Share

Bagian 6

Author: Puziyuuri
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tumpukan kayu yang telah dipotong rapi berhamburan di tanah bersama dua ekor bozkou tak bernyawa. Sementara Gulzar Heer duduk bersandar di pohon. Jemari penuh bekas luka mengusap wajah oval penuh keringat, meninggalkan bercak-bercak cokelat kemerahan di kulit putih. 

Gulzar Heer menghela napas berat sembari mengipasi wajah dengan topi. Tidak, dia bukannya lelah, hanya sedang banyak pikiran. Menggarap sebatang pohon hingga diperoleh ratusan potong kayu dan membunuh dua ekor bozkou hanya akan mengurangi 5 % tenaganya. Seorang Gulzar Heer bahkan sanggup tak tidur 2 hari 2 malam dalam peperangan.

“Apa kamu akan menikah dengannya, Fay? Ah, mungkin saja, dia sangat cantik dan anggun. Kamu pasti sangat bahagia saat ini ....”

Gulzar Heer menggeleng berkali-kali. Dia juga menekan kening yang mendadak berdenyut, juga memegangi dada. Rasa perih yang tak dapat dimengertinya melesak-lesak di dalam sana. Gulzar Heer menggeram, lalu menepuk-nepuk pipi sendiri.

“Tak seharusnya aku begini! Mungkin ini hanya perasaan rindu kenangan dengan sahabat saja.” Gulzar Heer lagi-lagi menghela napas berat, lalu memutar kembali memori masa lalu dalam benak.

...

Gadis kecil dengan rambut dikucir kuda mengayunkan pedang kayu. Satu hantaman telak mengenai tangan boneka kayu untuk latihan, membuatnya berputar cepat, seolah membalas serangan. Tubuh mungil dengan tangkas mundur beberapa langkah, lalu melompat dan menghantamkan pedang dari atas.

Kraaak!

Pedang dan boneka kayu patah. Si gadis kecil mendecakkan lidah. Namun, kekesalannya tak bertahan lama. Sang ibu tiba-tiba ke luar rumah sambil berkacak pinggang. Dia dengan cepat melemparkan pedang kayu yang tinggal setengah ke semak-semak.

“Percuma kamu membuangnya, Gulzar, Ibu sudah melihatnya!”

Gulzar Heer menelan ludah. Delaram mendadak sudah berada di hadapannya. Pengendali elemen angin memang memiliki kecepatan di atas rata-rata. 

“Sudah Ibu bilang berapa kali, kamu jangan ikut-ikutan ayahmu!”

“Tapi, Bu, aku ingin menjadi kesatria kuat seperti ayah.”

“Gulzar!”

“Iya, Bu, maaf.” 

Delaram menghela napas berat. “Gulzar, Ibu ingin kamu menjadi anak yang manis dan anggu–”

“Gulzar, lihatlah Ayah bawa siapa!” seru Farzam yang baru saja datang.

Delaram mendelik. Namun, emosinya terpaksa ditahan begitu melihat bocah sebaya Gulzar Heer yang mengekori sang suami. Siapa yang tak kenal anak laki-laki tampan dengan sorot mata lembut dan hangat itu? Dialah Pangeran Fayruza, putra ketiga penguasa Kerajaan Arion.

“Gulzar, ini Pangeran Fayruza, beliau akan tinggal bersama kita untuk sementara waktu. Yang Mulia Raja Faryzan juga memintamu secara khusus untuk menjadi guru pedang untuk pangeran,” jelas Farzam setelah berdiri di hadapan dengan putrinya.

Mata Gulzar Heer tampak berbinar-binar.  Namun, tidak untuk sang ibu. Delaram memelototi sang suami. 

“Kenapa raja seenaknya begitu?” desisnya tajam.

“Biar aku jelaskan di dalam.” Farzam tersenyum pada kedua anak itu. “Gulzar, kamu temani pangeran berlatih, ya?”

“Baik, Ayah!” seru Gulzar Heer antusias.

Farzam mengacungkan jempol. Sementara itu, Delaram masih melotot. Bibirnya terus menggerutu, mengeluhkan keputusan raja yang tega meminta putrinya menjadi guru pedang.

