Share

Kesatria Mawar
Kesatria Mawar
Penulis: Puziyuuri

Bagian 1

Penulis: Puziyuuri
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-03 12:28:49

Suara besi beradu memekakkan telinga, membuat ngilu. Erangan-erangan memilukan terdengar menyayat, meremangkan bulu kuduk. Satu per satu tubuh dengan baju zirah roboh, memberi warna merah pada kubangan lumpur.

Tombak teracung, anak panah dilesatkan mencari sasaran. Korban semakin banyak berjatuhan. Mayat yang bertumpuk terinjak-injak. Aroma anyir menyesakkan udara. Namun, dua pihak yang tengah berseteru tidak terlihat akan mundur.

Sebenarnya, Kerajaan Arion membenci peperangan. Namun, tanah subur dan kaya akan hasil alam negeri tersebut menyebabkan kerajaan-kerajaan lain tergoda untuk menjajah. Beberapa kali raja mencoba mengirim utusan untuk diplomasi. Sebagian bisa diselesaikan dengan baik, tetapi lebih banyak yang berakhir dengan peperangan.

Perang kali ini, pasukan Kerajaan Arion dipimpin Pangeran Heydar, pangeran kedua. Kemampuan berpedang dan berkudanya hanya bisa ditandingi Farzam, panglima perang senior dan putrinya, Gulzar Heer. Ketika ketiganya menyatukan kekuatan, musuh tidak berkutik. Sementara itu, Kerajaan Arion juga membawa tim medis yang dipimpin pangeran ketiga, Pangeran Fayruza.

Meskipun wanita, prestasi Gulzar Heer dalam pertempuran tidak main-main. Dia selalu berhasil memenggal kepala pimpinan prajurit lawan. Sebutan mesin pembunuh tak berperasaan sudah sering didengarnya. Apalagi, wajahnya memang selalu tampak dingin dan hampir tidak memiliki ekspresi.

Kini, Gulzar Heer berhadapan dengan panglima musuh. Keduanya saling menebaskan pedang. Sialnya, malah mengenai pelana kuda. Kuda yang mereka kendarai menjadi panik. Gulzar Heer melompat cepat, disusul oleh si panglima. Adu pedang berlanjut, saling sabet, saling menghindar. Pedang bersinggunggan. Kilaunya seolah memantikan percikan api.

Ketika wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter, panglima musuh tersenyum sinis. “Kesatria wanita? Apakah Kerajaan Arion terlalu kekurangan orang hingga merekrut wanita?” sindirnya.

Gulzar Heer tak menyahut. Baginya, tak ada gunanya banyak bicara, biarlah kemampuannya yang membuktikan. Satu sabetan pedang hampir menebas kepala. Beruntung, dia sempat menghindar. Gulzar Heer membalikkan keadaan dengan gerakan pedang memutar, tepat mengenai tangan kiri lawan. Darah menetes, lalu bercampur dengan kubangan lumpur.

“Aku hanya sedikit mengalah nona kesatria,” ejek panglima, berusaha menutupi rasa malunya.

Namun, Gulzar Heer tetap tak peduli. Hinaan semacam itu sudah sering terjadi. Dia jelas-jelas para lelaki hanya berusaha melindungi harga diri mereka karena tak terima kala dari wanita.

“Kali ini aku akan serius, Nona. Berhati-hatilah!” seru si panglima sembari meninju udara.

Dia kembali menyerang. Gulzar Heer dengan mudah menangkis, lalu melakukan serangan balik. Pedangnya menari bagaikan kerasukan setan. Panglima musuh semakin teerdesak.

Traang! Sraak! Traang!

Sementara itu, Farzam, sang ayah yang tengah bertarung sengit tak sengaja melihat pergerakan mencurigakan dari arah tebing. Anak panah meluncur lurus ke arah Gulzar Heer. Rupanya, si panglima tadi meninju udara untuk memberikan isyarat kepada pemanah ditebing agar melakukan serangan dadakan.

“Gulzar, awas!” seru Farzam.

Sayangnya, peringatan itu terlambat. Sebilah anak panah menancap di lengan kanan Gulzar Heer. Pedang terlepas menghempas bebatuan, menimbulkan bunyi keras. Tak lama kemudian, puluhan anak panah lainnya menyusul bak hujan turun dari langit.

