Derap kaki kuda sedikit mengusik para penghuni hutan. Burung-burung liar terbang serentak, melarikan diri. Sementara beberapa ekor rusa berlarian ke bagian dalam hutan yang lebih rimbun.
Iring-iringan kuda tersebut adalah rombongan Kerajaan Arion. Mereka tengah memenuhi undangan Kerajaan Khaz dalam kompetisi pedang tahunan. Surat undangan itulah yang diterima Raja Faryzan beberapa hari lalu. Hadiah untuk pemenang tak main-main, bisa memperistri Putri Kheva, sang bunga Kerajaan Khaz. Artinya, akan terjalin kerja sama amat menguntungkan mengingat Kerajaan Khaz sangat kuat di bidang militer maupun ekonomi.
Pangeran Ardavan tampak sangat antusias, memimpin perjalanan dengan wajah semringah. Dia bahkan meninggalkan rombongan adik-adiknya di belakang. Kabar kecantikan Putri Kheva dari Kerajaan Khaz memang telah lama menjadi buah bibir. Lelaki genit sepertinya tentu tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk memperistri sang putri.
Sebenarnya, Pangeran Ardavan juga sempat mengincar Gulzar Heer. Beruntung, sang kesatria wanita sudah mengucapkan sumpah setia kepada Pangeran Fayruza. Dia pun terbebas dari bahaya pelecehan seperti yang dialami para pelayan dan dayang yang melayani Pangeran Ardavan.
“Hei, lesu sekali wajah kedua adikku ini! Semangatlah sedikit, sebentar lagi, kalian akan bertemu putri yang katanya sangat cantik. Lihatlah si tukang main perempuan semangat sekali dia. Ah, jangan-jangan kalian tidak suka perempuan?” goda Putri Arezha.
Pangeran Fayruza dan Pangeran Heydar kompak menghela napas berat. Keduanya memang sempat menolak ikut kompetisi berpedang untuk memperebutkan Putri Kheva. Namun, Raja Faryzan telah menurunkan titah yang tidak bisa diganggu gugat. Mereka mau tidak mau, suka tidak suka harus berpartisipasi.
“Kompak sekali kalian. Aku mengerti penolakan dari Fayruza karena ada gadis yang disukainya, tapi kenapa kamu ikut-ikutan tak ingin ikut kompetisi juga, Heydar? Kau tidak mungkin takut kalah dari si tukang main perempuan, ‘kan? Kukira dia pasti akan kalah telak darimu?” celetuk Putri Arezha lagi.
“Ya, seperti Fayruza yang memiliki orang yang disukai, aku juga punya, Kakak,” sahut Pangeran Heydar. Sorot mata elangnya lurus menatap Shirin. Gadis pelayan itu langsung menunduk dengan pipi bersemu.
“Ada gadis yang disukai Pangeran Fayruza?” cetus Gulzar Heer tanpa sadar, membuat Pangeran Fayruza terbatuk-batuk dengan wajah memerah.
Putri Arezha tergelak. Tentu saja ada, Gulzar Heer. Dia memperlihatkan rasa sukanya dengan sangat jelas. Masa kamu tidak sadar?” Sang putri mengerling kepada adiknya. “Ya ampun, Fayruza! Kamu harus segera menyatakan perasaan. Gadis yang kamu cintai sangat tidak peka.”
Gulzar Heer terperenyak. Tanpa sadar tangannya mengenggam erat tali kekang kuda. Ada perih menyusup perlahan dalam dada. Selama ini, dia beranggapan tidak ada gadis yang menarik hati Pangeran Fayruza, sehingga pemuda itu selalu lari dari perjodohan. Pernyataan Putri Arezha mematahkan hati sang kesatria.
“Patah hati? Tidak! Tidak! Aku tidak mungkin selancang itu berani menaruh hati pada Pangeran Fayruza.” Gulzar Heer mengomel sendiri di dalam hati.
Bruuuk!
“Gulzar!”
Pangeran Fayruza langsung melompat dari kuda saat melihat wanita pujaan hati terguling di tanah. Sementara itu, Gulzar Heer mengusap kening yang benjol. Hati yang galau bahkan bisa membuat pengendara kuda terbaik Kerajaan Arion sampai terjatuh dari kuda kesayangan rupanya.
