Share

Bagian 7

Penulis: Puziyuuri
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-04 07:22:20

Pangeran Fayruza dan Gulzar Heer keluar dari sungai kecil di belakang rumah penduduk. Cahaya biru berpendar perlahan memudar saat mereka naik ke daratan. Sebelum memasuki area perkampungan, mereka terlebih dahulu melakukan penyamaran dengan pakaian rakyat biasa dan jubah berwarna kelabu. Kini, keduanya terlihat seperti sepasang pengembara.

“Hari ini, kita akan melayani malaikat-malaikat kecil di Panti Asuhan Atefeh,” gumam Pangeran Fayruza riang. Dalam hati, dia berkata, ‘Kapan lagi aku bisa melihatmu tampak begitu manis dengan pakaian wanita, Gulzar.’

Sementara itu, Gulzar Heer diam-diam tersenyum kecil. Pangeran Fayruza memang sangat istimewa. Saat saudara-saudaranya melakukan kegiatan amal dengan sorotan publik agar mendapat perhatian rakyat, dia malah lebih suka menyembunyikan identitas. Namun, entah kenapa selalu saja ada yang mengetahui, sehingga pamornya malah semakin melejit di mata rakyat.

Setelah penyamaran dirasa sempurna, Pangeran Fayruza mengajak Gulzar Heer membeli banyak makanan. Barulah mereka pergi ke panti asuhan, memperkenalkan diri sebagai Tuan Fay dan Nona Zar. Pengurus dan anak-anak panti menyambut antusias. 

Gulzar Heer kembali tersenyum kecil ketika melihat keakraban dan keluwesan sang pangeran bermain bersama anak-anak. Gadis kecil berusia sekitar 5 tahun dengan rambut dikepang tiba-tiba menarik pelan lengan baju Pangeran Fayruza. Dia tampak menelan ludah berkali-kali.

“Umm ... Tuan Fay ...,”  gumamnya lirih.

“Ada apa, Anak Manis?” Pangeran Fayruza tersenyum lembut sembari mengusap rambut dikepang. Gulzar Heer langsung memalingkan muka, menenangkan debaran dalam dada.

“Ah itu ... apa kami boleh memanggilmu dan Nona Zar ayah dan ibu?”

Wajah Pangeran Fayruza seketika memerah. Bayangan rumah tangga yang manis dan harmonis dengan Gulzar Heer merasuk di pikiran. Dia harus menggeleng berkali-kali saat adegan suami istri nan mesra, juga senyuman anak-anak yang lucu melintas dalam benak. Sementara itu, Gulzar Heer terbatuk-batuk.

“Maafkan adikku sudah lancang, jangan marah, Tuan Fay.” Anak yang tertua langsung angkat suara. Sementara gadis kecil berkepang menatap dengan mata berkaca-kaca.

Pangeran Fayruza tersadar dan mengusap kembali rambut berkepang. “Aku tidak marah, Nak. Aku justru sangat senang sampai tidak bisa bicara.”

“Benarkah, Tuan? Tapi kenapa Tuan Fay menggeleng?”

“Ah, itu karena aku terlalu senang."

"Begitu, ya, Tuan Fay?"

"Hmm ... jadi, kenapa aku masih dipanggil, Tuan?” Pangeran Fayruza berpura-pura merajuk.

“Maaf, A-a-a.” Gadis kecil berkepang mencengkeram ujung bajunya. “Ayah!”

Pangeran Fayruza terkekeh dan mendudukkan tubuh mungil di pangkuan. “Putri kita ini manis sekali, bukankah begitu, Ibu?” cetusnya sambil mengerling pada Gulzar Heer yang tersedak.

“Ah i-i-iya, Fay eh Ayah.”

Sandiwara menjadi keluarga pun dimulai. Mata anak-anak itu tampak berbinar. Pangeran Fayruza sangat menikmati perannya, bahkan beberapa kali mengambil kesempatan merangkul Gulzar Heer dengan alasan menjadi ayah yang menyayangi ibu.

