Setelah Emilio selesai dengan urusannya, pria itu menatap mayat Raja Alexius sebelum mendesah lelah. Pria itu membuka pintu keluar dari ruang kerja Raja Alexius, untuk melihat bahwa hanya ada Teresa di tempat itu. "Dia sudah mati. Kita akan melanjutkan ke rencana berikutnya," ujar Emilio memberi tahu. Alisnya sedikit menukik ketika dia melihat Teresa sempat terdiam ketika wanita itu melihat Raja Alexius benar-benar sudah tidak bernapas lagi. Namun di saat selanjutnya, wanita itu segera menoleh untuk mengangguk kepada Emilio. "Semua saksi mata telah saya lumpuhkan, Yang Mulia. Yang Mulia bisa kembali ke istana Anda setelah ini. Mulai dari sini, saya dan Baginda Ratu yang akan menangani keadaan."Emilio mengangguk ringan sebelum dia menyelinap pergi dari tempat itu. Karena Emilio merupakan seorang raja di masa lalu, pria itu mengetahui jalur-jalur rahasia yang tidak diketahui oleh siapa pun selain para raja. Untuk menghindari kecurigaan, pria itu berangkat dan kembali ke istananya men
"Yang Mulia, sebentar lagi kita akan memasuki daerah Daedalus."Raoul menghela napas lega ketika mereka akhirnya tiba di wilayah Daedalus yang letaknya berada di jalur terluar jalan menuju ke wilayah ibu kota. Selama beberapa hari ini, karena mereka terus bergerak cepat untuk mengejar waktu, mereka terpaksa tidur dengan tanah sebagai alas mereka. Bagi Pangeran Raoul dan tentara lain, perjalanan itu mungkin tidak merepotkan sama sekali. Namun kali ini mereka membawa Putri Elle, yang sudah terlihat lelah sekali karena berusaha keras mengikuti kecepatan mereka akhir-akhir ini. Sekalipun Raoul memang ingin segera mencapai ibu kota, pria itu tidak ingin menyiksa Putri Elle lebih banyak lagi. Raoul takut menimbulkan masalah jika Putri Elle sampai sakit di dalam perlindungannya. Lagipula, mereka memang tidak bisa mengembalikan Putri Elle dalam keadaan sakit. Secepat mungkin, mereka harus segera menemukan kota yang layak agar Putri Elle bisa beristirahat dan mengisi energinya lagi. "Baikla
Tok tok tokPutri Elle yang baru saja hendak memejamkan matanya kembali terbangun ketika dia mendengar suara ketukan pintu. Awalnya gadis itu berpikir yang baru saja datang adalah Pangeran Raoul. Namun ketika dia tidak juga mendengar suara dari orang yang mengetuk pintu kamarnya, Putri Elle langsung berjalan mundur sambil perlahan mengenakan pakaian luarnya lagi. "Tuan Putri, kami datang untuk menjemputmu."Bulu kuduk Putri Elle langsung berdiri ketika dia mendengar suara asing dari luar kamarnya. Putri Elle tahu bahwa jika kelompok Pangeran Raoul yang mendatanginya, mereka pasti tidak akan berucap demikian. Tubuh gadis itu gemetar ketika dia berpikir ada kemungkinan bahwa orang yang ingin dia mati telah berhasil menyusulnya. Putri Elle tidak tahu ada di mana Pangeran Raoul ketika dia berada dalam bahaya. Namun gadis itu tahu, dia harus segera melarikan diri jika dia memang masih ingin hidup. "Yang Mulia, tolong jangan buat segalanya menjadi sulit bagi kami. Kami merupakan pasukan b
" ... lia!"" ... Mulia!""Yang Mulia!"Raoul perlahan membuka matanya kembali satu suara Kapten Allen menggema di telinganya. Pria itu merasa ada sesuatu yang janggal, ketika dia tidak bisa menggerakan tangan maupun kakinya. Perlahan kesadarannya kembali, ketika dia mendengar suara Kapten Allen untuk sekali lagi. "Yang Mulia, tolong sadarlah!"Kali ini, mata Raoul benar-benar terbuka ketika dia menatap bingung daerah di sekitarnya. Hal terakhir yang Raoul ingat adalah saat di mana dia menyadari ada sesuatu yang salah, dan bergegas untuk mengamankan Putri Elle. Namun Raoul hanya berhasil mengambil beberapa langkah, sebelum perasaan pusing membuatnya jatuh tidak sadarkan diri. Sekarang ketika dia bangun, pangeran tersebut sudah bisa menebak dia dikurung di penjara dari tempat dan borgol yang mengikat tangan dan kakinya. Raoul melihat bahwa dari semua anggota kelompoknya yang ada di sana, hanya Kapten Allen yang sudah benar-benar sadar kembali. "Apa ini serangan musuh?" tanya Raoul de
"Tidak mungkin ... Bagaimana bisa Raja Alexius meninggal secara tiba-tiba ...."Setelah kepergian Marquis Daedalus, suasana di dalam penjara sangat suram karena semua orang masih terlalu terkejut dengan berita yang baru hari ini mereka ketahui. Para tentara yang baru bangun juga tidak kalah sedih ketika mereka tahu bahwa mereka akan mati sebagai pengkhianat begitu mereka dikirim ke ibu kota. Semua orang berada dalam suasana hati yang kacau, termasuk Raoul yang terdiam sambil menekuk kedua lututnya. "Yang Mulia, Anda harus melarikan diri dari tempat ini. Menurut saya, kematian Raja Alexius dan dikirimnya Nona Ariana ke medan perang bersama Duke Andrew itu tidak benar. Pangeran Emilio dan Ratu Melisa pasti memiliki kaitan dengan perubahan ini. Lagipula, kejadian ini terjadi setelah Raja Alexius memutuskan untuk menunjuk Anda sebagai putra mahkota.""Aku tahu."Di luar ekspetasi Kapten Allen, Pangeran Raoul ternyata benar-benar bersedia menjawab ucapannya walaupun dengan suara tertahan.