“Padahal di istana banyak kesatria lain, kenapa harus putriku yang manis?”

“Ayolah, Sayang. Raja hanya ingin Pangeran Fayruza mendapatkan teman.” Lalu, dia berbisik, “Beliau juga akan aman dari pembunuh bayaran yang dikirim Pangeran Ardavan jika berada di sini.”

“Apa? Pembunuh? Pangeran pertama, kan, baru lima belas tahun?”

Farzam menghela napas, lalu meletakkan telunjuk di bibir. “Jangan keras-keras tidak baik didengar anak-anak.”

“Tidak apa, Paman. Aku sudah tahu kakak ingin membunuh kami. Terima kasih Paman mau melindungiku.” Pangeran Fayruza tersenyum manis. Delaram, Farzam, dan Gulzar Heer merasa silau dengan kemilau senyumnya.

Kehidupan istana memang tidak sepenuhnya indah. Persaingan ketat bisa menumbuhkan kebusukan hati. Pangeran Ardavan memiliki ambisi begitu besar, hingga bukan rahasia lagi kekejamannya menyingkirkan adik sendiri. Sayangnya, tak pernah ada bukti. Kejahatannya terlalu rapi.

“Baiklah, pangeran boleh tinggal di sini. Eh, tapi bukankah berbahaya membiarkan anak perempuan kita tinggal seatap dengan laki-laki?”

Farzam menepuk keningnya. “Hei, mereka masih kecil, tidak mungkin terjadi hal yang aneh-aneh. Ayo masuklah dulu, ada yang ingin kubicarakan juga.”

“Ck! Baiklah,” ketus Delaram. Keduanya segera masuk ke rumah.

“Terima kasih, Pangeran. Aku jadi bisa berlatih pedang tanpa dimarahi ibu,” cetus Gulzar Heer setelah memastikan ayahnya berhasil mengamankan sang ibu.

“Tidak bisakah kamu memanggil namaku saja saat kita berdua?” tanya Pangeran Fayruza dengan tatapan polos yang membuat Gulzar Heer luluh seketika.

“Baiklah, aku akan memanggil Fay. Ayo kita latihan!”

...

Gemerisik dedaunan yang tertiup angin semilir membuyarkan lamunan Gulzar Heer. Terik mentari mulai membakar kulit. Gulzar Heer memutuskan untuk pulang saja ke rumah sembari berharap sang ayah tidak lagi membicarakan perjodohan Pangeran Fayruza.

Dia bangkit dari duduk. Tangannya cekatan mengikat potongan-potongan kayu dan bozkou dengan sulur-sulur merambat. Sebelum mengangkut hasil perburuan, Gulzar Heer mencuci terlebih dulu kapak berlumur darah di danau. Namun, baru saja dia mendekat, air tiba-tiba menggelegak. Tak lama kemudian sesosok tubuh yang dilingkupi cahaya biru muncul ke permukaan. 

“Pangeran Fayruza?” 

“Hai, Gulzar, maaf membuatmu kaget, tapi tolong jangan bersikap formal saat kita berdua saja,” cetus Pangeran Fayruza sembari melangkah keluar dari air.

Gulzar Heer mengucek matanya berkali-kali, memastikan tidak sedikit bermimpi ataupun berhalusinasi. Sosok Pangeran Fayruza memang ada di sana dengan senyuman menawan. Dia memegangi dada yang berdebar kencang.

“Pangeran kenapa bisa ada di sini?” cetus Gulzar Heer setelah berhasil menguasai diri.

“Gulzar, kamu sudah berjanji akan memanggil namaku jika berdua saja.” Pangeran Fayruza berpura-pura cemberut.  

“Ah iya, maafkan aku, Fay. Tapi, kenapa kamu bisa ada di sini? Bukankah harusnya menghadiri pesta di kediaman Keluarga Hesam?”

Pangeran Fayruza terkekeh. Matanya tinggal segaris tipis. Gulzar Heer memalingkan wajah, menenangkan jantung yang mulai nakal lagi.