Farzam dan Pangeran Heydar cepat bertindak dengan memasang badan di depan Gulzar Heer, lalu menangkis serangan menggunakan tameng atau langsung menebasnya. Tindakan keduanya diikuti para prajurit lain. Pemanah kerajaan Arion segera membalas serangan jarak jauh. Para pemanah musuh yang ada di atas tebing satu persatu berjatuhan dengan bersimbah darah.

Sementara itu, panglima musuh mengambil kesempatan, melompat gesit ke arah belakang Gulzar Heer. Gerakannya sangat cepat, hampir tak terbendung. Gulzar Heer sempat berbalik dan menahan serangan dengan tameng. Namun, posisi tubuh tak siap, membuatnya terdorong, lalu jatuh terguling di antara mayat-mayat dalam kubangan darah.

“Ha ha ha! Wanita memang lemah! Seharusnya, tinggal saja di rumah.”

Panglima musuh semakin bernafsu untuk membunuh. Gulzar Heer mematahkan ujung panah yang menancap di lengan, lalu berguling berkali-kali di antara para mayat untuk menghindari tusukan demi tusukan. Namun, dia tersenyum saat celah terlihat.

 Farzam selalu mengajarkan agar jangan menggunakan emosi berlebihan ketika pertarungan karena akan banyak titik kelemahan terlihat lawan. Gulzar Heer memanfaatkan emosi panglima musuh yang tak terkendali. Satu per satu titik lemahnya perlahan menjadi tampak.

“Mati kau!” Teriakan si panglima musuh memekakkan telinga.

Pedangnya terhunus lurus menuju dada Gulzar Heer. Sang kesatria wanita sekali lagi berguling, sehingga pedang musuh menancap di lumpur, terbenam cukup dalam dan sukit ditarik kembali. Namun, kali ini Gulzar heer tidak hanya menghindari serangan, tetapi juga menarik pedang yang menacap di salah satu mayat dengan tangan kiri. Sekali tebas, kepala panglima musuh terpenggal dan terguling di antara tumpukan mayat sebelum tercebur ke kubangan darah.

Gulzar Heer mengembuskan napas lega. “Hhh ... hhh ... syukurlah aku melatih berpedang dengan tangan kiri juga.”

Farzam menghampiri putrinya untuk membantu berdiri. Mereka kembali melanjutkan pertarungan. Meskipun kecepatan membunuhnya berkurang, Gulzar Heer masih terlihat gesit, menumpas musuh tak kenal ampun. Terlebih, semangat juang prajurit musuh turun drastis setelah terbunuhnya panglima mereka. Pertarungan terus berlanjut, hingga lawan akhirnya menyatakan menyerah. Kemenangan kembali berada dalam genggaman Kerajaan Arion.

“Hidup Kerajaan Arion!”

“Hidup Raja Faryzan!”

“Hidup Pangeran Heydar!

“Hidup Pangeran Fayruza!”

“Hidup Panglima Farzam!”

“Hidup Nona Gulzar Heer!”

Seruan-seruan kemenangan bergema dari pihak Kerajaan Arion. Gulzar Heer membuang pedang milik musuh yang tadi dipakai. Dia mengambil kembali pedang kesayangannya. Wanita itu juga memungut kepala panglima dan memasukkannya ke kotak kayu, agar nanti bisa dihadiahkan kepada raja.

Sementara itu, Farzam dan Pangeran Heydar mengomando pasukan untuk menjadikan prajurit musuh sebagai tawanan. Setelah lawan sudah dipastikan tertangkap, para tenaga medis dipimpin Pangeran Fayruza melakukan penyembuhan pada korban luka. Pangeran dengan sorot mata lembut itu menghampiri Gulzar Heer dengan tergopoh-gopoh.

“Gulzar, aku akan mengobatimu.”

“Tidak, Pangeran. Ada banyak prajurit kita yang mengalami luka lebih parah. Dahulukan mereka,” tolak Gulzar Heer.

Dia duduk bersandar di batang pohon, lalu menggigit saputangan sembari menarik sisa panah yang masih menancap di lengan. Darah memancar membasahi baju zirah. Gulzar Heer dengan cepat membalut lengannya dengan sapu tangan yang tadi digigit. Matanya membelalak saat tubuh terasa panas. Dia terbatuk dan memuntahkan darah.

“Sial ... panahnya beracun hhh ....”