Sayangnya, kebahagiaan kecil nan manis itu tak berlangsung lama. Pengawal Pangeran Fayruza mendadak muncul. Dia tampak tersengal saat melakukan salam penghormatan.

“Ah, di sini rupanya Anda, Pangeran. Hamba sudah mencari ke mana-mana.”

Sang pengawal tampak mengembuskan napas lega. Namun, anak-anak panti asuhan menjadi ketakutan. Tubuh-tubuh mungil itu terlihat gemetaran. Anak yang paling tertua langsung bersujud di hadapan Pangeran Fayruza.

“Maafkan kami, Pangeran! Kami sudah bersikap tidak sopan!”

Pangeran Fayruza mendesah berat. Dia mendelik pada pengawal yang sudah membongkar penyamarannya. Pangeran Fayruza mengusap kepala anak-anak dengan lembut.

“Aku lebih suka dipanggil ayah oleh kalian,” cetusnya. “Ayo panggil aku ayah lag–”

Gulzar Heer tersentak. Benda abu-abu kehitaman bergerak cepat dari kejauhan tepat mengarah ke bagian leher Pangeran Fayruza. Refleks, dia mendorong pemuda itu, membuat mereka tersungkur, lalu terguling-guling di tanah dan baru berhenti saat menubruk tembok panti asuhan. Tepat waktu, tiga belati yang tadi hampir mengancam nyawa sang pangeran hanya menancap di tanah.

Sementara itu, pipi Pangeran Fayruza seketika memerah. Bagaimana tidak? Wajah Gulzar Heer hanya berjarak beberapa senti. Namun, belum reda gemuruh dalam dada, kesatria pujaan hatinya itu langsung bangkit dan berlari kencang ke arah barat, mengejar si pembunuh bayaran. Pangeran Fayruza hanya bisa melongo sambil memegangi dada yang berdebar. 

Kini, Gulzar Heer telah sampai di pinggiran kota, daerah kumuh yang rawan kejahatan. Si pembunuh bayaran tak lagi berlari. Seringaian terukir di sudut bibirnya.

“Kau wanita yang bodoh sekali, Nona. Tempat ini berbahaya bagi nona yang manis.”

Si pembunuh bayaran mendekat. Dia menatap Gulzar Heer sambil menjilati bibir, seolah tengah menemukan makanan super lezat. Saat tangan penuh jaringan parut itu hendak menyentuh pipi ....

Kraaak!

“Arggh! Wanita sialan!”

“Maaf, aku tidak punya waktu untuk bermain-main dengan cecunguk sepertimu,” tutur Gulzar Heer sembari mengempaskan dengan kasar lengan berotot yang tadi dipelintirnya.

Sraaat!

Satu kepala lagi yang harus menggelinding akibat sabetan pedang Gulzar Heer. Dia memungutnya dengan wajah dingin, lalu melemparkannya ke sungai terdekat. Setelah membersihkan pedang dan wajah yang sempat terciprat darah, Gulzar Heer segera kembali ke panti asuhan.

***

Raja Faryzan menekan kening. Ratu Azanie mengusap-usap punggung sang suami. Pangeran Ardavan memasang wajah malas sementara Putri Arezha malah dengan santai menyantap dessert di piringnya. 

Helaan napas berat terdengar untuk yang ketiga kalinya. “Lagi-lagi, Fayruza melarikan diri dari perjodohan,” keluh Raja Faryzan.

“Ayolah, Ayah, apa pernikahan memang sepenting itu?” cetus Putri Arezha sambil memainkan garpu di permukaan kue cokelatnya.

“Tentu saja pernikahan tidak penting bagimu, Perawan Tua,” sindir Pangeran Ardavan.

Raja menatap nanar putri tertuanya itu. “Arezha, kenapa kamu juga tidak mau menikah?”