“Aku bosan, jadi menggunakan teleportasi air ke sini. Oh iya, aku juga ingin mengajakmu pergi. Kamu mau ikut, ‘kan?”

“Baiklah, Fay, tapi izinkan aku membawa pulang kayu-kayu dan hewan buruan ini dulu.”

Pangeran Fayruza mengelus dagu. Dia kembali tersenyum lebar, lalu mengarahkan telunjuk ke arah danau. Cahaya berpendar biru membentuk lingkaran besar di permukaan air.

“Gulzar, lemparkan kayu-kayu dan hewan buruanmu ke air!” perintahnya.

Gulzar mengerutkan kening, tapi tak lama. Senyuman sang pangeran membuatnya mengerti. Dia langsung melemparkan potongan kayu dan dua ekor bozkou ke danau dan langsung ditelan cahaya biru hingga raib tak bersisa. Hasil perburuan telah berpindah ke rumah Farzam dengan teleportasi.

“Nah, sekarang giliran kita.”

Pangeran Fayruza menarik tangan Gulzar Heer, membawanya menuju danau. Mereka berdiri melayang di permukaan air. Perlahan, cahaya biru menyelimuti tubuh.

Saat keduanya mulai masuk ke dalam air, Gulzar Heer menyeletuk,” Memangnya kita mau ke mana, Fay?”

“Rahasia.”

***

Related chapters

  • Kesatria Mawar   Bagian 7

    Pangeran Fayruza dan Gulzar Heer keluar dari sungai kecil di belakang rumah penduduk. Cahaya biru berpendar perlahan memudar saat mereka naik ke daratan. Sebelum memasuki area perkampungan, mereka terlebih dahulu melakukan penyamaran dengan pakaian rakyat biasa dan jubah berwarna kelabu. Kini, keduanya terlihat seperti sepasang pengembara.“Hari ini, kita akan melayani malaikat-malaikat kecil di Panti Asuhan Atefeh,” gumam Pangeran Fayruza riang. Dalam hati, dia berkata, ‘Kapan lagi aku bisa melihatmu tampak begitu manis dengan pakaian wanita, Gulzar.’Sementara itu, Gulzar Heer diam-diam tersenyum kecil. Pangeran Fayruza memang sangat istimewa. Saat saudara-saudaranya melakukan kegiatan amal dengan sorotan publik agar mendapat perhatian rakyat, dia malah lebih suka menyembunyikan identitas. Namun, entah kenapa selalu saja ada yang mengetahui, sehingga pamornya malah semakin melejit di mata rakyat.

  • Kesatria Mawar   Bagian 8

    Derap kaki kuda sedikit mengusik para penghuni hutan. Burung-burung liar terbang serentak, melarikan diri. Sementara beberapa ekor rusa berlarian ke bagian dalam hutan yang lebih rimbun.Iring-iringan kuda tersebut adalah rombongan Kerajaan Arion. Mereka tengah memenuhi undangan Kerajaan Khaz dalam kompetisi pedang tahunan. Surat undangan itulah yang diterima Raja Faryzan beberapa hari lalu. Hadiah untuk pemenang tak main-main, bisa memperistri Putri Kheva, sang bunga Kerajaan Khaz. Artinya, akan terjalin kerja sama amat menguntungkan mengingat Kerajaan Khaz sangat kuat di bidang militer maupun ekonomi.Pangeran Ardavan tampak sangat antusias, memimpin perjalanan dengan wajah semringah. Dia bahkan meninggalkan rombongan adik-adiknya di belakang. Kabar kecantikan Putri Kheva dari Kerajaan Khaz memang telah lama menjadi buah bibir. Lelaki genit sepertinya tentu tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk memperistri sang putri.Sebenarnya, P