Rasa terbakar semakin menyiksa. Napas terasa memburu. Kesadaran Gulzar Heer perlahan menurun. Sebelum pandangan memburam, dia sempat melihat Pangeran Fayruza berlari panik ke arahnya.

“Gulzar! Bertahanlah!”

Pangeran Fayruza mengenggam tangan Gulzar Heer. Perlahan, tubuhnya diselimuti cahaya biru berpendar terang. Dia memang memang menguasai teknik penyembuhan dengan mana elemen air.

“Arghh!”

Gulzar Heer kembali memuntahkan darah, mengotori pakaian sang pangeran. Pangeran Fayruza menarik tubuh kesatria wanita itu ke dalam dekapan, memperkuat mana. Cahaya biru semakin benderang.

“Bertahanlah, Gulzar, kumohon ....”

***

Bab terkait

  • Kesatria Mawar   Bagian 2

    "Ini belum saatnya kamu mati. Buka matamu, Anakku."Suara merdu menggema. Gulzar Heer perlahan membuka mata. Sosok indah dalam balutan gaun dari bahan sutra berwarna gold tertangkap pandangan. Rambut keperakannya dihiasi rangkaian bunga-bunga putih.Gulzar Heer bergumam lirih, "Ibu Peri?"Sosok itu memang tidak asing bagi Gulzar Heer. Dia pertama kali menemuinya saat membantu sang ibu mengumpulkan herbal di usia 5 tahun. Awalnya, seekor kupu-kupu emas terbang memutari tubuh, seolah minta diikuti. Gulzar Heer mengikutinya hingga ke danau yang airnya gemerlapan. Tak lama kemudian, kupu-kupu mewujud wanita cantik dengan rambut dan mata perak. Dia mengenalkan diri sebagai peri kupu-kupu emas dan mengaku sebagai ibu angkatnya."Syukurlah, kamu bisa selamat, jika orang biasa pasti sudah tidak tertolong," gumam sang peri.Dia mencondongkan badan. Satu kecupan lembut mendarat di kening Gulzar Heer. Cahaya keemasan menyelimuti perlahan. Rasa sak

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-03
  • Kesatria Mawar   Bagian 3

    “Ayo kemari, Gulzarku!”“Iya, Tuan Putri.”Gulzar Heer pasrah saja diseret oleh gadis dengan rambut hitam sepinggang itu. Dialah putri pertama Kerajaan Arion, Putri Arezha. Meskipun kelakuannya sedikit aneh, sang putri merupakan sosok yang cerdas dan selalu mampu memberikan solusi pada setiap permasalahan kerajaan. Oleh karena itu, Raja Faryzan sangat menyayanginya melebihi anak-anak yang lain.“Kamu diam di sini, ya,” titah Putri Arezha.“Baik, Tuan Putri.”Putri Arezha memang meminta Gulzar Heer berdiri dengan bersandar di salah satu pohon. Rambut hitam pekat sebahu si kesatria wanita tertiup angin semilir membuat posenya semakin estetik, memancarkan kecantikan sekaligus kegagahan di saat bersamaan. Sang putri segera duduk di kursinya dan mulai melukis.“Ya ampun, indah sekali. Kamu seperti mawar, indah tapi berduri, sangat menakjubkan!” seru Putri Arezha sambil menyapukan kuas.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-03
  • Kesatria Mawar   Bagian 4

    Sraaat!Darah menyembur ke udara. Aroma anyir menyeruak, menusuk hidung. Suara geraman memekakkan telinga. Farzam berguling ke kanan saat lawannya mencoba menyeruduk.Tanduk megah bozkou menancap di salah satu batang pohon. Farzam melompat setinggi mungkin. Satu gerakan cepat, pedangnya memenggal kepala hewan buruan.“Satu lagi persediaan makanan.”Tawa Farzam pecah. Target buruan kesatria terkuat Kerajaan Arion memang berbeda. Tempat berburunya pun sangat ekstrim, Lembah Kematian.Lokasi terkutuk ini memiliki hewan-hewan aneh. Bozkou adalah salah satunya, makhluk bertubuh seperti sapi, tetapi bertanduk layaknya rusa jantan. Ekornya memiliki ujung runcing nan tajam dan beracun. Perburuan bozkou oleh Farzam adalah ajang pelatihan, bukan sekedar mencari persediaan makanan.Farzam tersenyum puas melihat tumpukan bozkou bersimbah darah. Keluarga kecil

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-03
  • Kesatria Mawar   Bagian 5