Bulan sudah naik ketika Raoul dan yang lain akhirnya keluar dari penjara. Di tempat yang sepi itu, bahkan suara serangga bisa didengar dengan sangat jelas. Raoul dan yang lain harus berjalan dengan sangat hati-hati, jika mereka ingin menghindari perhatian yang tidak perlu. Setelah mereka akhirnya bisa melihat langit lagi, Putri Elle yang bertugas memimpin jalan menunjuk ke arah semak yang cukup tinggi untuk memberi tahu bahwa dia menyembunyikan seorang penjaga yang pingsan di tempat itu. Saat ini, yang memiliki pedang hanya Putri Elle dan Pangeran Raoul. Kapten Allen dan para tentara yang ikut kabur dengan mereka juga masih memerlukan senjata untuk mempertahankan hidup mereka sendiri saat ini. Setelah mereka menemukan mayat penjara tersebut, Kapten Allen segera bergerak cepat untuk mengambil pedang dan pisau yang ada di pinggang penjaga tersebut. Kapten pasukan tersebut membagi hasil jarahannya dengan anak buahnya. Mereka benar-benar beruntung, karena sampai sejauh ini belum ada yang
"Hidup panjang Baginda Raja Emilio!"Emilio tersenyum ringan ketika dia akhirnya kembali ke titik terakhir dalam kehidupan sebelumnya. Ketika Emilio duduk di kursi raja, dia akhirnya bisa melihat ekspresi orang-orang di bawahnya dengan baik. Orang-orang yang mendukungnya jelas memiliki ekspresi bahagia di wajah mereka. Sementara mereka yang masih keberatan, tetapi kalah dalam pemilihan, memiliki ekspresi kusut di wajah mereka. Dari kursinya yang paling tinggi di antara semua orang, Emilio akhirnya memiliki perasaan bahwa dia telah menguasai segalanya. Kali ini, dia berhasil naik takhta tanpa pengaruh sang Ibu. Para bangsawan juga bukan orang yang paling berpengaruh dari perubahan statusnya. Dia berdiri di tempat itu, murni dengan kekuatannya sendiri. Awalnya, beberapa orang memang masih meragukan kemampuan seseorang yang baru saja mencapai usia dewasa seperti Emolio. Namun tanpa diduga, kemampuan Emilio baik dalam menangani kematian sang Ayah maupun masalah kerajaan sangat baik sampa
Malam sudah semakin larut ketika Emilio akhirnya kembali ke kamarnya sendiri setelah pesta. Tanpa ditemani siapa pun, pria itu menyusuri jalanan istana yang sudah mulai sepi. Hanya ketika dia telah tiba di kediamannya, Emilio tiba-tiba berhenti di depan pintu. Emilio yang sebelumnya terlihat sedikit mabuk perlahan menunjukkan senyumnya. Raja tersebut mengambil tempat duduknya sendiri, sebelum dia menatap bayangan yang bersembunyi di dalam kegelapan. "Sampai kapan kamu akan berdiri di sana? Trik kecilmu itu tidak akan bekerja padaku ngomong-ngomong."" ... Luar biasa, Baginda Raja. Ini adalah pertama kalinya bagi saya untuk bertemu dengan orang yang bisa menyadari keberadaan saya. Ah, ini juga mungkin pertama kalinya bagi saya, untuk dipanggil secara langsung oleh seorang raja."Dari balik bayangan, muncul seorang pria bertopeng dengan pakaian yang terlihat misterius. Emilio menatap pria tersebut sambil tersenyum. Di kehidupan lamanya, dia memiliki hubungan yang cukup akrab dengan pri