  • Kesatria Mawar   Bagian 9

    Rombongan Kerajaan Arion segera menuju sumber suara. Kuda-kuda berlari cepat menembus semak dan meliuk-liuk di antara pepohonan. Pangeran Ardavan mengangkat tangan, sebuah isyarat untuk berhenti. Debu berterbangan saat laju kuda para pasukan dihentikan mendadak."Wah, ini menakjubkan! Apa aku sedang melihat seorang peri?"Pangeran Ardavan terpaku dengan pemandangan unik di hadapannya. Gadis cantik bertubuh semampai berdiri tegar dikelilingi tujuh ekor hizkel, elang raksasa. Baju ala pemburu yang dikenakannya dipenuhi bercak darah. Rambut pirang dikucir kuda bergerak-gerak nakal dipermainkan angin semilir. Sorot mata tegas memiliki pesona tersendiri.Sraat! Trang!Pedang di tangan si gadis ditebaskan. Namun, tubuh hizkel tak tergores sedikit pun. Bulu makhluk buas legendaris itu memang sekuat baja.“Bertahanlah, Manvash!” seru si gadis kepada gadis lain yang terbaring meregang nyawa di belakangnya.Rombongan K

  • Kesatria Mawar   Bagian 10

    Rombongan Kerajaan Arion tiba di Kerajaan Khaz tepat setelah matahari terbenam sempurna. Mereka segera memasuki aula utama. Kedatangan mereka menjadi pusat perhatian para pangeran dari kerajaan lain yang telah datang lebih dulu. Tentu saja, Pangeran Heydar yang paling menjadi buah bibir mengingat kemampuan berpedangnya memang tersohor.“Salam hormat kami kepada Raja Khamzad,” cetus Pangeran Ardavan sembari membungkukkan badan begitu mereka berada di hadapan Raja Khamzad, penguasa Kerajaan Khaz.Pangeran Fayruza dan Pangeran Heydar turut membungkukkan badan di belakangnya. Putri Arezha melakukan penghormatan selayaknya seorang putri. Sementara seluruh kesatria dan pelayan yang mengiringi melakukan salam hormat dengan berlutut.“Salam kepada para tamu agung dari Kerajaan Arion.” Hening sejenak. “Aku sudah mendengar dari Kheva bagaimana kalian menyelamatkannya dan Manvash. Kami atas nama Kerajaan Khaz mengucapkan terima kasih sebesar-b

  • Kesatria Mawar   Bagian 11

    “Pertandingan dimulai!” Seruan wasit membahana, membuat para penonton bersorak girang dan bertepuk tangan.Sementara itu, di arena, kedua pangeran menghunus pedang. Bunyi besi beradu membuat ngilu. Pangeran Fayruza terdorong ke belakang beberapa langkah. Sebenarnya, dia sudah cukup kesulitan mengangkat pedang, bahkan harus menggunakan dua tangan. Entah kenapa keadaannya memang terlihat kurang baik. Wajah tampan dengan sorot mata lembut itu tampak kuyu dan lelah.Pangeran Ardavan menyeringai melihat adiknya terdesak. Dia langsung melancarkan serangan bertubi-tubi. Punggung Pangeran Fayruza hampir saja tertebas. Untunglah, dia berhasil menghindar.Namun, baru saja Pangeran Fayruza bernapas sejenak, Pangeran Ardavan kembali merangsek maju. Satu sabetan pedang berhasil menyayat lengan baju zirah. Sorakan penonton membahana."Pangeran Ardavan!""Pangeran Fayruza jangan mau kalah!"Gulzar Heer menggemeletukkan gigi. ”Ck! Pa

  • Kesatria Mawar   Bagian 12

    Aroma rumput basah menyegarkan paru-paru. Arena kompetisi gegap-gempita. Sorakan-sorakan menaikkan tensi. Kemarin, babak penyisihan selesai menjelang malam. Namun, hujan lebat turun semalaman, sehingga pertandingan final akan dilaksanakan pagi ini.Kini, dua pemenang masing-masing grup telah berdiri berhadapan di arena. Grup pertama dimenangkan oleh Pangeran Ardavan. Sementara Pangeran Heydar menjadi sang juara di grup kedua. Putri Arezha tampak cemas di kursi kehormatan. Shirin bahkan sampai memucat. Gulzar Heer tak ikut menonton karena menjaga Pangeran Fayruza yang diharuskan kembali ke istana Kerajaan Khaz untuk memulihkan kondisi.“Pertandingan final antara Pangeran Ardavan dan Pangeran Heydar dimulai!” seru wasit.Sorakan-sorakan penonton membahana, lebih nyaring daipada pertandingan-pertandingan sebelumnya. Beberapa dari mereka bahkan melakukan taruhan. Meskipun Pangeran Heydar yang namanya tersohor dalam peperang