    “Lain kali, kau bersikan dulu dengan benar, Farzam!”“Iya, iya, Sayang.”Semangkuk sup diletakkan dengan sedikit diihentak di meja. Farzam menelan ludah. Delaram melotot seolah-olah matanya akan terlempar keluar. Dia mendengkus sambil berkacak pinggang.“Kau selalu mengatakan iya, tapi tidak pernah dilakukan dengan benar! Ada-ada saja yang kacau!”Farzam mencoba merayu sang istri. “Maafkan aku, Sayang. Aku hanya sedikit lupa. Kau tahu, kan, suamimu ini sangat sibuk sehingga–”“Selalu banyak alasan!” sergah Delaram, lalu melanjutkan omelannya.Ya, seminggu berlalu tanpa terasa. Aktivitas pagi di rumah Farzam tak berubah. Delaram mengomeli sang suami sambil menata masakannya di meja makan. Gulzar Heer telah terbiasa dengan pertengkaran “manis” orang tuanya, tak banyak bicara, tampak fokus mengelap permukaan pedang. Sesekali dia me

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-03
  • Kesatria Mawar   Bagian 6

    Tumpukan kayu yang telah dipotong rapi berhamburan di tanah bersama dua ekor bozkou tak bernyawa. Sementara Gulzar Heer duduk bersandar di pohon. Jemari penuh bekas luka mengusap wajah oval penuh keringat, meninggalkan bercak-bercak cokelat kemerahan di kulit putih.Gulzar Heer menghela napas berat sembari mengipasi wajah dengan topi. Tidak, dia bukannya lelah, hanya sedang banyak pikiran. Menggarap sebatang pohon hingga diperoleh ratusan potong kayu dan membunuh dua ekor bozkou hanya akan mengurangi 5 % tenaganya. Seorang Gulzar Heer bahkan sanggup tak tidur 2 hari 2 malam dalam peperangan.“Apa kamu akan menikah dengannya, Fay? Ah, mungkin saja, dia sangat cantik dan anggun. Kamu pasti sangat bahagia saat ini ....”Gulzar Heer menggeleng berkali-kali. Dia juga menekan kening yang mendadak berdenyut, juga memegangi dada. Rasa perih yang tak dapat dimengertinya melesak-lesak di dalam sana. Gulzar Heer menggeram, l

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-03
  • Kesatria Mawar   Bagian 7

    Pangeran Fayruza dan Gulzar Heer keluar dari sungai kecil di belakang rumah penduduk. Cahaya biru berpendar perlahan memudar saat mereka naik ke daratan. Sebelum memasuki area perkampungan, mereka terlebih dahulu melakukan penyamaran dengan pakaian rakyat biasa dan jubah berwarna kelabu. Kini, keduanya terlihat seperti sepasang pengembara.“Hari ini, kita akan melayani malaikat-malaikat kecil di Panti Asuhan Atefeh,” gumam Pangeran Fayruza riang. Dalam hati, dia berkata, ‘Kapan lagi aku bisa melihatmu tampak begitu manis dengan pakaian wanita, Gulzar.’Sementara itu, Gulzar Heer diam-diam tersenyum kecil. Pangeran Fayruza memang sangat istimewa. Saat saudara-saudaranya melakukan kegiatan amal dengan sorotan publik agar mendapat perhatian rakyat, dia malah lebih suka menyembunyikan identitas. Namun, entah kenapa selalu saja ada yang mengetahui, sehingga pamornya malah semakin melejit di mata rakyat.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Kesatria Mawar   Bagian 8

    Derap kaki kuda sedikit mengusik para penghuni hutan. Burung-burung liar terbang serentak, melarikan diri. Sementara beberapa ekor rusa berlarian ke bagian dalam hutan yang lebih rimbun.Iring-iringan kuda tersebut adalah rombongan Kerajaan Arion. Mereka tengah memenuhi undangan Kerajaan Khaz dalam kompetisi pedang tahunan. Surat undangan itulah yang diterima Raja Faryzan beberapa hari lalu. Hadiah untuk pemenang tak main-main, bisa memperistri Putri Kheva, sang bunga Kerajaan Khaz. Artinya, akan terjalin kerja sama amat menguntungkan mengingat Kerajaan Khaz sangat kuat di bidang militer maupun ekonomi.Pangeran Ardavan tampak sangat antusias, memimpin perjalanan dengan wajah semringah. Dia bahkan meninggalkan rombongan adik-adiknya di belakang. Kabar kecantikan Putri Kheva dari Kerajaan Khaz memang telah lama menjadi buah bibir. Lelaki genit sepertinya tentu tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk memperistri sang putri.Sebenarnya, P

