"Tidak mungkin ... Bagaimana bisa Raja Alexius meninggal secara tiba-tiba ...."Setelah kepergian Marquis Daedalus, suasana di dalam penjara sangat suram karena semua orang masih terlalu terkejut dengan berita yang baru hari ini mereka ketahui. Para tentara yang baru bangun juga tidak kalah sedih ketika mereka tahu bahwa mereka akan mati sebagai pengkhianat begitu mereka dikirim ke ibu kota. Semua orang berada dalam suasana hati yang kacau, termasuk Raoul yang terdiam sambil menekuk kedua lututnya. "Yang Mulia, Anda harus melarikan diri dari tempat ini. Menurut saya, kematian Raja Alexius dan dikirimnya Nona Ariana ke medan perang bersama Duke Andrew itu tidak benar. Pangeran Emilio dan Ratu Melisa pasti memiliki kaitan dengan perubahan ini. Lagipula, kejadian ini terjadi setelah Raja Alexius memutuskan untuk menunjuk Anda sebagai putra mahkota.""Aku tahu."Di luar ekspetasi Kapten Allen, Pangeran Raoul ternyata benar-benar bersedia menjawab ucapannya walaupun dengan suara tertahan.
Bulan sudah naik ketika Raoul dan yang lain akhirnya keluar dari penjara. Di tempat yang sepi itu, bahkan suara serangga bisa didengar dengan sangat jelas. Raoul dan yang lain harus berjalan dengan sangat hati-hati, jika mereka ingin menghindari perhatian yang tidak perlu. Setelah mereka akhirnya bisa melihat langit lagi, Putri Elle yang bertugas memimpin jalan menunjuk ke arah semak yang cukup tinggi untuk memberi tahu bahwa dia menyembunyikan seorang penjaga yang pingsan di tempat itu. Saat ini, yang memiliki pedang hanya Putri Elle dan Pangeran Raoul. Kapten Allen dan para tentara yang ikut kabur dengan mereka juga masih memerlukan senjata untuk mempertahankan hidup mereka sendiri saat ini. Setelah mereka menemukan mayat penjara tersebut, Kapten Allen segera bergerak cepat untuk mengambil pedang dan pisau yang ada di pinggang penjaga tersebut. Kapten pasukan tersebut membagi hasil jarahannya dengan anak buahnya. Mereka benar-benar beruntung, karena sampai sejauh ini belum ada yang
"Hidup panjang Baginda Raja Emilio!"Emilio tersenyum ringan ketika dia akhirnya kembali ke titik terakhir dalam kehidupan sebelumnya. Ketika Emilio duduk di kursi raja, dia akhirnya bisa melihat ekspresi orang-orang di bawahnya dengan baik. Orang-orang yang mendukungnya jelas memiliki ekspresi bahagia di wajah mereka. Sementara mereka yang masih keberatan, tetapi kalah dalam pemilihan, memiliki ekspresi kusut di wajah mereka. Dari kursinya yang paling tinggi di antara semua orang, Emilio akhirnya memiliki perasaan bahwa dia telah menguasai segalanya. Kali ini, dia berhasil naik takhta tanpa pengaruh sang Ibu. Para bangsawan juga bukan orang yang paling berpengaruh dari perubahan statusnya. Dia berdiri di tempat itu, murni dengan kekuatannya sendiri. Awalnya, beberapa orang memang masih meragukan kemampuan seseorang yang baru saja mencapai usia dewasa seperti Emolio. Namun tanpa diduga, kemampuan Emilio baik dalam menangani kematian sang Ayah maupun masalah kerajaan sangat baik sampa