Putri Arezha mendecakkan lidah. Dia memutar bola mata. Garpu ditancapkannya di kue cokelat. Stroberi malang di atasnya menjadi terbelah dua.

“Impianku akan kacau jika menikah. Aku tidak akan bisa mengagumi para pria tampan lagi.”

Ratu Azanie tersedak, lalu terbatuk-batuk.  Pelayan langsung sigap menyiapkan air minum untuknya. Sang ratu memegangi kening yang mendadak berdenyut-denyut.

“Arezhaaaa, arggh! Aku harus beristirahat di kamar.” Ratu Azanie menatap Raja Faryzan. “Hamba permisi, Yang Mulia.”

Setelah mendapat persetujuan raja, Ratu Azanie bangkit dari kursi. Beberapa dayang langsung membantu memapah. 

“Kenapa putra dan putri pertamaku ikut mata keranjang seperti ayahnya?” gerutu sang ratu lirih hampir tak terdengar. Pangeran Ardavan memang suka main perempuan. Meskipun belum memiliki istri resmi, dia sudah mengoleksi sepuluh selir.

Sepeninggal Ratu Azanie, ruang makan menjadi hening, hanya terdengar suara garpu beradu dengan piring. Raja Faryzan mendadak berdeham. Putri Arezha dan Pangeran Ardavan kompak menatap ayahnya dengan alis bertaut.

“Soal Fayruza tadi .....”

“Sudahlah, Ayah, menyerah saja soal perjodohan itu. Fayruza tidak akan mau karena dia mencin–”

Kata-kata Putri Arezha terpotong karena pembawa pesan kerajaan datang untuk melapor. Jika pemuda itu sampai menganggu waktu makan keluarga kerajaan,  berarti berita yang dibawa sangatlah penting. Setelah dipersilakan masuk, dia menyerahkan surat bersegel pada Raja Faryzan. Wajah raja seketika cerah saat membaca isinya.

***

Bab terkait

  • Kesatria Mawar   Bagian 8

    Derap kaki kuda sedikit mengusik para penghuni hutan. Burung-burung liar terbang serentak, melarikan diri. Sementara beberapa ekor rusa berlarian ke bagian dalam hutan yang lebih rimbun.Iring-iringan kuda tersebut adalah rombongan Kerajaan Arion. Mereka tengah memenuhi undangan Kerajaan Khaz dalam kompetisi pedang tahunan. Surat undangan itulah yang diterima Raja Faryzan beberapa hari lalu. Hadiah untuk pemenang tak main-main, bisa memperistri Putri Kheva, sang bunga Kerajaan Khaz. Artinya, akan terjalin kerja sama amat menguntungkan mengingat Kerajaan Khaz sangat kuat di bidang militer maupun ekonomi.Pangeran Ardavan tampak sangat antusias, memimpin perjalanan dengan wajah semringah. Dia bahkan meninggalkan rombongan adik-adiknya di belakang. Kabar kecantikan Putri Kheva dari Kerajaan Khaz memang telah lama menjadi buah bibir. Lelaki genit sepertinya tentu tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk memperistri sang putri.Sebenarnya, P

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Kesatria Mawar   Bagian 9

    Rombongan Kerajaan Arion segera menuju sumber suara. Kuda-kuda berlari cepat menembus semak dan meliuk-liuk di antara pepohonan. Pangeran Ardavan mengangkat tangan, sebuah isyarat untuk berhenti. Debu berterbangan saat laju kuda para pasukan dihentikan mendadak."Wah, ini menakjubkan! Apa aku sedang melihat seorang peri?"Pangeran Ardavan terpaku dengan pemandangan unik di hadapannya. Gadis cantik bertubuh semampai berdiri tegar dikelilingi tujuh ekor hizkel, elang raksasa. Baju ala pemburu yang dikenakannya dipenuhi bercak darah. Rambut pirang dikucir kuda bergerak-gerak nakal dipermainkan angin semilir. Sorot mata tegas memiliki pesona tersendiri.Sraat! Trang!Pedang di tangan si gadis ditebaskan. Namun, tubuh hizkel tak tergores sedikit pun. Bulu makhluk buas legendaris itu memang sekuat baja.“Bertahanlah, Manvash!” seru si gadis kepada gadis lain yang terbaring meregang nyawa di belakangnya.Rombongan K