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Kesatria Mawar   Bagian 9

    Rombongan Kerajaan Arion segera menuju sumber suara. Kuda-kuda berlari cepat menembus semak dan meliuk-liuk di antara pepohonan. Pangeran Ardavan mengangkat tangan, sebuah isyarat untuk berhenti. Debu berterbangan saat laju kuda para pasukan dihentikan mendadak."Wah, ini menakjubkan! Apa aku sedang melihat seorang peri?"Pangeran Ardavan terpaku dengan pemandangan unik di hadapannya. Gadis cantik bertubuh semampai berdiri tegar dikelilingi tujuh ekor hizkel, elang raksasa. Baju ala pemburu yang dikenakannya dipenuhi bercak darah. Rambut pirang dikucir kuda bergerak-gerak nakal dipermainkan angin semilir. Sorot mata tegas memiliki pesona tersendiri.Sraat! Trang!Pedang di tangan si gadis ditebaskan. Namun, tubuh hizkel tak tergores sedikit pun. Bulu makhluk buas legendaris itu memang sekuat baja.“Bertahanlah, Manvash!” seru si gadis kepada gadis lain yang terbaring meregang nyawa di belakangnya.Rombongan K

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04

Bab terbaru

  • Kesatria Mawar   Bagian 98 (End)

    Pangeran Heydar memasuki pondok dengan wajah semringah. Nyanyian terlantun merdu dari bibirnya. Shirin yang tengah mengelus perut seketika mengalihkan pandangan."Kau tampak senang, Sayang. Ada apa?"Pangeran Heydar menghampiri Shirin, mendekap dari belakang. Lengan kekarnya melingkar erat di pinggang sang istri. Dia meletakkan dagu di bahu Shirin, lalu memejamkan mata sejenak."Ya, Sayang. Ada kabar yang sangat membahagiakan."Shirin melepaskan pelukan Pangeran Heydar. Dia berbalik dengan cepat dan menatap antusias. Wanita itu memang paling tak tahan dengan rasa penasaran."Kabar gembira apa, Sayang? Jangan membuatku penasaran!" cecarnya.Pangeran Heydar menyengir lebar, lalu mengecup perut istrinya yang mulai membukit. "Aku mendapat pesan dari Gulzar""Apa? Cepat bacakan! Cepat bacakan!" desak Shirin. Dia hampir saja menjambak rambut sang suami."Tenanglah, Sayang. Pesannya tidak akan hilang jika kamu sedikit bersabar.""Jangan membuatku tambah kesal, Heydar! Kau tahu aku sangat mer

  • Kesatria Mawar   Bagian 97

    Pangeran Fayruza tersentak, lalu menatap lekat Delaram yang masih tersengal-sengal. Delaram mengatur napas sejenak. Pakaiannya tampak basah oleh keringat. Wajah cantik dan tegas itu sampai memerah."Anda harus ikut saya untuk menyelamatkan Pangeran Heydar!" seru Delaram setelah napasnya lebih teratur.Kecemasan Delaram menular kepada Pangeran Fayruza. "Ada apa dengan Kak Heydar, Bi?" desaknya. Pangeran Fayruza terus menatap lekat meminta penjelasan. Delaram hendak menyahut. Namun, udara tiba-tiba terasa menyesakkan. Aroma mawar menyeruak diikuti kerlipan-kerlipan cahaya keemasan yang semakin lama memperjelas wujudnya, belasan kupu-kupu.Houri langsung melakukan salam penghormatan. Kupu-kupu yang paling indah perlahan menjelma menjadi wanita cantik dengan tiara indah di kepala. Dialah ratu peri kupu-kupu emas. Sang ratu menghampiri Ghumaysa dan menusukkan tongkatnya ke perut wanita itu."Argggh!" Erangan memilukan terasa memekakkan telinga. "Tidak! Tidak! Tidaaak!"Teriakan Ghumaysa m

