Share

Bagian 9

Penulis: Puziyuuri
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-04 12:03:01

Rombongan Kerajaan Arion segera menuju sumber suara. Kuda-kuda berlari cepat menembus semak dan meliuk-liuk di antara pepohonan. Pangeran Ardavan mengangkat tangan, sebuah isyarat untuk berhenti. Debu berterbangan saat laju kuda para pasukan dihentikan mendadak. 

"Wah, ini menakjubkan! Apa aku sedang melihat seorang peri?"

Pangeran Ardavan terpaku dengan pemandangan unik di hadapannya. Gadis cantik bertubuh semampai berdiri tegar dikelilingi tujuh ekor hizkel, elang raksasa. Baju ala pemburu yang  dikenakannya dipenuhi bercak darah. Rambut pirang dikucir kuda bergerak-gerak nakal dipermainkan angin semilir. Sorot mata tegas memiliki pesona tersendiri.

Sraat! Trang!

Pedang di tangan si gadis ditebaskan. Namun, tubuh hizkel tak tergores sedikit pun. Bulu makhluk buas legendaris itu memang sekuat baja.

“Bertahanlah, Manvash!” seru si gadis kepada gadis lain yang terbaring meregang nyawa di belakangnya.

Rombongan Kerajaan Arion pun menyadari ada korban luka yang tengah dilindungi gadis itu. Pangeran Fayruza tanpa pikir panjang langsung turun dari kuda dan berlari ke arah tubuh tergeletak bersimbah darah. Gadis manis itu lebih muda 1 atau 2 tahun dibandingkan gadis berpedang.

"Bertahanlah, Nona. Saya akan mencoba menutup luka Anda," gumam Pangeran Fayruza lembut.

Dia langsung melakukan proses penyembuhan. Pendar biru keluar dari tangannya, menyelimuti tubuh penuh luka di hadapan. Rasa hangat membuat gadis yang terluka sempat tersentak, terpaku sejenak, terpana akan ketampanan dan kebaikan hati Pangeran Fayruza, lalu tanpa dapat dicegah langsung jatuh hati pada sang pangeran.

Sementara itu, di sisi lain, melihat sahabatnya berbuat nekat, Gulzar Heer ikut melompat dari kuda. Dia langsung pasang badan untuk menghadapi hizkel. Begitu juga dengan Pangeran Heydar yang seketika menghunus pedang.

Pangeran Ardavan sempat tergagap sebelum memberi perintah, “Selamatkan gadis-gadis itu! Bunuh semua hizkel!”

“Siap, Yang Mulia!”

Para kesatria merangsek maju. Pertarungan sengit pun dimulai. Pangeran Ardavan mengamati makhluk raksasa yang tengah meradang tersebut. Dia teringat salah satu buku mitologi koleksinya. Hizkel memang memiliki bulu sekuat baja seperti sisik marex, tetapi monster ini akan langsung tumbang jika matanya ditusuk.

“Kelemahannya ada pada matanya!” seru Pangeran Ardavan.

Para kesatria bergerak gesit mengepung seekor hizkel lagi. Sementara itu, Pangeran Ardavan membentuk formasi dengan si gadis cantik. Gadis itu berpindah-pindah tempat dengan kecepatan tinggi, mengecoh perhatian hizkel. Beberapa kali mereka terlempar, hingga akhirnya satu tusukan telak di mata monster itu berhasil dilakukan oleh Pangeran Ardavan. Hizkel yang dihadapi pun ambruk ke tanah.

"Terima kasih kerja sama Anda, Nona. Anda benar-benar luar biasa!" puji Pangeran Ardavan sembari menyunggingkan senyuman mempesona. Biasanya, hati gadis-gadis akan terjerat  dengan senyumnya.

Sementara itu, si gadis cantik tampak terpaku. Bibir kemerahan terus berdecak kagum. Netranya hampir tak berkedip, menatap lurus ke satu arah. Ya, dia menatap Pangeran Heydar yang tengah melompat dari atas pohon dengan pedang terhunus, tepat menusuk mata si elang raksasa. Binatang ganas itu pun ambruk.