Putri Arezha terkekeh. Dia dan Pangeran Heydar ikut turun dari kuda. Mereka menyeringai, bersiap untuk menggoda sang adik dan kesatrianya.
“Romantis sekali kalian ha ha ha,” ledek Pangeran Heydar.
“Jantungku sampai ikut berdebar karenanya,” timpal Putri Arezha tak mau kalah.
“Bercanda Anda sekalian kelewatan, Pangeran Heydar, Putri Arezha,” ketus Gulzar Heer.
“Bercanda? Kak Arezha, lihatlah nasib adikmu yang lembut dan penuh kasih sayang ini, pujaan hatinya begitu tidak peka,” goda Pangeran Heydar lagi.
“Pangeran ... Anda tolong jang–”
Gulzar Heer mendadak hening. Sorot matanya berubah tajam, melirik ke arah rimbunnya hutan. Putri Arezha dan Pangeran Fayruza mengerutkan kening. Mereka hampir saja membuka mulut. Namun, Gulzar Heer cepat meletakkan telunjuk di depan bibir. Pangeran Heydar seolah mengerti, langsung mencabut pedang dengan waktu yang bersamaan dengan Gulzar Heer.
Trang!
Suara pedang beradu memkakkan telinga. Tepat waktu! Sabetan pedang sosok-sosok berbaju hitam berhasil ditangkis. Selanjutnya, dengan satu gerakan kilat, Gulzar Heer memutar pedangnya. Darah menyembur ke udara. Satu orang roboh dengan kepala terguling di tanah. Sementara Pangeran Heydar lebih memilih melakukan tusukan telak ke dada musuh, hingga pria berpakaian serba hitam itu tersungkur tak berdaya.
"Kyaaa!" Shirin menjerit histeris.
Putri Arezha bergerak cepat menenangkan. Dia memang sedikit berbeda dengan putri kebanyakan yang akan mengalami syok ketika berada di pertempuran berdarah. Mungkin sering berada di dekat Pangeran Fayruza dan Gulzar Heer membuatnya terbiasa.
"Tetap waspada, Gulzar! Sepertinya, masih ada lagi," titah Pangeran Heydar.
Dugaan Pangeran Heydar tidaklah meleset. Sosok-sosok berbaju hitam lainnya melompat cepat dari pohon. Kini, mereka harus berhadapan dengan lima pembunuh bayaran. Gulzar Heer juga bisa merasakan keberadaan lima orang lagi bersembunyi di balik pepohonan.
Pangeran Heydar dan Gulzar Heer kembali bersiap dalam posisi siaga. Pangeran Fayruza langsung membuat barrier dari air untuk melindungi Putri Arezha dan para pelayan yang ikut serta dalam perjalanan. Beruntung, ada sungai tak jauh dari mereka, sehingga dia bisa menggunakan airnya.
Pangeran mengerling ke arah Gulzar Heer dan berseru, “Ayo kita mulai, Gulzar!”
Gulzar Heer mengangguk. Dua orang musuh memburu. Dia merunduk, lalu menebaskan mata pedang ke samping, menyobek pinggang dan dada lawan. Dua tubuh berlumur darah roboh ke tanah.
Satu sosok berbaju hitam lagi mengincar dari belakang. Gulzar Heer melakukan tendangan berputar, tepat mengenai alat vital si penjahat, membuatnya jatuh dengan posisi berlutut. Pedang kembali ditebaskan, meninggalkan luka menganga di bagian punggung lawan.
Sementara itu, Pangeran Heydar mengayunkan pedang dengan luwes seolah sedang menari. Namun, tusukan-tusukannya memiliki akurasi dan presisi tinggi, membuat lawan berjatuhan dengan bersimbah darah. Gaya bertarung sang pangeran memang berbeda, lebih berseni. Dia mempelajarinya dari orang-orang timur saat berpetualang keliling dunia 4 tahun yang lalu.
“Gulzar, awas!”
Pangeran Fayruza menahan napas saat melihat salah seorang pembunuh melompat dari atas pohon menerjang Gulzar Heer. Sang kesatria wanita langsung mengarahkan pedangnya ke atas. Darah menyembur, membasahi wajah dan baju zirah saat ujung pedang menusuk leher musuh. Pertarungan sengit berakhir.