  • Kesatria Mawar   Bagian 13

    “Apa?” Teriakan Pangeran Ardavan menggelegar setelah mendapat laporan dari pemuda berpakaian serba hitam.Pemuda itu adalah mata-mata yang diutus untuk mengamati kondisi rakyat. Dia melaporkan pamor Pangeran Fayruza yang semakin melejit. Bahkan, ada rumor dukungan beberapa kelompok agar pangeran ketiga tersebut bisa dinobatkan menjadi putra mahkota meskipun harus melawan tradisi turun-temurun.“Maaf, Pangeran. Begitulah informasi yang hamba dapatkan,” sahut si mata-mata.“Argggh!”Pangeran Ardavan meraih patung emas penghargaan kompetisi berpedang dan melemparkannya. Pemuda mata-mata memiringkan kepala ke kiri. Patung emas melewati sisi kanan tubuhnya dengan kecepatan tinggi, lalu menubruk tembok, menimbulkan retakan cukup panjang sebelum jatuh ke lantai.“Bagaimana bisa mereka lebih mendukung Fayruza yang hanya membagikan makanan? Aku sudah membagikan banyak harta untuk rakya

  • Kesatria Mawar   Bagian 14

    Buuuk!Tinju Gulzar Heer meninggalkan lebam di pipi bercodet pembunuh bayaran. Farzam langsung menjauhkan putrinya. Sebagai kesatria Pangeran Fayruza, tindakan anarkis Gulzar Heer bisa menjadikan tuduhan palsu semakin kuat. Aula istana mulai riuh. Seperti dugaan Farzam, bisikan-bisikan tak sedap mulai bersahutan.“Sepertinya, Pangeran Fayruza benar-benar membayar mereka.”“Rasanya tidak mungkin pangeran yang begitu lembut–”“Bisa saja Pangeran Fayruza dihasut Pangeran Heydar. Lihatlah, Nona Gulzar yang begitu bernafsu membunuh para penjahat itu untuk menutup mulut mereka!”Gulzar Heer menggeram. Dengkusan napas kasarnya terdengar samar. Ratu Azanie terkulai tak sadarkan diri. Pangeran Fayruza berusaha menenangkan Pangeran Heydar yang mulai terbakar amarah.Sementara itu, Putri Kheva mengepalkan tangan dan melirik curiga kepada suaminya. Perkataan si penjahat sangat tidak masuk akal. Orang bodoh mana

Latest chapter

  • Kesatria Mawar   Bagian 98 (End)

    Pangeran Heydar memasuki pondok dengan wajah semringah. Nyanyian terlantun merdu dari bibirnya. Shirin yang tengah mengelus perut seketika mengalihkan pandangan."Kau tampak senang, Sayang. Ada apa?"Pangeran Heydar menghampiri Shirin, mendekap dari belakang. Lengan kekarnya melingkar erat di pinggang sang istri. Dia meletakkan dagu di bahu Shirin, lalu memejamkan mata sejenak."Ya, Sayang. Ada kabar yang sangat membahagiakan."Shirin melepaskan pelukan Pangeran Heydar. Dia berbalik dengan cepat dan menatap antusias. Wanita itu memang paling tak tahan dengan rasa penasaran."Kabar gembira apa, Sayang? Jangan membuatku penasaran!" cecarnya.Pangeran Heydar menyengir lebar, lalu mengecup perut istrinya yang mulai membukit. "Aku mendapat pesan dari Gulzar""Apa? Cepat bacakan! Cepat bacakan!" desak Shirin. Dia hampir saja menjambak rambut sang suami."Tenanglah, Sayang. Pesannya tidak akan hilang jika kamu sedikit bersabar.""Jangan membuatku tambah kesal, Heydar! Kau tahu aku sangat mer