"Luar biasa ... mengagumkan," gumamnya lirih.

Kekagumannya kepada Pangeran Heydar tentu bukan tanpa alasan. Ketika dia, Pangeran Ardavan, dan para kesatria susah payah menghadapi seekor hizkel saja, Pangeran Heydar telah menumbangkan dua ekor seorang diri.

Lain lagi dengan Gulzar Heer, sang mesin pembunuh. Dia sudah duduk santai sambil mengikat kaki tiga ekor hizkel tak bernyawa dengan akar pohon. Sementara itu, Pangeran Fayruza dibantu Shirin melakukan teknik penyembuhan pada korban luka.

Akhirnya, pertarungan melawan hizkel berhasil dimenangkan. Gadis cantik tadi menyarungkan kembali pedangnya, lalu menghadap Pangeran Ardavan yang merupakan pimpinan pasukan. Dia melakukan penghormatan khas dari Kerajaan Khaz.

“Terima kasih sudah menyelamatkan kami. Saya harap suatu hari kami bisa membalas kebaikan tuan-tuan sekalian."

Dia tampak hendak berbicara lagi. Namun, para kesatria dengan baju zirah Kerajaan Khaz berdatangan. Mereka tampak mengembuskan napas lega saat melihat si gadis cantik. Kepala pasukan kesatria maju ke depan dan melakukan salam penghormatan.

"Salam hamba kepada Putri Kheva. Marilah kita kembali ke kerajaan, Tuan Putri. Di sini sangat berbahaya."

Rombongan Kerajaan Arion terperangah. Gadis cantik yang mereka tolong ternyata adalah bunga acara kompetisi. Pangeran Ardavan mengepalkan tangan. Ambisinya untuk memperistri sang putri semakin meluap. Cantik, kuat, dan anggun seolah tak ada celah sedikit pun untuk kekurangan.

Putri Kheva menjelaskan kepada kepala pasukan kesatria kerajaannya tentang pertolongan Kerajaan Arion. Kepala pasukan mengucapkan terima kasih. Saat mereka tengah berbincang serius, tiba-tiba sesosok tubuh subur menyeruak dari pasukan kesatria Kerajaan Khaz. Wanita tua itu terisak.

“Kami mencari Anda ke mana-mana, Tuan Putri. Anda lagi-lagi kabur. Saya hampir saja mati karena ketakutan.”

"Maafkan aku, Ibu Pengasuh. Aku hanya ingin mencari udara segar. Sejak Ayahanda mengadakan kompetisi, istana terasa menyesakkan karena aura persaingan yang ada di sana."

Putri Kheva memeluk pengasuhnya. Pangeran Ardavan diam-diam mencibir tindakan sang putri. Dia memang tak suka jika batasan antara seorang pelayan dan tuan terlalu lemah. Pangeran Ardavan juga sangat membenci sikap Putri Arezha dan Pangeran Fayruza yang sangat ramah kepada para pelayan ataupun orang dengan kasta lebih rendah.

"Sayang sekali, putri ini terlalu dekat dengan orang rendahan. Jika sudah menjadi istriku, dia tak boleh lagi seperti itu," gumam Pangeran Ardavan dalam hati.

"Sekali lagi, kami mengucapkan terima kasih," ucap Putri Kheva membuyarkan lamunan Pangeran Ardavan.

Putri Kheva melakukan salam penghormatan sekali lagi. Netra indahnya sempat mencuri pandang kepada Pangeran Heydar. Namun, pada akhirnya, dia berpamitan karena harus segera kembali ke kerajaan. Sementara rombongan Kerajaan Arion harus beristirahat sebentar untuk mengisi kembali tenaga yang terkuras akibat menghadapi elang raksasa.