Setelah menguburkan 12 mayat pembunuh bayaran dan membersihkan diri dari darah, mereka melanjutkan perjalanan. Rombongan Pangeran Ardavan berhasil disusul. Melihat adik-adiknya dalam keadaan sehat tak kurang satu apa pun, pangeran pertama itu menggemeletukkan gigi diam-diam.
“Sial, para pembunuh bayaran itu selalu saja tidak berguna!” desisnya. “Hari sebentar lagi gelap, ayo kita harus bergegas!” titahnya lagi setelah berhasil menguasai emosi. Namun, baru saja mereka memasuki wilayah Kerajaan Khaz, Jeritan misterius seorang gadis mengejutkan rombongan.
“Kyaaa!”
***
Rombongan Kerajaan Arion segera menuju sumber suara. Kuda-kuda berlari cepat menembus semak dan meliuk-liuk di antara pepohonan. Pangeran Ardavan mengangkat tangan, sebuah isyarat untuk berhenti. Debu berterbangan saat laju kuda para pasukan dihentikan mendadak."Wah, ini menakjubkan! Apa aku sedang melihat seorang peri?"Pangeran Ardavan terpaku dengan pemandangan unik di hadapannya. Gadis cantik bertubuh semampai berdiri tegar dikelilingi tujuh ekor hizkel, elang raksasa. Baju ala pemburu yang dikenakannya dipenuhi bercak darah. Rambut pirang dikucir kuda bergerak-gerak nakal dipermainkan angin semilir. Sorot mata tegas memiliki pesona tersendiri.Sraat! Trang!Pedang di tangan si gadis ditebaskan. Namun, tubuh hizkel tak tergores sedikit pun. Bulu makhluk buas legendaris itu memang sekuat baja.“Bertahanlah, Manvash!” seru si gadis kepada gadis lain yang terbaring meregang nyawa di belakangnya.Rombongan K
Rombongan Kerajaan Arion tiba di Kerajaan Khaz tepat setelah matahari terbenam sempurna. Mereka segera memasuki aula utama. Kedatangan mereka menjadi pusat perhatian para pangeran dari kerajaan lain yang telah datang lebih dulu. Tentu saja, Pangeran Heydar yang paling menjadi buah bibir mengingat kemampuan berpedangnya memang tersohor.“Salam hormat kami kepada Raja Khamzad,” cetus Pangeran Ardavan sembari membungkukkan badan begitu mereka berada di hadapan Raja Khamzad, penguasa Kerajaan Khaz.Pangeran Fayruza dan Pangeran Heydar turut membungkukkan badan di belakangnya. Putri Arezha melakukan penghormatan selayaknya seorang putri. Sementara seluruh kesatria dan pelayan yang mengiringi melakukan salam hormat dengan berlutut.“Salam kepada para tamu agung dari Kerajaan Arion.” Hening sejenak. “Aku sudah mendengar dari Kheva bagaimana kalian menyelamatkannya dan Manvash. Kami atas nama Kerajaan Khaz mengucapkan terima kasih sebesar-b
“Pertandingan dimulai!” Seruan wasit membahana, membuat para penonton bersorak girang dan bertepuk tangan.Sementara itu, di arena, kedua pangeran menghunus pedang. Bunyi besi beradu membuat ngilu. Pangeran Fayruza terdorong ke belakang beberapa langkah. Sebenarnya, dia sudah cukup kesulitan mengangkat pedang, bahkan harus menggunakan dua tangan. Entah kenapa keadaannya memang terlihat kurang baik. Wajah tampan dengan sorot mata lembut itu tampak kuyu dan lelah.Pangeran Ardavan menyeringai melihat adiknya terdesak. Dia langsung melancarkan serangan bertubi-tubi. Punggung Pangeran Fayruza hampir saja tertebas. Untunglah, dia berhasil menghindar.Namun, baru saja Pangeran Fayruza bernapas sejenak, Pangeran Ardavan kembali merangsek maju. Satu sabetan pedang berhasil menyayat lengan baju zirah. Sorakan penonton membahana."Pangeran Ardavan!""Pangeran Fayruza jangan mau kalah!"Gulzar Heer menggemeletukkan gigi. ”Ck! Pa