Malam sudah semakin larut ketika Emilio akhirnya kembali ke kamarnya sendiri setelah pesta. Tanpa ditemani siapa pun, pria itu menyusuri jalanan istana yang sudah mulai sepi. Hanya ketika dia telah tiba di kediamannya, Emilio tiba-tiba berhenti di depan pintu. Emilio yang sebelumnya terlihat sedikit mabuk perlahan menunjukkan senyumnya. Raja tersebut mengambil tempat duduknya sendiri, sebelum dia menatap bayangan yang bersembunyi di dalam kegelapan. "Sampai kapan kamu akan berdiri di sana? Trik kecilmu itu tidak akan bekerja padaku ngomong-ngomong."" ... Luar biasa, Baginda Raja. Ini adalah pertama kalinya bagi saya untuk bertemu dengan orang yang bisa menyadari keberadaan saya. Ah, ini juga mungkin pertama kalinya bagi saya, untuk dipanggil secara langsung oleh seorang raja."Dari balik bayangan, muncul seorang pria bertopeng dengan pakaian yang terlihat misterius. Emilio menatap pria tersebut sambil tersenyum. Di kehidupan lamanya, dia memiliki hubungan yang cukup akrab dengan pri
Di atas dinding benteng yang kokoh, Ariana berdiri dan menatap ke arah cakrawala yang luas. Setelah pertarungan mereka yang tidak kenal lelah, pada akhirnya mereka memiliki kesempatan untuk beristirahat lagi. Sejak kemarin, musuh tidak lagi muncul dan mencoba menerobos pertahanan terakhir mereka. Hamparan tanah kosong yang semula menjadi medan pertempuran, terlihat lebih sepi dan senyap sekarang ini. Mayat-mayat prajurit yang gugur juga sudah dibereskan, sehingga Ariana hanya bisa melihat bercak darah yang tersisa di hamparan tanah kosong yang ada di depannya. Ketika Ariana melihat warna merah yang mewarnai tanah luas tersebut, pandangannya tanpa sadar terlihat sedikit kabur. Di antara semua bercak darah itu, ada darah prajurit Kerajaan Sigmund yang gugur di bawah perintahnya. Tidak peduli sekeras apa Ariana mencoba untuk melindungi semua orang, dia tetap akan kehilangan beberapa tentara hebat pada akhirnya. Kepada mereka yang sudah percaya pada pada Ariana, gadis itu hanya bisa memb
Setelah semua orang keluar dari ruangan itu, Ariana berusaha keras untuk menenangkan emosinya lagi. Dari apa yang dia tangkap, Pangeran Raoul tampaknya belum berhasil ditangkap sampai saat ini. Selama Pangeran Raoul tidak tertangkap, Ariana yakin semuanya masih belum benar-benar berakhir. Informasi mengenai pengkhianatan Pangeran Raoul juga masih belum jelas. Ariana tahu dia membutuhkan lebih banyak informasi, jika dia ingin membuat rencana selanjutnya. Untuk sementara waktu, Ariana meninggalkan pemikiran itu untuk melihat surat tersegel yang baru saja dia dapatkan. Dengan meninggalnya Raja Alexius, Ariana cukup yakin bahwa yang mengirim surat itu merupakan Emilio. Gadis itu menatap surat tersebut sambil berpikir keras. Pada akhirnya dia tetap harus membuka surat itu, jika dia ingin mendapatkan informasi lain tentang situasi mereka. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Ariana membuka segel surat tersebut saat itu juga. Ketika dibuka, Ariana melihat tulisan akrab yang masih dia ing
Ariana menggosok matanya beberapa kali ketika dia bangun dan berdiri di atas genangan darah yang tidak berujung. Tidak peduli ke mana Ariana melihat, dia hanya melihat warna merah yang mewarnai semua tempat. Perasaan tidak enak menguasai hatinya, ketika gadis itu mencoba bergerak dari posisi diamnya. "Ugh!"Baru saja Ariana hendak melangkah, dan dia sudah terjatuh karena sesuatu menahan salah satu kakinya. Ketika Ariana menoleh ke belakang, dia melihat bahwa yang menahannya merupakan tangan seseorang. Ketakutan menguasai gadis itu, ketika dia melihat yang baru saja menahan kakinya merupakan sang Kakek yang telah mati di medan perang. "Aria, ke mana kamu ingin pergi? Tempat kita di sini. Tidak peduli apa yang kamu lakukan, kenyataan tidak akan berubah semudah itu. Lihat, usahamu itu telah menyia-nyiakan banyak nyawa tidak bersalah untuk sekali lagi."Ketika Ariana mengikuti arah yang ditunjuk oleh kakeknya, dia melihat gunungan mayat prajurit yang telah gugur di medan perang. Di anta