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Kesatria Mawar   Bagian 10

    Rombongan Kerajaan Arion tiba di Kerajaan Khaz tepat setelah matahari terbenam sempurna. Mereka segera memasuki aula utama. Kedatangan mereka menjadi pusat perhatian para pangeran dari kerajaan lain yang telah datang lebih dulu. Tentu saja, Pangeran Heydar yang paling menjadi buah bibir mengingat kemampuan berpedangnya memang tersohor.“Salam hormat kami kepada Raja Khamzad,” cetus Pangeran Ardavan sembari membungkukkan badan begitu mereka berada di hadapan Raja Khamzad, penguasa Kerajaan Khaz.Pangeran Fayruza dan Pangeran Heydar turut membungkukkan badan di belakangnya. Putri Arezha melakukan penghormatan selayaknya seorang putri. Sementara seluruh kesatria dan pelayan yang mengiringi melakukan salam hormat dengan berlutut.“Salam kepada para tamu agung dari Kerajaan Arion.” Hening sejenak. “Aku sudah mendengar dari Kheva bagaimana kalian menyelamatkannya dan Manvash. Kami atas nama Kerajaan Khaz mengucapkan terima kasih sebesar-b

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Kesatria Mawar   Bagian 11

    “Pertandingan dimulai!” Seruan wasit membahana, membuat para penonton bersorak girang dan bertepuk tangan.Sementara itu, di arena, kedua pangeran menghunus pedang. Bunyi besi beradu membuat ngilu. Pangeran Fayruza terdorong ke belakang beberapa langkah. Sebenarnya, dia sudah cukup kesulitan mengangkat pedang, bahkan harus menggunakan dua tangan. Entah kenapa keadaannya memang terlihat kurang baik. Wajah tampan dengan sorot mata lembut itu tampak kuyu dan lelah.Pangeran Ardavan menyeringai melihat adiknya terdesak. Dia langsung melancarkan serangan bertubi-tubi. Punggung Pangeran Fayruza hampir saja tertebas. Untunglah, dia berhasil menghindar.Namun, baru saja Pangeran Fayruza bernapas sejenak, Pangeran Ardavan kembali merangsek maju. Satu sabetan pedang berhasil menyayat lengan baju zirah. Sorakan penonton membahana."Pangeran Ardavan!""Pangeran Fayruza jangan mau kalah!"Gulzar Heer menggemeletukkan gigi. ”Ck! Pa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-05
  • Kesatria Mawar   Bagian 12

    Aroma rumput basah menyegarkan paru-paru. Arena kompetisi gegap-gempita. Sorakan-sorakan menaikkan tensi. Kemarin, babak penyisihan selesai menjelang malam. Namun, hujan lebat turun semalaman, sehingga pertandingan final akan dilaksanakan pagi ini.Kini, dua pemenang masing-masing grup telah berdiri berhadapan di arena. Grup pertama dimenangkan oleh Pangeran Ardavan. Sementara Pangeran Heydar menjadi sang juara di grup kedua. Putri Arezha tampak cemas di kursi kehormatan. Shirin bahkan sampai memucat. Gulzar Heer tak ikut menonton karena menjaga Pangeran Fayruza yang diharuskan kembali ke istana Kerajaan Khaz untuk memulihkan kondisi.“Pertandingan final antara Pangeran Ardavan dan Pangeran Heydar dimulai!” seru wasit.Sorakan-sorakan penonton membahana, lebih nyaring daipada pertandingan-pertandingan sebelumnya. Beberapa dari mereka bahkan melakukan taruhan. Meskipun Pangeran Heydar yang namanya tersohor dalam peperang