Aroma rumput basah menyegarkan paru-paru. Arena kompetisi gegap-gempita. Sorakan-sorakan menaikkan tensi. Kemarin, babak penyisihan selesai menjelang malam. Namun, hujan lebat turun semalaman, sehingga pertandingan final akan dilaksanakan pagi ini.Kini, dua pemenang masing-masing grup telah berdiri berhadapan di arena. Grup pertama dimenangkan oleh Pangeran Ardavan. Sementara Pangeran Heydar menjadi sang juara di grup kedua. Putri Arezha tampak cemas di kursi kehormatan. Shirin bahkan sampai memucat. Gulzar Heer tak ikut menonton karena menjaga Pangeran Fayruza yang diharuskan kembali ke istana Kerajaan Khaz untuk memulihkan kondisi.“Pertandingan final antara Pangeran Ardavan dan Pangeran Heydar dimulai!” seru wasit.Sorakan-sorakan penonton membahana, lebih nyaring daipada pertandingan-pertandingan sebelumnya. Beberapa dari mereka bahkan melakukan taruhan. Meskipun Pangeran Heydar yang namanya tersohor dalam peperang
“Apa?” Teriakan Pangeran Ardavan menggelegar setelah mendapat laporan dari pemuda berpakaian serba hitam.Pemuda itu adalah mata-mata yang diutus untuk mengamati kondisi rakyat. Dia melaporkan pamor Pangeran Fayruza yang semakin melejit. Bahkan, ada rumor dukungan beberapa kelompok agar pangeran ketiga tersebut bisa dinobatkan menjadi putra mahkota meskipun harus melawan tradisi turun-temurun.“Maaf, Pangeran. Begitulah informasi yang hamba dapatkan,” sahut si mata-mata.“Argggh!”Pangeran Ardavan meraih patung emas penghargaan kompetisi berpedang dan melemparkannya. Pemuda mata-mata memiringkan kepala ke kiri. Patung emas melewati sisi kanan tubuhnya dengan kecepatan tinggi, lalu menubruk tembok, menimbulkan retakan cukup panjang sebelum jatuh ke lantai.“Bagaimana bisa mereka lebih mendukung Fayruza yang hanya membagikan makanan? Aku sudah membagikan banyak harta untuk rakya
Buuuk!Tinju Gulzar Heer meninggalkan lebam di pipi bercodet pembunuh bayaran. Farzam langsung menjauhkan putrinya. Sebagai kesatria Pangeran Fayruza, tindakan anarkis Gulzar Heer bisa menjadikan tuduhan palsu semakin kuat. Aula istana mulai riuh. Seperti dugaan Farzam, bisikan-bisikan tak sedap mulai bersahutan.“Sepertinya, Pangeran Fayruza benar-benar membayar mereka.”“Rasanya tidak mungkin pangeran yang begitu lembut–”“Bisa saja Pangeran Fayruza dihasut Pangeran Heydar. Lihatlah, Nona Gulzar yang begitu bernafsu membunuh para penjahat itu untuk menutup mulut mereka!”Gulzar Heer menggeram. Dengkusan napas kasarnya terdengar samar. Ratu Azanie terkulai tak sadarkan diri. Pangeran Fayruza berusaha menenangkan Pangeran Heydar yang mulai terbakar amarah.Sementara itu, Putri Kheva mengepalkan tangan dan melirik curiga kepada suaminya. Perkataan si penjahat sangat tidak masuk akal. Orang bodoh mana