Setelah kepergian Ariana, benteng yang semula selalu sibuk untuk menyiapkan perang akhirnya memiliki waktu istirahat mereka. Valencia yang kehilangan tugasnya juga hanya bisa merawat sang Kakak di waktu senggangnya. Namun bahkan jika dia tengah diajak bicara oleh seseorang, Valencia akan tetap melamun dari waktu ke waktu. Sikapnya tentu saja membuat banyak orang khawatir padanya. Karena mereka tahu, Valencia pasti sedih karena Ariana membebastugaskan dia dan meninggalkannya di perbatasan. "Valencia, Nona Aria pasti akan baik-baik saja. Kita juga telah diberi perintah yang penting oleh Nona Aria. Yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah melakukan yang terbaik dan jangan mengecewakan Nona Aria lagi.""Aku tidak bermaksud untuk mengecewakannya, Kak Cale!"Valencia bergumam dengan frustrasi saat Cale berusaha untuk menghiburnya. Tidak ada yang mengerti mengapa dia benar-benar keras kepala kali ini. Bahkan Ariana yang dia pikir akan mengerti, benar-benar menolak untuk mendengarkan alasann
Selesai selesai menemui Melisa, Raoul tidak langsung kembali ke istana ketika dia malah membawa Ariana ke taman kerajaan yang indah. Setelah lama tidak bertemu, Raoul pikir dia memiliki banyak hal untuk dikatakan pada Ariana. Gadis itu tidak tahu betapa Raoul sangat menantikan pertemuan mereka. Walaupun pertemuan mereka tidak seindah yang Raoul bayangkan, tetapi pria itu tetap senang ketika dia melihat Ariana lagi. Sekarang setelah mereka akhirnya memiliki waktu untuk diri mereka sendiri, Raoul ingin bicara berdua dengan Ariana. Pria itu sama sekali tidak ragu saat dia menggandeng tangan Ariana. Jantungnya semakin berdebar keras, ketika pria tersebut tidak melihat penolakan apa pun dari Ariana. Setelah Raoul meminta Ariana duduk di tempat beristirahat yang ada di taman istana, pangeran tersebut menyusul untuk duduk di sebelah Ariana setelah itu. Namun ketika Raoul melihat wajah murung Ariana, pria tersebut tiba-tiba saja kehilangan kata-katanya. Ariana memang telah berubah menjadi w
Dari kastilnya, Melisa mendengar terompet yang menandakan bahwa perang telah usai. Emilio telah mati, dan Kerajaan Sigmund telah berhasil kembali pada pewaris sahnya. Suara bahagia dia luar kastil berhasil menghancurkan semua harapan Melisa. Wanita itu sempat terpaku, sebelum air matanya mengalir tanpa henti dari kedua matanya. Dengan kematian Emilio, semangat Melisa untuk melarikan diri segera jatuh ke titik nol. Wanita tersebut menatap perang yang telah selesai dari jendela kamarnya, lalu berbalik untuk menatap Teresa yang masih setia untuk menemaninya. Bahkan jika status mereka telah berubah, kesetiaan Teresa tetap sama sampai saat-saat terakhir. Melisa telah menyeret Teresa ke dalam balas dendam dan penderitaan ini. Namun bahkan sekarang, Teresa sama sekali tidak mengeluh ketika dia hanya terus berdiri di belakang Melisa untuk menemani wanita itu. Melihat kegigihan Teresa untuk tetap bersamanya sampai akhir, membuat Melisa kembali sedih. Senyum retak muncul di wajahnya, ketika