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • Kesatria Mawar   Bagian 13

    “Apa?” Teriakan Pangeran Ardavan menggelegar setelah mendapat laporan dari pemuda berpakaian serba hitam.Pemuda itu adalah mata-mata yang diutus untuk mengamati kondisi rakyat. Dia melaporkan pamor Pangeran Fayruza yang semakin melejit. Bahkan, ada rumor dukungan beberapa kelompok agar pangeran ketiga tersebut bisa dinobatkan menjadi putra mahkota meskipun harus melawan tradisi turun-temurun.“Maaf, Pangeran. Begitulah informasi yang hamba dapatkan,” sahut si mata-mata.“Argggh!”Pangeran Ardavan meraih patung emas penghargaan kompetisi berpedang dan melemparkannya. Pemuda mata-mata memiringkan kepala ke kiri. Patung emas melewati sisi kanan tubuhnya dengan kecepatan tinggi, lalu menubruk tembok, menimbulkan retakan cukup panjang sebelum jatuh ke lantai.“Bagaimana bisa mereka lebih mendukung Fayruza yang hanya membagikan makanan? Aku sudah membagikan banyak harta untuk rakya

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-07
  • Kesatria Mawar   Bagian 14

    Buuuk!Tinju Gulzar Heer meninggalkan lebam di pipi bercodet pembunuh bayaran. Farzam langsung menjauhkan putrinya. Sebagai kesatria Pangeran Fayruza, tindakan anarkis Gulzar Heer bisa menjadikan tuduhan palsu semakin kuat. Aula istana mulai riuh. Seperti dugaan Farzam, bisikan-bisikan tak sedap mulai bersahutan.“Sepertinya, Pangeran Fayruza benar-benar membayar mereka.”“Rasanya tidak mungkin pangeran yang begitu lembut–”“Bisa saja Pangeran Fayruza dihasut Pangeran Heydar. Lihatlah, Nona Gulzar yang begitu bernafsu membunuh para penjahat itu untuk menutup mulut mereka!”Gulzar Heer menggeram. Dengkusan napas kasarnya terdengar samar. Ratu Azanie terkulai tak sadarkan diri. Pangeran Fayruza berusaha menenangkan Pangeran Heydar yang mulai terbakar amarah.Sementara itu, Putri Kheva mengepalkan tangan dan melirik curiga kepada suaminya. Perkataan si penjahat sangat tidak masuk akal. Orang bodoh mana

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-10
  • Kesatria Mawar   Bagian 15

    "Ck! Apa semuanya akan baik-baik saja? Bagaimana kalau gagal ...."Putri Kheva menggigiti ujung kuku. Dia juga mondar-mandir dalam kamar dan beberapa kali hampir menubruk dinding. Putri Manvash terkekeh, lalu membimbing sang kakak untuk duduk di tepian tempat tidur.“Tenang saja, Kak, pasti akan berjalan lancar. Kita tunggu saja dengan sabar di sini. Besok, pasti akan ada kehebohan di istana,” cetusnya. Bibir kemerahan menyeringai, membuat kesan manis di wajah Putri Manvash raib entah ke mana.Ya, malam ini, rencana busuk akan dijalankan, memfitnah Gulzar Heer dan Shirin. Dua gadis itu akan dibuat tertidur, lalu dinodai lelaki jahat yang disewa Putri Manvash. Namun, kejadiannya akan dibuat seolah terjadi atas dasar suka sama suka sehingga mereka berharap akan menghancurkan kepercayaan Pangeran Heydar dan Pangeran Fayruza.“Apa akan berhasil? Si kesatria memang bisa dibuat tertidur dengan sihir, tapi, pelayan itu bisa saja punya per

