlebih dahulu untuk mencari Emilio, Ariana merasa dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Gadis itu hanya bisa mengangguk pada Jimmy, sebelum memacu kudanya untuk pergi ke istana kerajaan. Semakin dia masuk ke dalam istana, Ariana melihat semakin banyak orang terpaksa berhenti mengikuti Pangeran Raoul untuk melawan musuh yang ada di istana. Ariana berlari cepat ke dalam istana, dan melihat bahwa Pangeran Raoul tengah bertarung melawan Emilio. Di ru
Ketika Emilio bangun kembali, dia merasa bahwa ribuan batu telah menindih badanya yang rapuh. Pria tersebut tidak bisa menahan batuk ketika dia mencoba untuk bangun secara tiba-tiba. Pandangannya sedikit kabur. Emilio hanya bisa mendengar seseorang samar-samar memanggil namanya, sebelum dia akhirnya cukup sadar untuk melihat ke sekeliling. Begitu Emilio melirik ke arah suara berdengung yang sejak tadi terus mengganggunua, pria itu menemukan sang Ibu yang selama ini dia kurung di kastil terpencil tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Emilio, syukurlah kamu telah bangun Nak. Tenang saja, sebentar lagi kita akan pergi dari tempat ini. Ibu telah memikirkannya dengan baik. Tidak ada balas dendam atau kejahatan lain. Ibu hanya ingin hidup bahagia denganmu mulai saat ini."Alis Emilio bekerut ketika dia tidak mengerti apa maksud ucapan sang Ibu. Walaupun badan Emilio masih lemas dan sedikit bergetar ketika dia paksakan untuk bangun, pria itu tetap bangun dari posisi tidurnya untuk m
Sekitar tiga puluh menit telah terlewat sejak Ariana awal berlari. Selama waktu itu, gerbang yang seharusnya terbuka masih belum dibuka oleh Carla. Ariana menatap ke arah gerbang dengan tatapan khawatir. Walaupun gadis itu tahu dia seharusnya percaya pada Carla, Ariana tetap saja tidak bisa menahan pikiran buruk yang mulai bermunculan di pikirannya. Sejak awal, membuka gerbang dari dalam dengan kerja sama dari dua orang saja memang terdengar mustahil dilakukan. Ariana baru saja hendak berbalik untuk mencapai gerbang, ketika gerbang berat yang mustahil diangkat sebelumnya perlahan mulai naik ke atas. "Si, siapa yang membuka gerbang itu?! Ke mana orang-orang yang diminta menjaga gerbang itu pergi?!"Dari kejauhan, Ariana bisa mendengar para tentara berteriak panik. Kekacauan semakin parah ketika dari dalam ibu kota saja, Ariana bisa mendengar suara langkah kuda yang melaju dengan cepat. Tatapan di mata Ariana sedikit melembut, ketika dia akhirnya bisa melihat Pangeran Raoul memimpin p
Pangeran Raoul menatap gerbang ibu kota dengan tatapan nostalgia begitu dia berhasil melihat tempat tersebut dari kejauhan. Dengan masalah yang terus-menerus menimpanya sejak Raoul pergi dari ibu kota, rasanya sudah lama sekali sejak pangeran tersebut bisa kembali ke kampung halamannya. Di dalam gerbang itu, ada Ariana dan ribuan warga ibu kota yang perlu dia selamatkan. Pertarungannya di tempat itu, akan menjadi penentu kemenangannya dalam memperebutkan takhta. Pangeran Raoul menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Pangeran tersebut telah melewati banyak pertarungan untuk sampai ke titik ini. Namun dari semua pertarungan, dia tidak pernah merasa sampai segugup ini. Raoul hanya bisa berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar. Ariana telah berhasil diselamatkan dari istana kerajaan, sementara Emilio tidak ada kabarnya setelah diracun. Untuk saat ini, Raoul hanya perlu fokus menerobos masuk ke istana dan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya selama ini. "
Ketika Ariana sadar kembali, dia sudah berada di ruangan sederhana yang tidak dikenal. Di sekelilingnya, Ariana mendengar suara ramai yang bercampur menjadi satu. Suara anak-anak mendominasi indra pendengaran Ariana. Gadis itu perlahan bangkit dari posisi tidurnya, lalu menatap ke sekeliling untuk mengenali lingkungan di sekitarnya. Hal yang terakhir Ariana ingat merupakan saat di mana dia memaksa untuk menyusul Cornell dan tiba-tiba merasakan perasaan sakit di bagian tengkuknya. Tampaknya untuk menghentikan perlawanannya, Carla telah memukul titik lemahnya hingga dia akhirnya pingsan. Ariana tidak tahu dia ada di mana. Namun satu hal yang pasti, Ariana tidak bisa menemukan keberadaan Carla di tempat asing itu. Setelah kesadarannya kembali, Ariana turun dari tempat tidurnya untuk keluar dari ruangan itu. Gadis tersebut membuka pintu ruangan itu dengan hati-hati, dan langsung disambut oleh anak-anak yang tengah bermain kejar-kejaran di lorong tempat tersebut. "Anak-anak, jangan berl
Saat itu Raja Emilio tengah berada di ruang kerjanya, ketika seseorang datang dengan terburu-buru untuk memberikan tahu kabar yang paling dia takuti selama ini. "Baginda, seorang penyusup telah masuk dan membawa pergi Duchess Alison!"Mengabaikan semua hal, Raja Emilio langsung berlari untuk kembali ke istana kerajaannya saat itu juga. Emilio pikir, Ariana akan aman di istananya karena dia menugaskan hampir setengah kesatria kerajaan untuk berjaga hanya di tempat itu. Ariana juga telah berperilaku dengan sangat baik akhir-akhir ini. Gadis itu bahkan mengijinkan Emilio untuk bermalam di kamarnya, lalu tersenyum kecil di berbagai kesempatan. Emilio pikir mereka bisa kembali ke titik awal yang dia inginkan sebentar lagi. Kebahagiaan yang dia dambakan ada di depan mata, ketika Ariana sudah mulai membuka hatinya lagi. Namun pemandangan yang pria itu dapatkan ketika kembali ke istananya, telah menghancurkan semua harapan Emilio. Pria itu hanya bisa melihat puluhan kesatria kerajaan yang t
Raja Bernard bekerja sangat cepat untuk mempersiapkan pasukannya yang akan ikut kembali bersama Pangeran Raoul ke Ibu Kota Kerajaan Sigmund. Hanya dalam waktu tiga hari, Pangeran Raoul akhirnya siap untuk kembali ke kerajaannya sendiri. Pria tersebut melihat barisan pasukan yang ada di depannya, sebelum berbalik untuk menatap Raja Bernard dan Putri Elle yang mengantar kepergiannya. "Kebaikan Anda hari ini tidak akan pernah saya lupakan. Setelah saya berhasil mengambil alih kerajaan, saya harap dua kerajaan bisa memiliki hubungan yang baik kembali."Raja Bernard tersenyum setelah mendengar ucapan Pangeran Raoul. "Tentu saja. Hubungan kita mungkin pernah buruk karena perang. Nyawa yang hilang juga tidak akan pernah kembali. Namun dari kesalahan ini, aku ingin belajar untuk berpikir lebih kritis sebagai seorang pemimpin. Pangeran Raoul, aku akan menunggu saat di mana kedua kerajaan bisa saling membantu lagi seperti dahulu," ujarnya. "Berhati-hatilah di jalan. Aku harap semuanya berjala