Pangeran Ardavan terus menatap punggung sang putri hingga menghilang di antara rimbunnya pepohonan. Pangeran Heydar dan Gulzar Heer mengurus bangkai hizkel. Pangeran Fayruza sibuk mengobati yang terluka. Putri Arezha duduk bersandar sambil mengipasi wajah. Shirin mendekat dengan langkah ragu-ragu.

“Tuan putri, bolehkah hamba permisi untuk membersihkan diri di sungai sana?” cetusnya. Dia memang sedikit terciprat darah akibat pertarungan tadi.

“Tentu saja boleh, Shirin.”

Shirin segera menuju sungai. Dia sengaja memilih sudut yang sepi dan terlindung. Melihat kekasihnya berjalan sendiri, Pangeran Heydar mengikuti diam-diam. Saat gadis itu tengah membersihkan ujung gaunnya, lengan kokoh memeluk dari belakang.

“Kyaaa!”

Pangeran Heydar terkekeh. “Ini aku, Sayang.” Dia membenamkan wajah di bahu Shirin. “Aku mencintaimu, Shirin,” bisiknya mesra.

“Pangeran ...,” gumam Shirin lirih sembari berbalik.

Mata elang Pangeran Heydar mengunci pandangan Shirin. Wajah keduanya semakin mendekat hingga terasa embusan napas. Namun, saat jarak hanya tinggal beberapa senti, kehadiran tiga sosok yang langsung terperanjat membuat Shirin mendorong dada Pangeran Heydar. Pipi gadis itu bersemu. Pangeran Fayruza melirik diam-diam ke arah bibir Gulzar Heer. Lalu, dia cepat menggeleng dengan kuat.

“Ups, maaf menganggu. Kami terpaksa melakukannya karena kita harus segera melanjutkan perjalanan,” celetuk Putri Arezha.

Dia terkekeh, lalu berbalik dan kembali ke rombongan. Shirin mengekori dengan tergopoh-gopoh. Pangeran Heydar mendecakkan lidah, tetapi tetap mengikuti. Tinggallah Gulzar Heer bersama Pangeran Fayruza yang tengah melongo sambil menyentuh bibir sendiri.

“Pangeran, ayo kita juga harus jalan,” cetus Gulzar Heer.

“Ah, i-iya!”

***

Bab terkait

  • Kesatria Mawar   Bagian 10

    Rombongan Kerajaan Arion tiba di Kerajaan Khaz tepat setelah matahari terbenam sempurna. Mereka segera memasuki aula utama. Kedatangan mereka menjadi pusat perhatian para pangeran dari kerajaan lain yang telah datang lebih dulu. Tentu saja, Pangeran Heydar yang paling menjadi buah bibir mengingat kemampuan berpedangnya memang tersohor.“Salam hormat kami kepada Raja Khamzad,” cetus Pangeran Ardavan sembari membungkukkan badan begitu mereka berada di hadapan Raja Khamzad, penguasa Kerajaan Khaz.Pangeran Fayruza dan Pangeran Heydar turut membungkukkan badan di belakangnya. Putri Arezha melakukan penghormatan selayaknya seorang putri. Sementara seluruh kesatria dan pelayan yang mengiringi melakukan salam hormat dengan berlutut.“Salam kepada para tamu agung dari Kerajaan Arion.” Hening sejenak. “Aku sudah mendengar dari Kheva bagaimana kalian menyelamatkannya dan Manvash. Kami atas nama Kerajaan Khaz mengucapkan terima kasih sebesar-b