Ketika Ariana sudah bisa melihat gerbang istana kerajaan, gadis itu melihat bahwa pertarungan antara pasukan Pangeran Raoul dan pasukan masih berlanjut di halaman istana. Ariana baru saja hendak turun dari kudanya untuk membantu, ketika Jimmy yang melihat keberadaan Ariana langsung berteriak pada gadis itu. "Nona Aria, Pangeran Raoul telah memasuki istana bersama dengan yang lain! Kami bisa mengendalikan situasinya di sini. Jadi tolong bantu Pangeran Raoul untuk menemukan Raja Emilio!"Mendengar bahwa Pangeran Raoul telah masuk ke istana terlebih dahulu untuk mencari Emilio, Ariana merasa dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Gadis itu hanya bisa mengangguk pada Jimmy, sebelum memacu kudanya untuk pergi ke istana kerajaan. Semakin dia masuk ke dalam istana, Ariana melihat semakin banyak orang terpaksa berhenti mengikuti Pangeran Raoul untuk melawan musuh yang ada di istana. Ariana berlari cepat ke dalam istana, dan melihat bahwa Pangeran Raoul tengah bertarung melawan Emilio. Di ru
Ketika Emilio bangun kembali, dia merasa bahwa ribuan batu telah menindih badanya yang rapuh. Pria tersebut tidak bisa menahan batuk ketika dia mencoba untuk bangun secara tiba-tiba. Pandangannya sedikit kabur. Emilio hanya bisa mendengar seseorang samar-samar memanggil namanya, sebelum dia akhirnya cukup sadar untuk melihat ke sekeliling. Begitu Emilio melirik ke arah suara berdengung yang sejak tadi terus mengganggunua, pria itu menemukan sang Ibu yang selama ini dia kurung di kastil terpencil tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Emilio, syukurlah kamu telah bangun Nak. Tenang saja, sebentar lagi kita akan pergi dari tempat ini. Ibu telah memikirkannya dengan baik. Tidak ada balas dendam atau kejahatan lain. Ibu hanya ingin hidup bahagia denganmu mulai saat ini."Alis Emilio bekerut ketika dia tidak mengerti apa maksud ucapan sang Ibu. Walaupun badan Emilio masih lemas dan sedikit bergetar ketika dia paksakan untuk bangun, pria itu tetap bangun dari posisi tidurnya untuk m
Sekitar tiga puluh menit telah terlewat sejak Ariana awal berlari. Selama waktu itu, gerbang yang seharusnya terbuka masih belum dibuka oleh Carla. Ariana menatap ke arah gerbang dengan tatapan khawatir. Walaupun gadis itu tahu dia seharusnya percaya pada Carla, Ariana tetap saja tidak bisa menahan pikiran buruk yang mulai bermunculan di pikirannya. Sejak awal, membuka gerbang dari dalam dengan kerja sama dari dua orang saja memang terdengar mustahil dilakukan. Ariana baru saja hendak berbalik untuk mencapai gerbang, ketika gerbang berat yang mustahil diangkat sebelumnya perlahan mulai naik ke atas. "Si, siapa yang membuka gerbang itu?! Ke mana orang-orang yang diminta menjaga gerbang itu pergi?!"Dari kejauhan, Ariana bisa mendengar para tentara berteriak panik. Kekacauan semakin parah ketika dari dalam ibu kota saja, Ariana bisa mendengar suara langkah kuda yang melaju dengan cepat. Tatapan di mata Ariana sedikit melembut, ketika dia akhirnya bisa melihat Pangeran Raoul memimpin p
Pangeran Raoul menatap gerbang ibu kota dengan tatapan nostalgia begitu dia berhasil melihat tempat tersebut dari kejauhan. Dengan masalah yang terus-menerus menimpanya sejak Raoul pergi dari ibu kota, rasanya sudah lama sekali sejak pangeran tersebut bisa kembali ke kampung halamannya. Di dalam gerbang itu, ada Ariana dan ribuan warga ibu kota yang perlu dia selamatkan. Pertarungannya di tempat itu, akan menjadi penentu kemenangannya dalam memperebutkan takhta. Pangeran Raoul menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Pangeran tersebut telah melewati banyak pertarungan untuk sampai ke titik ini. Namun dari semua pertarungan, dia tidak pernah merasa sampai segugup ini. Raoul hanya bisa berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar. Ariana telah berhasil diselamatkan dari istana kerajaan, sementara Emilio tidak ada kabarnya setelah diracun. Untuk saat ini, Raoul hanya perlu fokus menerobos masuk ke istana dan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya selama ini. "