"Ck! Apa semuanya akan baik-baik saja? Bagaimana kalau gagal ...."Putri Kheva menggigiti ujung kuku. Dia juga mondar-mandir dalam kamar dan beberapa kali hampir menubruk dinding. Putri Manvash terkekeh, lalu membimbing sang kakak untuk duduk di tepian tempat tidur.“Tenang saja, Kak, pasti akan berjalan lancar. Kita tunggu saja dengan sabar di sini. Besok, pasti akan ada kehebohan di istana,” cetusnya. Bibir kemerahan menyeringai, membuat kesan manis di wajah Putri Manvash raib entah ke mana.Ya, malam ini, rencana busuk akan dijalankan, memfitnah Gulzar Heer dan Shirin. Dua gadis itu akan dibuat tertidur, lalu dinodai lelaki jahat yang disewa Putri Manvash. Namun, kejadiannya akan dibuat seolah terjadi atas dasar suka sama suka sehingga mereka berharap akan menghancurkan kepercayaan Pangeran Heydar dan Pangeran Fayruza.“Apa akan berhasil? Si kesatria memang bisa dibuat tertidur dengan sihir, tapi, pelayan itu bisa saja punya per
Kerajaan Arion benar-benar dilanda kericuhan. Namun, tak seperti harapan Putri Manvash, keributan bukan disebabkan adanya kesatria wanita dan pelayan yang tertuduh berbuat mesum. Pagi ini, justru tiga mayat ditemukan dalam kondisi mengenaskan.Raja Faryzan pun mengadakan pertemuan di aula utama. Petinggi-petinggi istana saling berbisik saat dua sosok diminta memasuki aula. Ya, sebagai pemilik kamar tempat penemuan korban, Gulzar Heer dan Shirin harus memberikan kesaksian.Setelah memberikan sambutan singkat, Raja Faryzan bertanya dengan penuh penekanan, " Gulzar, berikan penejlasan tentang mayat dengan leher patah dan kepala pecah yang ditemukan di kamarmu!"Gulzar Heer seperti biasa menjawab tenang dengan wajah datarnya, “Hamba juga tidak tahu apa yang terjadi, Yang Mulia. Hamba tiba-tiba mengantuk sekali tadi malam dan langsung tertidur. Hamba bermimpi berburu bozkou dan mematahkan leher hewan itu, juga membantingnya ke tanah. Ketika terbangun pagi ini,
Pangeran Heydar memasuki pondok dengan wajah semringah. Nyanyian terlantun merdu dari bibirnya. Shirin yang tengah mengelus perut seketika mengalihkan pandangan."Kau tampak senang, Sayang. Ada apa?"Pangeran Heydar menghampiri Shirin, mendekap dari belakang. Lengan kekarnya melingkar erat di pinggang sang istri. Dia meletakkan dagu di bahu Shirin, lalu memejamkan mata sejenak."Ya, Sayang. Ada kabar yang sangat membahagiakan."Shirin melepaskan pelukan Pangeran Heydar. Dia berbalik dengan cepat dan menatap antusias. Wanita itu memang paling tak tahan dengan rasa penasaran."Kabar gembira apa, Sayang? Jangan membuatku penasaran!" cecarnya.Pangeran Heydar menyengir lebar, lalu mengecup perut istrinya yang mulai membukit. "Aku mendapat pesan dari Gulzar""Apa? Cepat bacakan! Cepat bacakan!" desak Shirin. Dia hampir saja menjambak rambut sang suami."Tenanglah, Sayang. Pesannya tidak akan hilang jika kamu sedikit bersabar.""Jangan membuatku tambah kesal, Heydar! Kau tahu aku sangat mer
Pangeran Fayruza tersentak, lalu menatap lekat Delaram yang masih tersengal-sengal. Delaram mengatur napas sejenak. Pakaiannya tampak basah oleh keringat. Wajah cantik dan tegas itu sampai memerah."Anda harus ikut saya untuk menyelamatkan Pangeran Heydar!" seru Delaram setelah napasnya lebih teratur.Kecemasan Delaram menular kepada Pangeran Fayruza. "Ada apa dengan Kak Heydar, Bi?" desaknya. Pangeran Fayruza terus menatap lekat meminta penjelasan. Delaram hendak menyahut. Namun, udara tiba-tiba terasa menyesakkan. Aroma mawar menyeruak diikuti kerlipan-kerlipan cahaya keemasan yang semakin lama memperjelas wujudnya, belasan kupu-kupu.Houri langsung melakukan salam penghormatan. Kupu-kupu yang paling indah perlahan menjelma menjadi wanita cantik dengan tiara indah di kepala. Dialah ratu peri kupu-kupu emas. Sang ratu menghampiri Ghumaysa dan menusukkan tongkatnya ke perut wanita itu."Argggh!" Erangan memilukan terasa memekakkan telinga. "Tidak! Tidak! Tidaaak!"Teriakan Ghumaysa m