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Kesatria Mawar   Bagian 11

    “Pertandingan dimulai!” Seruan wasit membahana, membuat para penonton bersorak girang dan bertepuk tangan.Sementara itu, di arena, kedua pangeran menghunus pedang. Bunyi besi beradu membuat ngilu. Pangeran Fayruza terdorong ke belakang beberapa langkah. Sebenarnya, dia sudah cukup kesulitan mengangkat pedang, bahkan harus menggunakan dua tangan. Entah kenapa keadaannya memang terlihat kurang baik. Wajah tampan dengan sorot mata lembut itu tampak kuyu dan lelah.Pangeran Ardavan menyeringai melihat adiknya terdesak. Dia langsung melancarkan serangan bertubi-tubi. Punggung Pangeran Fayruza hampir saja tertebas. Untunglah, dia berhasil menghindar.Namun, baru saja Pangeran Fayruza bernapas sejenak, Pangeran Ardavan kembali merangsek maju. Satu sabetan pedang berhasil menyayat lengan baju zirah. Sorakan penonton membahana."Pangeran Ardavan!""Pangeran Fayruza jangan mau kalah!"Gulzar Heer menggemeletukkan gigi. ”Ck! Pa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-05
  • Kesatria Mawar   Bagian 12

    Aroma rumput basah menyegarkan paru-paru. Arena kompetisi gegap-gempita. Sorakan-sorakan menaikkan tensi. Kemarin, babak penyisihan selesai menjelang malam. Namun, hujan lebat turun semalaman, sehingga pertandingan final akan dilaksanakan pagi ini.Kini, dua pemenang masing-masing grup telah berdiri berhadapan di arena. Grup pertama dimenangkan oleh Pangeran Ardavan. Sementara Pangeran Heydar menjadi sang juara di grup kedua. Putri Arezha tampak cemas di kursi kehormatan. Shirin bahkan sampai memucat. Gulzar Heer tak ikut menonton karena menjaga Pangeran Fayruza yang diharuskan kembali ke istana Kerajaan Khaz untuk memulihkan kondisi.“Pertandingan final antara Pangeran Ardavan dan Pangeran Heydar dimulai!” seru wasit.Sorakan-sorakan penonton membahana, lebih nyaring daipada pertandingan-pertandingan sebelumnya. Beberapa dari mereka bahkan melakukan taruhan. Meskipun Pangeran Heydar yang namanya tersohor dalam peperang

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • Kesatria Mawar   Bagian 13

    “Apa?” Teriakan Pangeran Ardavan menggelegar setelah mendapat laporan dari pemuda berpakaian serba hitam.Pemuda itu adalah mata-mata yang diutus untuk mengamati kondisi rakyat. Dia melaporkan pamor Pangeran Fayruza yang semakin melejit. Bahkan, ada rumor dukungan beberapa kelompok agar pangeran ketiga tersebut bisa dinobatkan menjadi putra mahkota meskipun harus melawan tradisi turun-temurun.“Maaf, Pangeran. Begitulah informasi yang hamba dapatkan,” sahut si mata-mata.“Argggh!”Pangeran Ardavan meraih patung emas penghargaan kompetisi berpedang dan melemparkannya. Pemuda mata-mata memiringkan kepala ke kiri. Patung emas melewati sisi kanan tubuhnya dengan kecepatan tinggi, lalu menubruk tembok, menimbulkan retakan cukup panjang sebelum jatuh ke lantai.“Bagaimana bisa mereka lebih mendukung Fayruza yang hanya membagikan makanan? Aku sudah membagikan banyak harta untuk rakya

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-07
  • Kesatria Mawar   Bagian 14

    Buuuk!Tinju Gulzar Heer meninggalkan lebam di pipi bercodet pembunuh bayaran. Farzam langsung menjauhkan putrinya. Sebagai kesatria Pangeran Fayruza, tindakan anarkis Gulzar Heer bisa menjadikan tuduhan palsu semakin kuat. Aula istana mulai riuh. Seperti dugaan Farzam, bisikan-bisikan tak sedap mulai bersahutan.“Sepertinya, Pangeran Fayruza benar-benar membayar mereka.”“Rasanya tidak mungkin pangeran yang begitu lembut–”“Bisa saja Pangeran Fayruza dihasut Pangeran Heydar. Lihatlah, Nona Gulzar yang begitu bernafsu membunuh para penjahat itu untuk menutup mulut mereka!”Gulzar Heer menggeram. Dengkusan napas kasarnya terdengar samar. Ratu Azanie terkulai tak sadarkan diri. Pangeran Fayruza berusaha menenangkan Pangeran Heydar yang mulai terbakar amarah.Sementara itu, Putri Kheva mengepalkan tangan dan melirik curiga kepada suaminya. Perkataan si penjahat sangat tidak masuk akal. Orang bodoh mana