  • Kesatria Mawar   Bagian 96

    "Arghhh!" Erangan Ayzard memenuhi udara.Dia langsung melompat ke belakang menghindari serangan Gulzar Heer. Pedang suci menghantam sebongkah batu dan membuatnya hancur berkeping. Ayzard tampak mencengkeram dada kiri dengan napas tersengal. Dia terbatuk, lalu memuntahkan darah. Kabut hitam yang semula memberikan tambahan energi secara terus-menerus tak bisa lagi mengalir ke tubuh Ayzard seperti terhalang sesuatu.Gulzar Heer tak ingin membuang kesempatan. Dia memusatkan kekuatan. Pedang suci berpendar. Kilat putih melesat mengincar Ayzard. Ghumaysa melihat ada yang tak beres pada Ayzard seketika membuat perisai dari kabut hitam.Ledakan besar memekakkan telinga. Kilat putih pedang suci berbelok ke segala arah. Beberapa siluman jahat terbakar olehnya. Sementara itu, Ayzard kembali muntah darah. Ghumaysa mendecakkan lidah.“Si bodoh Heydar pasti melakukan sesuatu yang konyol!” umpatnya, lalu menggertakkan gigi.“Lawanmu adalah kami, Wanita Iblis!” bentak Kyra seraya melesatkan panah-pan

  • Kesatria Mawar   Bagian 95

    "Ayo kemarilah, Putriku," panggil Ayzard lagi.Ghumaysa yang menyamar menjadi Daria tak ingin ketinggalan. Dia juga menampakkan diri, lalu meracuni pikiran Gulzar Heer dengan ucapan manis. Tak ketinggalan, sihir hitam dalam bentuk kabut tipis diembuskan untuk semakin melemahkan mental."Anakku yang cantik, kami sangat rindu kemarilah," bujuk Ghumaysa."Baik, Ayah, Ibu."Jarak yang memisahkan Gulzar Heer dengan Ayzard dan Ghumaysa semakin sempit. Ayzard diam-diam menyeringai. Tangannya menggenggam erat gagang pedang hitam."Berhenti, Farah! Ayah dan Ibu ada di sini, Anakku!" seruan dari suara yang tak asing menghentikan langkah Gulzar Heer.Dia berbalik. Atashanoush dan Daria berdiri di sana. Kekuatan kasih sayang terhadap anak semata wayang membuat mereka bisa menembus dimensi yang dibuat Ghumaysa dan menampakkan diri."Dasar adik durhaka! Berani kamu menyamar menjadi aku!" bentak Ghumaysa berusaha mengacaukan pikiran Gulzar Heer."Kaulah yang menyamar, Ghumaysa!" sergah Daria yang as

  • Kesatria Mawar   Bagian 94

    Sudah sepuluh kali Kayvan menghela napas berat. Dia juga terus memandangi langit malam dari jendela menara sihir. Lelaki tua itu mendecakkan lidah, lalu mulai mondar-mandir memutari bejana sihir sambil memijat-mijat kening.Bruk!Kayvan terduduk. Akibat mondar-mandir tak jelas, dia bertabrakan dengan Kaili yang baru memasuki ruangan sambil membawa beberapa alat sihir. Untunglah, pemuda itu berhasil menangkap semua barang bawaannya sebelum membentur lantai. Kalau tidak, bisa-bisa ruangan utama menara sihir akan meledak. "Maafkan saya, Guru," tutur Kaili takzim sembari membantu sang guru berdiri. Tentu saja, dia meletakkan alat-alat sihir dengan hati-hati terlebih dulu."Akulah yang salah sudah menabrakmu."Hening. Kaili diam-diam melirik wajah Kayvan. Mereka menjadi guru dan murid bertahun-tahun. Dia bisa merasakan keresahan hanya dari sorot mata atau bahkan sedikit kernyitan di dahi gurunya."Ada apa, Guru? Apa Anda mencemaskan Nona Shirin?" celetuk Kaili setelah terdiam cukup lama.