"Arghhh!" Erangan Ayzard memenuhi udara.Dia langsung melompat ke belakang menghindari serangan Gulzar Heer. Pedang suci menghantam sebongkah batu dan membuatnya hancur berkeping. Ayzard tampak mencengkeram dada kiri dengan napas tersengal. Dia terbatuk, lalu memuntahkan darah. Kabut hitam yang semula memberikan tambahan energi secara terus-menerus tak bisa lagi mengalir ke tubuh Ayzard seperti terhalang sesuatu.Gulzar Heer tak ingin membuang kesempatan. Dia memusatkan kekuatan. Pedang suci berpendar. Kilat putih melesat mengincar Ayzard. Ghumaysa melihat ada yang tak beres pada Ayzard seketika membuat perisai dari kabut hitam.Ledakan besar memekakkan telinga. Kilat putih pedang suci berbelok ke segala arah. Beberapa siluman jahat terbakar olehnya. Sementara itu, Ayzard kembali muntah darah. Ghumaysa mendecakkan lidah.“Si bodoh Heydar pasti melakukan sesuatu yang konyol!” umpatnya, lalu menggertakkan gigi.“Lawanmu adalah kami, Wanita Iblis!” bentak Kyra seraya melesatkan panah-pan
"Ayo kemarilah, Putriku," panggil Ayzard lagi.Ghumaysa yang menyamar menjadi Daria tak ingin ketinggalan. Dia juga menampakkan diri, lalu meracuni pikiran Gulzar Heer dengan ucapan manis. Tak ketinggalan, sihir hitam dalam bentuk kabut tipis diembuskan untuk semakin melemahkan mental."Anakku yang cantik, kami sangat rindu kemarilah," bujuk Ghumaysa."Baik, Ayah, Ibu."Jarak yang memisahkan Gulzar Heer dengan Ayzard dan Ghumaysa semakin sempit. Ayzard diam-diam menyeringai. Tangannya menggenggam erat gagang pedang hitam."Berhenti, Farah! Ayah dan Ibu ada di sini, Anakku!" seruan dari suara yang tak asing menghentikan langkah Gulzar Heer.Dia berbalik. Atashanoush dan Daria berdiri di sana. Kekuatan kasih sayang terhadap anak semata wayang membuat mereka bisa menembus dimensi yang dibuat Ghumaysa dan menampakkan diri."Dasar adik durhaka! Berani kamu menyamar menjadi aku!" bentak Ghumaysa berusaha mengacaukan pikiran Gulzar Heer."Kaulah yang menyamar, Ghumaysa!" sergah Daria yang as
Sudah sepuluh kali Kayvan menghela napas berat. Dia juga terus memandangi langit malam dari jendela menara sihir. Lelaki tua itu mendecakkan lidah, lalu mulai mondar-mandir memutari bejana sihir sambil memijat-mijat kening.Bruk!Kayvan terduduk. Akibat mondar-mandir tak jelas, dia bertabrakan dengan Kaili yang baru memasuki ruangan sambil membawa beberapa alat sihir. Untunglah, pemuda itu berhasil menangkap semua barang bawaannya sebelum membentur lantai. Kalau tidak, bisa-bisa ruangan utama menara sihir akan meledak. "Maafkan saya, Guru," tutur Kaili takzim sembari membantu sang guru berdiri. Tentu saja, dia meletakkan alat-alat sihir dengan hati-hati terlebih dulu."Akulah yang salah sudah menabrakmu."Hening. Kaili diam-diam melirik wajah Kayvan. Mereka menjadi guru dan murid bertahun-tahun. Dia bisa merasakan keresahan hanya dari sorot mata atau bahkan sedikit kernyitan di dahi gurunya."Ada apa, Guru? Apa Anda mencemaskan Nona Shirin?" celetuk Kaili setelah terdiam cukup lama.