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-10
  • Kesatria Mawar   Bagian 15

    "Ck! Apa semuanya akan baik-baik saja? Bagaimana kalau gagal ...."Putri Kheva menggigiti ujung kuku. Dia juga mondar-mandir dalam kamar dan beberapa kali hampir menubruk dinding. Putri Manvash terkekeh, lalu membimbing sang kakak untuk duduk di tepian tempat tidur.“Tenang saja, Kak, pasti akan berjalan lancar. Kita tunggu saja dengan sabar di sini. Besok, pasti akan ada kehebohan di istana,” cetusnya. Bibir kemerahan menyeringai, membuat kesan manis di wajah Putri Manvash raib entah ke mana.Ya, malam ini, rencana busuk akan dijalankan, memfitnah Gulzar Heer dan Shirin. Dua gadis itu akan dibuat tertidur, lalu dinodai lelaki jahat yang disewa Putri Manvash. Namun, kejadiannya akan dibuat seolah terjadi atas dasar suka sama suka sehingga mereka berharap akan menghancurkan kepercayaan Pangeran Heydar dan Pangeran Fayruza.“Apa akan berhasil? Si kesatria memang bisa dibuat tertidur dengan sihir, tapi, pelayan itu bisa saja punya per

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-10
  • Kesatria Mawar   Bagian 16

    Kerajaan Arion benar-benar dilanda kericuhan. Namun, tak seperti harapan Putri Manvash, keributan bukan disebabkan adanya kesatria wanita dan pelayan yang tertuduh berbuat mesum. Pagi ini, justru tiga mayat ditemukan dalam kondisi mengenaskan.Raja Faryzan pun mengadakan pertemuan di aula utama. Petinggi-petinggi istana saling berbisik saat dua sosok diminta memasuki aula. Ya, sebagai pemilik kamar tempat penemuan korban, Gulzar Heer dan Shirin harus memberikan kesaksian.Setelah memberikan sambutan singkat, Raja Faryzan bertanya dengan penuh penekanan, " Gulzar, berikan penejlasan tentang mayat dengan leher patah dan kepala pecah yang ditemukan di kamarmu!"Gulzar Heer seperti biasa menjawab tenang dengan wajah datarnya, “Hamba juga tidak tahu apa yang terjadi, Yang Mulia. Hamba tiba-tiba mengantuk sekali tadi malam dan langsung tertidur. Hamba bermimpi berburu bozkou dan mematahkan leher hewan itu, juga membantingnya ke tanah. Ketika terbangun pagi ini,

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Kesatria Mawar   Bagian 17

    Alun-alun kota telah ramai. Rakyat berdesak-desakan hendak menyaksikan hukuman mati pangeran keempat dan selir kelima. Beberapa dari mereka tak segan melempar tomat busuk, telur busuk, terompah, bahkan batu. Penjahat yang tega memfitnah Pangeran Fayruza tentu akan mendapat kemarahan dari rakyat, padahal ibu dan anak yang malang itu hanyalah kambing hitam Pangeran Ardavan.“Matilah dasar penjahat!”Telur busuk tepat mengenai punggung pangeran keempat, pecah meninggalkan jejak lendir berbau di baju lusuh. Selir kelima berusaha menghalau lemparan-lemparan berikutnya dari tubuh sang putra. Namun, dia langsung disergap para pengawal. “Pergilah ke neraka!” Satu seruan penuh kebencian kembali dilontarkan.Buuk!Batu seukuran kepalan tangan menimpa kening pangeran keempat ketika menaiki tangga panggung pemancungan. Darah segar merembes menguarkan bau anyir. Pengawal mendorong kasar agar sang pangeran mempercepat langkah.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-14