Ketika Ariana sadar kembali, dia sudah berada di ruangan sederhana yang tidak dikenal. Di sekelilingnya, Ariana mendengar suara ramai yang bercampur menjadi satu. Suara anak-anak mendominasi indra pendengaran Ariana. Gadis itu perlahan bangkit dari posisi tidurnya, lalu menatap ke sekeliling untuk mengenali lingkungan di sekitarnya. Hal yang terakhir Ariana ingat merupakan saat di mana dia memaksa untuk menyusul Cornell dan tiba-tiba merasakan perasaan sakit di bagian tengkuknya. Tampaknya untuk menghentikan perlawanannya, Carla telah memukul titik lemahnya hingga dia akhirnya pingsan. Ariana tidak tahu dia ada di mana. Namun satu hal yang pasti, Ariana tidak bisa menemukan keberadaan Carla di tempat asing itu. Setelah kesadarannya kembali, Ariana turun dari tempat tidurnya untuk keluar dari ruangan itu. Gadis tersebut membuka pintu ruangan itu dengan hati-hati, dan langsung disambut oleh anak-anak yang tengah bermain kejar-kejaran di lorong tempat tersebut. "Anak-anak, jangan berl
Saat itu Raja Emilio tengah berada di ruang kerjanya, ketika seseorang datang dengan terburu-buru untuk memberikan tahu kabar yang paling dia takuti selama ini. "Baginda, seorang penyusup telah masuk dan membawa pergi Duchess Alison!"Mengabaikan semua hal, Raja Emilio langsung berlari untuk kembali ke istana kerajaannya saat itu juga. Emilio pikir, Ariana akan aman di istananya karena dia menugaskan hampir setengah kesatria kerajaan untuk berjaga hanya di tempat itu. Ariana juga telah berperilaku dengan sangat baik akhir-akhir ini. Gadis itu bahkan mengijinkan Emilio untuk bermalam di kamarnya, lalu tersenyum kecil di berbagai kesempatan. Emilio pikir mereka bisa kembali ke titik awal yang dia inginkan sebentar lagi. Kebahagiaan yang dia dambakan ada di depan mata, ketika Ariana sudah mulai membuka hatinya lagi. Namun pemandangan yang pria itu dapatkan ketika kembali ke istananya, telah menghancurkan semua harapan Emilio. Pria itu hanya bisa melihat puluhan kesatria kerajaan yang t
Raja Bernard bekerja sangat cepat untuk mempersiapkan pasukannya yang akan ikut kembali bersama Pangeran Raoul ke Ibu Kota Kerajaan Sigmund. Hanya dalam waktu tiga hari, Pangeran Raoul akhirnya siap untuk kembali ke kerajaannya sendiri. Pria tersebut melihat barisan pasukan yang ada di depannya, sebelum berbalik untuk menatap Raja Bernard dan Putri Elle yang mengantar kepergiannya. "Kebaikan Anda hari ini tidak akan pernah saya lupakan. Setelah saya berhasil mengambil alih kerajaan, saya harap dua kerajaan bisa memiliki hubungan yang baik kembali."Raja Bernard tersenyum setelah mendengar ucapan Pangeran Raoul. "Tentu saja. Hubungan kita mungkin pernah buruk karena perang. Nyawa yang hilang juga tidak akan pernah kembali. Namun dari kesalahan ini, aku ingin belajar untuk berpikir lebih kritis sebagai seorang pemimpin. Pangeran Raoul, aku akan menunggu saat di mana kedua kerajaan bisa saling membantu lagi seperti dahulu," ujarnya. "Berhati-hatilah di jalan. Aku harap semuanya berjala