Rombongan Gulzar Heer telah tiba di Kerajaan Asytar. Gelembung yang dibuat Pangeran Fayruza perlahan menyembul dari kolam istana. Putri Arezha, Raja Faryzan, Kaili telah menunggu dengan wajah cemas. Mereka kompak menghela napas lega begitu rombongan penyelamat Shirin dan Pangeran Heydar kembali tanpa terluka.Pangeran Heydar langsung berlutut di hadapan ayah dan kakaknya. Meskipun di bawah kendali sihir hitam, ingatan pernah hampir membunuh Raja Faryzan masih terekam. Pangeran Heydar terus menggumamkan kata maaf dengan suara bergetar hebat. Raja Faryzan menepuk bahu sang putra dengan lembut.“Bangunlah, Nak. Kejadian itu sudah terlanjur terjadi, Heydar. Sekarang, lebih baik mencoba menebus kesalahanmu dengan menyelamatkan lebih banyak nyawa.”Pangeran Heydar masih enggan bangun meskipun lututnya tampak terluka. Putri Arezha mendecakkan lidah.“Kenapa kita kembali ke istana? Harusnya kita langsung ke kuil suci!” protes Gulzar Heer.“Tubuhmu baru pulih, istirahatlah dulu,” pinta Pangera
Meskipun sudah melarikan diri sekuat tenaga, para siluman tetap berhasil memblokade jalan. Kini, Shirin dan Pangeran Heydar sudah terkepung. Sekeliling mereka telah dipenuhi siluman dengan seringaian jahat. Gigi-gigi tajam yang meneteskan air liur berbau bangkai meremangkan bulu kuduk."Percuma saja kalian kabur," desis siluman ular dengan lidah menjulur-julur."Heydar, aku akan menarik pedang siluman paling depan itu, bersiaplah untuk menangkapnya," bisik Shirin.Pangeran Heydar mengangguk kecil. Shirin mulai memusatkan manna di telapak tangan kanan, hingga membentuk benang yang sangat tipis. Dengan gerakan cepat, dia melesatkan pisau angin menggunakan tangan kiri ke arah siluman kadal untuk mengalihkan perhatian.Berhasil, siluman kadal terpancing dan mulai menebaskan pedang. Saat itulah, Shirin menggerakkan benang tipis dari manna untuk mengikat gagang pedang si siluman. Meskipun tipis, benang itu memiliki ketahanan dan kekuatan
Ghumaysa dan pasukannya bergerak semakin cepat. Mereka telah berada di perbatasan hutan dengan desa terdekat. Namun, hawa keberadaan Shirin dan Pangeran Heydar malah terbagi ke dalam tiga arah.Arah pertama berbelok ke kanan menuju pedesaan. Arah kedua lurus ke depan melewati pegunungan. Arah ketiga justru terasa kuat di sepanjang Sungai Lispen berbalik ke pusat kota.Ghumaysa mendengkus. Dia sadar bahwa Shirin lagi-lagi melakukannya pengecohan. Hanya ada satu arah yang benar. Ghumaysa memutuskan membagi pasukan menjadi dua kelompok. Satu pasukan ikut dengannya menyusuri pegunungan. Sisanya akan menggeledah desa-desa terdekat. Dia memberi bola kristal kecil yang bisa mendeteksi Pangeran Heydar. Selain itu juga, dia mengirimkan pesan kepada para penjaga untuk menghadang siapa pun yang mencoba memasuki pusat kota.Pengejaran dilanjutkan. Terjalnya jalan, hawa dingin pegunungan, dan gelapnya malam tidak menyurutkan langkah. Ketahanan siluman yang berbeda deng
Kaili memusatkan manna di telapak tangan. Meskipun mungkin tidak akan menyebabkan luka fatal, paling tidak dia bisa memberi kesempatan kepada Ava dan Kyra untuk melarikan diri. Kayvan pernah menceritakannya tentang pengorbanan beberapa pengendali hebat di masa lalu. “Mungkin kali ini adalah giliranku,” gumam Kaili dalam hati. "Kenapa kau bisa ada di sini, Kaili?" Suara merdu yang terdengar tegas dan sedikit ketus membuyarkan konsentrasi Kaili. Bola manna di tangannya seketika terpecah. Serpihannya terlempar ke sembarang arah, membekukan sebagaian rerumputan. Meskipun begitu, ketegangan dan ketakutan sudah raib. Kaili mengenal suara itu. Dia cepat berbalik. Benar saja, wajah cantik Houri sudah menyambutnya. Kaili mengenggam tangan sang peri dan menatap dengan sorot mata memelas. Ava dan Kyra hanya bisa terbengong-bengong menyaksikan hal itu. Mereka memang belum pernah bertemu Houri. "Peri Houri, tolong kami!" pinta Ka