Bab terbaru

  • Kesatria Mawar   Bagian 98 (End)

    Pangeran Heydar memasuki pondok dengan wajah semringah. Nyanyian terlantun merdu dari bibirnya. Shirin yang tengah mengelus perut seketika mengalihkan pandangan."Kau tampak senang, Sayang. Ada apa?"Pangeran Heydar menghampiri Shirin, mendekap dari belakang. Lengan kekarnya melingkar erat di pinggang sang istri. Dia meletakkan dagu di bahu Shirin, lalu memejamkan mata sejenak."Ya, Sayang. Ada kabar yang sangat membahagiakan."Shirin melepaskan pelukan Pangeran Heydar. Dia berbalik dengan cepat dan menatap antusias. Wanita itu memang paling tak tahan dengan rasa penasaran."Kabar gembira apa, Sayang? Jangan membuatku penasaran!" cecarnya.Pangeran Heydar menyengir lebar, lalu mengecup perut istrinya yang mulai membukit. "Aku mendapat pesan dari Gulzar""Apa? Cepat bacakan! Cepat bacakan!" desak Shirin. Dia hampir saja menjambak rambut sang suami."Tenanglah, Sayang. Pesannya tidak akan hilang jika kamu sedikit bersabar.""Jangan membuatku tambah kesal, Heydar! Kau tahu aku sangat mer

  • Kesatria Mawar   Bagian 97

    Pangeran Fayruza tersentak, lalu menatap lekat Delaram yang masih tersengal-sengal. Delaram mengatur napas sejenak. Pakaiannya tampak basah oleh keringat. Wajah cantik dan tegas itu sampai memerah."Anda harus ikut saya untuk menyelamatkan Pangeran Heydar!" seru Delaram setelah napasnya lebih teratur.Kecemasan Delaram menular kepada Pangeran Fayruza. "Ada apa dengan Kak Heydar, Bi?" desaknya. Pangeran Fayruza terus menatap lekat meminta penjelasan. Delaram hendak menyahut. Namun, udara tiba-tiba terasa menyesakkan. Aroma mawar menyeruak diikuti kerlipan-kerlipan cahaya keemasan yang semakin lama memperjelas wujudnya, belasan kupu-kupu.Houri langsung melakukan salam penghormatan. Kupu-kupu yang paling indah perlahan menjelma menjadi wanita cantik dengan tiara indah di kepala. Dialah ratu peri kupu-kupu emas. Sang ratu menghampiri Ghumaysa dan menusukkan tongkatnya ke perut wanita itu."Argggh!" Erangan memilukan terasa memekakkan telinga. "Tidak! Tidak! Tidaaak!"Teriakan Ghumaysa m

  • Kesatria Mawar   Bagian 96

    "Arghhh!" Erangan Ayzard memenuhi udara.Dia langsung melompat ke belakang menghindari serangan Gulzar Heer. Pedang suci menghantam sebongkah batu dan membuatnya hancur berkeping. Ayzard tampak mencengkeram dada kiri dengan napas tersengal. Dia terbatuk, lalu memuntahkan darah. Kabut hitam yang semula memberikan tambahan energi secara terus-menerus tak bisa lagi mengalir ke tubuh Ayzard seperti terhalang sesuatu.Gulzar Heer tak ingin membuang kesempatan. Dia memusatkan kekuatan. Pedang suci berpendar. Kilat putih melesat mengincar Ayzard. Ghumaysa melihat ada yang tak beres pada Ayzard seketika membuat perisai dari kabut hitam.Ledakan besar memekakkan telinga. Kilat putih pedang suci berbelok ke segala arah. Beberapa siluman jahat terbakar olehnya. Sementara itu, Ayzard kembali muntah darah. Ghumaysa mendecakkan lidah.“Si bodoh Heydar pasti melakukan sesuatu yang konyol!” umpatnya, lalu menggertakkan gigi.“Lawanmu adalah kami, Wanita Iblis!” bentak Kyra seraya melesatkan panah-pan