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-10

Bab terbaru

  • Kesatria Mawar   Bagian 98 (End)

    Pangeran Heydar memasuki pondok dengan wajah semringah. Nyanyian terlantun merdu dari bibirnya. Shirin yang tengah mengelus perut seketika mengalihkan pandangan."Kau tampak senang, Sayang. Ada apa?"Pangeran Heydar menghampiri Shirin, mendekap dari belakang. Lengan kekarnya melingkar erat di pinggang sang istri. Dia meletakkan dagu di bahu Shirin, lalu memejamkan mata sejenak."Ya, Sayang. Ada kabar yang sangat membahagiakan."Shirin melepaskan pelukan Pangeran Heydar. Dia berbalik dengan cepat dan menatap antusias. Wanita itu memang paling tak tahan dengan rasa penasaran."Kabar gembira apa, Sayang? Jangan membuatku penasaran!" cecarnya.Pangeran Heydar menyengir lebar, lalu mengecup perut istrinya yang mulai membukit. "Aku mendapat pesan dari Gulzar""Apa? Cepat bacakan! Cepat bacakan!" desak Shirin. Dia hampir saja menjambak rambut sang suami."Tenanglah, Sayang. Pesannya tidak akan hilang jika kamu sedikit bersabar.""Jangan membuatku tambah kesal, Heydar! Kau tahu aku sangat mer

  • Kesatria Mawar   Bagian 97

    Pangeran Fayruza tersentak, lalu menatap lekat Delaram yang masih tersengal-sengal. Delaram mengatur napas sejenak. Pakaiannya tampak basah oleh keringat. Wajah cantik dan tegas itu sampai memerah."Anda harus ikut saya untuk menyelamatkan Pangeran Heydar!" seru Delaram setelah napasnya lebih teratur.Kecemasan Delaram menular kepada Pangeran Fayruza. "Ada apa dengan Kak Heydar, Bi?" desaknya. Pangeran Fayruza terus menatap lekat meminta penjelasan. Delaram hendak menyahut. Namun, udara tiba-tiba terasa menyesakkan. Aroma mawar menyeruak diikuti kerlipan-kerlipan cahaya keemasan yang semakin lama memperjelas wujudnya, belasan kupu-kupu.Houri langsung melakukan salam penghormatan. Kupu-kupu yang paling indah perlahan menjelma menjadi wanita cantik dengan tiara indah di kepala. Dialah ratu peri kupu-kupu emas. Sang ratu menghampiri Ghumaysa dan menusukkan tongkatnya ke perut wanita itu."Argggh!" Erangan memilukan terasa memekakkan telinga. "Tidak! Tidak! Tidaaak!"Teriakan Ghumaysa m

  • Kesatria Mawar   Bagian 96

    "Arghhh!" Erangan Ayzard memenuhi udara.Dia langsung melompat ke belakang menghindari serangan Gulzar Heer. Pedang suci menghantam sebongkah batu dan membuatnya hancur berkeping. Ayzard tampak mencengkeram dada kiri dengan napas tersengal. Dia terbatuk, lalu memuntahkan darah. Kabut hitam yang semula memberikan tambahan energi secara terus-menerus tak bisa lagi mengalir ke tubuh Ayzard seperti terhalang sesuatu.Gulzar Heer tak ingin membuang kesempatan. Dia memusatkan kekuatan. Pedang suci berpendar. Kilat putih melesat mengincar Ayzard. Ghumaysa melihat ada yang tak beres pada Ayzard seketika membuat perisai dari kabut hitam.Ledakan besar memekakkan telinga. Kilat putih pedang suci berbelok ke segala arah. Beberapa siluman jahat terbakar olehnya. Sementara itu, Ayzard kembali muntah darah. Ghumaysa mendecakkan lidah.“Si bodoh Heydar pasti melakukan sesuatu yang konyol!” umpatnya, lalu menggertakkan gigi.“Lawanmu adalah kami, Wanita Iblis!” bentak Kyra seraya melesatkan panah-pan