  • Kesatria Mawar   Bagian 93

    Rombongan Gulzar Heer telah tiba di Kerajaan Asytar. Gelembung yang dibuat Pangeran Fayruza perlahan menyembul dari kolam istana. Putri Arezha, Raja Faryzan, Kaili telah menunggu dengan wajah cemas. Mereka kompak menghela napas lega begitu rombongan penyelamat Shirin dan Pangeran Heydar kembali tanpa terluka.Pangeran Heydar langsung berlutut di hadapan ayah dan kakaknya. Meskipun di bawah kendali sihir hitam, ingatan pernah hampir membunuh Raja Faryzan masih terekam. Pangeran Heydar terus menggumamkan kata maaf dengan suara bergetar hebat. Raja Faryzan menepuk bahu sang putra dengan lembut.“Bangunlah, Nak. Kejadian itu sudah terlanjur terjadi, Heydar. Sekarang, lebih baik mencoba menebus kesalahanmu dengan menyelamatkan lebih banyak nyawa.”Pangeran Heydar masih enggan bangun meskipun lututnya tampak terluka. Putri Arezha mendecakkan lidah.“Kenapa kita kembali ke istana? Harusnya kita langsung ke kuil suci!” protes Gulzar Heer.“Tubuhmu baru pulih, istirahatlah dulu,” pinta Pangera

  • Kesatria Mawar   Bagian 92

    Meskipun sudah melarikan diri sekuat tenaga, para siluman tetap berhasil memblokade jalan. Kini, Shirin dan Pangeran Heydar sudah terkepung. Sekeliling mereka telah dipenuhi siluman dengan seringaian jahat. Gigi-gigi tajam yang meneteskan air liur berbau bangkai meremangkan bulu kuduk."Percuma saja kalian kabur," desis siluman ular dengan lidah menjulur-julur."Heydar, aku akan menarik pedang siluman paling depan itu, bersiaplah untuk menangkapnya," bisik Shirin.Pangeran Heydar mengangguk kecil. Shirin mulai memusatkan manna di telapak tangan kanan, hingga membentuk benang yang sangat tipis. Dengan gerakan cepat, dia melesatkan pisau angin menggunakan tangan kiri ke arah siluman kadal untuk mengalihkan perhatian.Berhasil, siluman kadal terpancing dan mulai menebaskan pedang. Saat itulah, Shirin menggerakkan benang tipis dari manna untuk mengikat gagang pedang si siluman. Meskipun tipis, benang itu memiliki ketahanan dan kekuatan

  • Kesatria Mawar   Bagian 91

    Ghumaysa dan pasukannya bergerak semakin cepat. Mereka telah berada di perbatasan hutan dengan desa terdekat. Namun, hawa keberadaan Shirin dan Pangeran Heydar malah terbagi ke dalam tiga arah.Arah pertama berbelok ke kanan menuju pedesaan. Arah kedua lurus ke depan melewati pegunungan. Arah ketiga justru terasa kuat di sepanjang Sungai Lispen berbalik ke pusat kota.Ghumaysa mendengkus. Dia sadar bahwa Shirin lagi-lagi melakukannya pengecohan. Hanya ada satu arah yang benar. Ghumaysa memutuskan membagi pasukan menjadi dua kelompok. Satu pasukan ikut dengannya menyusuri pegunungan. Sisanya akan menggeledah desa-desa terdekat. Dia memberi bola kristal kecil yang bisa mendeteksi Pangeran Heydar. Selain itu juga, dia mengirimkan pesan kepada para penjaga untuk menghadang siapa pun yang mencoba memasuki pusat kota.Pengejaran dilanjutkan. Terjalnya jalan, hawa dingin pegunungan, dan gelapnya malam tidak menyurutkan langkah. Ketahanan siluman yang berbeda deng

  • Kesatria Mawar   Bagian 90

    Kaili memusatkan manna di telapak tangan. Meskipun mungkin tidak akan menyebabkan luka fatal, paling tidak dia bisa memberi kesempatan kepada Ava dan Kyra untuk melarikan diri. Kayvan pernah menceritakannya tentang pengorbanan beberapa pengendali hebat di masa lalu. “Mungkin kali ini adalah giliranku,” gumam Kaili dalam hati. "Kenapa kau bisa ada di sini, Kaili?" Suara merdu yang terdengar tegas dan sedikit ketus membuyarkan konsentrasi Kaili. Bola manna di tangannya seketika terpecah. Serpihannya terlempar ke sembarang arah, membekukan sebagaian rerumputan. Meskipun begitu, ketegangan dan ketakutan sudah raib. Kaili mengenal suara itu. Dia cepat berbalik. Benar saja, wajah cantik Houri sudah menyambutnya. Kaili mengenggam tangan sang peri dan menatap dengan sorot mata memelas. Ava dan Kyra hanya bisa terbengong-bengong menyaksikan hal itu. Mereka memang belum pernah bertemu Houri. "Peri Houri, tolong kami!" pinta Ka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status