  • Kesatria Mawar   Bagian 95

    "Ayo kemarilah, Putriku," panggil Ayzard lagi.Ghumaysa yang menyamar menjadi Daria tak ingin ketinggalan. Dia juga menampakkan diri, lalu meracuni pikiran Gulzar Heer dengan ucapan manis. Tak ketinggalan, sihir hitam dalam bentuk kabut tipis diembuskan untuk semakin melemahkan mental."Anakku yang cantik, kami sangat rindu kemarilah," bujuk Ghumaysa."Baik, Ayah, Ibu."Jarak yang memisahkan Gulzar Heer dengan Ayzard dan Ghumaysa semakin sempit. Ayzard diam-diam menyeringai. Tangannya menggenggam erat gagang pedang hitam."Berhenti, Farah! Ayah dan Ibu ada di sini, Anakku!" seruan dari suara yang tak asing menghentikan langkah Gulzar Heer.Dia berbalik. Atashanoush dan Daria berdiri di sana. Kekuatan kasih sayang terhadap anak semata wayang membuat mereka bisa menembus dimensi yang dibuat Ghumaysa dan menampakkan diri."Dasar adik durhaka! Berani kamu menyamar menjadi aku!" bentak Ghumaysa berusaha mengacaukan pikiran Gulzar Heer."Kaulah yang menyamar, Ghumaysa!" sergah Daria yang as

  • Kesatria Mawar   Bagian 94

    Sudah sepuluh kali Kayvan menghela napas berat. Dia juga terus memandangi langit malam dari jendela menara sihir. Lelaki tua itu mendecakkan lidah, lalu mulai mondar-mandir memutari bejana sihir sambil memijat-mijat kening.Bruk!Kayvan terduduk. Akibat mondar-mandir tak jelas, dia bertabrakan dengan Kaili yang baru memasuki ruangan sambil membawa beberapa alat sihir. Untunglah, pemuda itu berhasil menangkap semua barang bawaannya sebelum membentur lantai. Kalau tidak, bisa-bisa ruangan utama menara sihir akan meledak. "Maafkan saya, Guru," tutur Kaili takzim sembari membantu sang guru berdiri. Tentu saja, dia meletakkan alat-alat sihir dengan hati-hati terlebih dulu."Akulah yang salah sudah menabrakmu."Hening. Kaili diam-diam melirik wajah Kayvan. Mereka menjadi guru dan murid bertahun-tahun. Dia bisa merasakan keresahan hanya dari sorot mata atau bahkan sedikit kernyitan di dahi gurunya."Ada apa, Guru? Apa Anda mencemaskan Nona Shirin?" celetuk Kaili setelah terdiam cukup lama.

  • Kesatria Mawar   Bagian 93

    Rombongan Gulzar Heer telah tiba di Kerajaan Asytar. Gelembung yang dibuat Pangeran Fayruza perlahan menyembul dari kolam istana. Putri Arezha, Raja Faryzan, Kaili telah menunggu dengan wajah cemas. Mereka kompak menghela napas lega begitu rombongan penyelamat Shirin dan Pangeran Heydar kembali tanpa terluka.Pangeran Heydar langsung berlutut di hadapan ayah dan kakaknya. Meskipun di bawah kendali sihir hitam, ingatan pernah hampir membunuh Raja Faryzan masih terekam. Pangeran Heydar terus menggumamkan kata maaf dengan suara bergetar hebat. Raja Faryzan menepuk bahu sang putra dengan lembut.“Bangunlah, Nak. Kejadian itu sudah terlanjur terjadi, Heydar. Sekarang, lebih baik mencoba menebus kesalahanmu dengan menyelamatkan lebih banyak nyawa.”Pangeran Heydar masih enggan bangun meskipun lututnya tampak terluka. Putri Arezha mendecakkan lidah.“Kenapa kita kembali ke istana? Harusnya kita langsung ke kuil suci!” protes Gulzar Heer.“Tubuhmu baru pulih, istirahatlah dulu,” pinta Pangera