  • Kesatria Mawar   Bagian 95

    "Ayo kemarilah, Putriku," panggil Ayzard lagi.Ghumaysa yang menyamar menjadi Daria tak ingin ketinggalan. Dia juga menampakkan diri, lalu meracuni pikiran Gulzar Heer dengan ucapan manis. Tak ketinggalan, sihir hitam dalam bentuk kabut tipis diembuskan untuk semakin melemahkan mental."Anakku yang cantik, kami sangat rindu kemarilah," bujuk Ghumaysa."Baik, Ayah, Ibu."Jarak yang memisahkan Gulzar Heer dengan Ayzard dan Ghumaysa semakin sempit. Ayzard diam-diam menyeringai. Tangannya menggenggam erat gagang pedang hitam."Berhenti, Farah! Ayah dan Ibu ada di sini, Anakku!" seruan dari suara yang tak asing menghentikan langkah Gulzar Heer.Dia berbalik. Atashanoush dan Daria berdiri di sana. Kekuatan kasih sayang terhadap anak semata wayang membuat mereka bisa menembus dimensi yang dibuat Ghumaysa dan menampakkan diri."Dasar adik durhaka! Berani kamu menyamar menjadi aku!" bentak Ghumaysa berusaha mengacaukan pikiran Gulzar Heer."Kaulah yang menyamar, Ghumaysa!" sergah Daria yang as

  • Kesatria Mawar   Bagian 94

    Sudah sepuluh kali Kayvan menghela napas berat. Dia juga terus memandangi langit malam dari jendela menara sihir. Lelaki tua itu mendecakkan lidah, lalu mulai mondar-mandir memutari bejana sihir sambil memijat-mijat kening.Bruk!Kayvan terduduk. Akibat mondar-mandir tak jelas, dia bertabrakan dengan Kaili yang baru memasuki ruangan sambil membawa beberapa alat sihir. Untunglah, pemuda itu berhasil menangkap semua barang bawaannya sebelum membentur lantai. Kalau tidak, bisa-bisa ruangan utama menara sihir akan meledak. "Maafkan saya, Guru," tutur Kaili takzim sembari membantu sang guru berdiri. Tentu saja, dia meletakkan alat-alat sihir dengan hati-hati terlebih dulu."Akulah yang salah sudah menabrakmu."Hening. Kaili diam-diam melirik wajah Kayvan. Mereka menjadi guru dan murid bertahun-tahun. Dia bisa merasakan keresahan hanya dari sorot mata atau bahkan sedikit kernyitan di dahi gurunya."Ada apa, Guru? Apa Anda mencemaskan Nona Shirin?" celetuk Kaili setelah terdiam cukup lama.

  • Kesatria Mawar   Bagian 93

    Rombongan Gulzar Heer telah tiba di Kerajaan Asytar. Gelembung yang dibuat Pangeran Fayruza perlahan menyembul dari kolam istana. Putri Arezha, Raja Faryzan, Kaili telah menunggu dengan wajah cemas. Mereka kompak menghela napas lega begitu rombongan penyelamat Shirin dan Pangeran Heydar kembali tanpa terluka.Pangeran Heydar langsung berlutut di hadapan ayah dan kakaknya. Meskipun di bawah kendali sihir hitam, ingatan pernah hampir membunuh Raja Faryzan masih terekam. Pangeran Heydar terus menggumamkan kata maaf dengan suara bergetar hebat. Raja Faryzan menepuk bahu sang putra dengan lembut.“Bangunlah, Nak. Kejadian itu sudah terlanjur terjadi, Heydar. Sekarang, lebih baik mencoba menebus kesalahanmu dengan menyelamatkan lebih banyak nyawa.”Pangeran Heydar masih enggan bangun meskipun lututnya tampak terluka. Putri Arezha mendecakkan lidah.“Kenapa kita kembali ke istana? Harusnya kita langsung ke kuil suci!” protes Gulzar Heer.“Tubuhmu baru pulih, istirahatlah dulu,” pinta Pangera