  • Kesatria Mawar   Bagian 92

    Meskipun sudah melarikan diri sekuat tenaga, para siluman tetap berhasil memblokade jalan. Kini, Shirin dan Pangeran Heydar sudah terkepung. Sekeliling mereka telah dipenuhi siluman dengan seringaian jahat. Gigi-gigi tajam yang meneteskan air liur berbau bangkai meremangkan bulu kuduk."Percuma saja kalian kabur," desis siluman ular dengan lidah menjulur-julur."Heydar, aku akan menarik pedang siluman paling depan itu, bersiaplah untuk menangkapnya," bisik Shirin.Pangeran Heydar mengangguk kecil. Shirin mulai memusatkan manna di telapak tangan kanan, hingga membentuk benang yang sangat tipis. Dengan gerakan cepat, dia melesatkan pisau angin menggunakan tangan kiri ke arah siluman kadal untuk mengalihkan perhatian.Berhasil, siluman kadal terpancing dan mulai menebaskan pedang. Saat itulah, Shirin menggerakkan benang tipis dari manna untuk mengikat gagang pedang si siluman. Meskipun tipis, benang itu memiliki ketahanan dan kekuatan

  • Kesatria Mawar   Bagian 91

    Ghumaysa dan pasukannya bergerak semakin cepat. Mereka telah berada di perbatasan hutan dengan desa terdekat. Namun, hawa keberadaan Shirin dan Pangeran Heydar malah terbagi ke dalam tiga arah.Arah pertama berbelok ke kanan menuju pedesaan. Arah kedua lurus ke depan melewati pegunungan. Arah ketiga justru terasa kuat di sepanjang Sungai Lispen berbalik ke pusat kota.Ghumaysa mendengkus. Dia sadar bahwa Shirin lagi-lagi melakukannya pengecohan. Hanya ada satu arah yang benar. Ghumaysa memutuskan membagi pasukan menjadi dua kelompok. Satu pasukan ikut dengannya menyusuri pegunungan. Sisanya akan menggeledah desa-desa terdekat. Dia memberi bola kristal kecil yang bisa mendeteksi Pangeran Heydar. Selain itu juga, dia mengirimkan pesan kepada para penjaga untuk menghadang siapa pun yang mencoba memasuki pusat kota.Pengejaran dilanjutkan. Terjalnya jalan, hawa dingin pegunungan, dan gelapnya malam tidak menyurutkan langkah. Ketahanan siluman yang berbeda deng

  • Kesatria Mawar   Bagian 90

    Kaili memusatkan manna di telapak tangan. Meskipun mungkin tidak akan menyebabkan luka fatal, paling tidak dia bisa memberi kesempatan kepada Ava dan Kyra untuk melarikan diri. Kayvan pernah menceritakannya tentang pengorbanan beberapa pengendali hebat di masa lalu. “Mungkin kali ini adalah giliranku,” gumam Kaili dalam hati. "Kenapa kau bisa ada di sini, Kaili?" Suara merdu yang terdengar tegas dan sedikit ketus membuyarkan konsentrasi Kaili. Bola manna di tangannya seketika terpecah. Serpihannya terlempar ke sembarang arah, membekukan sebagaian rerumputan. Meskipun begitu, ketegangan dan ketakutan sudah raib. Kaili mengenal suara itu. Dia cepat berbalik. Benar saja, wajah cantik Houri sudah menyambutnya. Kaili mengenggam tangan sang peri dan menatap dengan sorot mata memelas. Ava dan Kyra hanya bisa terbengong-bengong menyaksikan hal itu. Mereka memang belum pernah bertemu Houri. "Peri Houri, tolong kami!" pinta Ka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status