  • Kesatria Mawar   Bagian 92

    Meskipun sudah melarikan diri sekuat tenaga, para siluman tetap berhasil memblokade jalan. Kini, Shirin dan Pangeran Heydar sudah terkepung. Sekeliling mereka telah dipenuhi siluman dengan seringaian jahat. Gigi-gigi tajam yang meneteskan air liur berbau bangkai meremangkan bulu kuduk."Percuma saja kalian kabur," desis siluman ular dengan lidah menjulur-julur."Heydar, aku akan menarik pedang siluman paling depan itu, bersiaplah untuk menangkapnya," bisik Shirin.Pangeran Heydar mengangguk kecil. Shirin mulai memusatkan manna di telapak tangan kanan, hingga membentuk benang yang sangat tipis. Dengan gerakan cepat, dia melesatkan pisau angin menggunakan tangan kiri ke arah siluman kadal untuk mengalihkan perhatian.Berhasil, siluman kadal terpancing dan mulai menebaskan pedang. Saat itulah, Shirin menggerakkan benang tipis dari manna untuk mengikat gagang pedang si siluman. Meskipun tipis, benang itu memiliki ketahanan dan kekuatan

  • Kesatria Mawar   Bagian 91

    Ghumaysa dan pasukannya bergerak semakin cepat. Mereka telah berada di perbatasan hutan dengan desa terdekat. Namun, hawa keberadaan Shirin dan Pangeran Heydar malah terbagi ke dalam tiga arah.Arah pertama berbelok ke kanan menuju pedesaan. Arah kedua lurus ke depan melewati pegunungan. Arah ketiga justru terasa kuat di sepanjang Sungai Lispen berbalik ke pusat kota.Ghumaysa mendengkus. Dia sadar bahwa Shirin lagi-lagi melakukannya pengecohan. Hanya ada satu arah yang benar. Ghumaysa memutuskan membagi pasukan menjadi dua kelompok. Satu pasukan ikut dengannya menyusuri pegunungan. Sisanya akan menggeledah desa-desa terdekat. Dia memberi bola kristal kecil yang bisa mendeteksi Pangeran Heydar. Selain itu juga, dia mengirimkan pesan kepada para penjaga untuk menghadang siapa pun yang mencoba memasuki pusat kota.Pengejaran dilanjutkan. Terjalnya jalan, hawa dingin pegunungan, dan gelapnya malam tidak menyurutkan langkah. Ketahanan siluman yang berbeda deng

  • Kesatria Mawar   Bagian 90

    Kaili memusatkan manna di telapak tangan. Meskipun mungkin tidak akan menyebabkan luka fatal, paling tidak dia bisa memberi kesempatan kepada Ava dan Kyra untuk melarikan diri. Kayvan pernah menceritakannya tentang pengorbanan beberapa pengendali hebat di masa lalu. “Mungkin kali ini adalah giliranku,” gumam Kaili dalam hati. "Kenapa kau bisa ada di sini, Kaili?" Suara merdu yang terdengar tegas dan sedikit ketus membuyarkan konsentrasi Kaili. Bola manna di tangannya seketika terpecah. Serpihannya terlempar ke sembarang arah, membekukan sebagaian rerumputan. Meskipun begitu, ketegangan dan ketakutan sudah raib. Kaili mengenal suara itu. Dia cepat berbalik. Benar saja, wajah cantik Houri sudah menyambutnya. Kaili mengenggam tangan sang peri dan menatap dengan sorot mata memelas. Ava dan Kyra hanya bisa terbengong-bengong menyaksikan hal itu. Mereka memang belum pernah bertemu Houri. "Peri Houri, tolong kami!" pinta Ka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status