  • Kesatria Mawar   Bagian 97

    Pangeran Fayruza tersentak, lalu menatap lekat Delaram yang masih tersengal-sengal. Delaram mengatur napas sejenak. Pakaiannya tampak basah oleh keringat. Wajah cantik dan tegas itu sampai memerah."Anda harus ikut saya untuk menyelamatkan Pangeran Heydar!" seru Delaram setelah napasnya lebih teratur.Kecemasan Delaram menular kepada Pangeran Fayruza. "Ada apa dengan Kak Heydar, Bi?" desaknya. Pangeran Fayruza terus menatap lekat meminta penjelasan. Delaram hendak menyahut. Namun, udara tiba-tiba terasa menyesakkan. Aroma mawar menyeruak diikuti kerlipan-kerlipan cahaya keemasan yang semakin lama memperjelas wujudnya, belasan kupu-kupu.Houri langsung melakukan salam penghormatan. Kupu-kupu yang paling indah perlahan menjelma menjadi wanita cantik dengan tiara indah di kepala. Dialah ratu peri kupu-kupu emas. Sang ratu menghampiri Ghumaysa dan menusukkan tongkatnya ke perut wanita itu."Argggh!" Erangan memilukan terasa memekakkan telinga. "Tidak! Tidak! Tidaaak!"Teriakan Ghumaysa m

  • Kesatria Mawar   Bagian 96

    "Arghhh!" Erangan Ayzard memenuhi udara.Dia langsung melompat ke belakang menghindari serangan Gulzar Heer. Pedang suci menghantam sebongkah batu dan membuatnya hancur berkeping. Ayzard tampak mencengkeram dada kiri dengan napas tersengal. Dia terbatuk, lalu memuntahkan darah. Kabut hitam yang semula memberikan tambahan energi secara terus-menerus tak bisa lagi mengalir ke tubuh Ayzard seperti terhalang sesuatu.Gulzar Heer tak ingin membuang kesempatan. Dia memusatkan kekuatan. Pedang suci berpendar. Kilat putih melesat mengincar Ayzard. Ghumaysa melihat ada yang tak beres pada Ayzard seketika membuat perisai dari kabut hitam.Ledakan besar memekakkan telinga. Kilat putih pedang suci berbelok ke segala arah. Beberapa siluman jahat terbakar olehnya. Sementara itu, Ayzard kembali muntah darah. Ghumaysa mendecakkan lidah.“Si bodoh Heydar pasti melakukan sesuatu yang konyol!” umpatnya, lalu menggertakkan gigi.“Lawanmu adalah kami, Wanita Iblis!” bentak Kyra seraya melesatkan panah-pan

  • Kesatria Mawar   Bagian 95

    "Ayo kemarilah, Putriku," panggil Ayzard lagi.Ghumaysa yang menyamar menjadi Daria tak ingin ketinggalan. Dia juga menampakkan diri, lalu meracuni pikiran Gulzar Heer dengan ucapan manis. Tak ketinggalan, sihir hitam dalam bentuk kabut tipis diembuskan untuk semakin melemahkan mental."Anakku yang cantik, kami sangat rindu kemarilah," bujuk Ghumaysa."Baik, Ayah, Ibu."Jarak yang memisahkan Gulzar Heer dengan Ayzard dan Ghumaysa semakin sempit. Ayzard diam-diam menyeringai. Tangannya menggenggam erat gagang pedang hitam."Berhenti, Farah! Ayah dan Ibu ada di sini, Anakku!" seruan dari suara yang tak asing menghentikan langkah Gulzar Heer.Dia berbalik. Atashanoush dan Daria berdiri di sana. Kekuatan kasih sayang terhadap anak semata wayang membuat mereka bisa menembus dimensi yang dibuat Ghumaysa dan menampakkan diri."Dasar adik durhaka! Berani kamu menyamar menjadi aku!" bentak Ghumaysa berusaha mengacaukan pikiran Gulzar Heer."Kaulah yang menyamar, Ghumaysa!" sergah Daria yang as

  • Kesatria Mawar   Bagian 94

    Sudah sepuluh kali Kayvan menghela napas berat. Dia juga terus memandangi langit malam dari jendela menara sihir. Lelaki tua itu mendecakkan lidah, lalu mulai mondar-mandir memutari bejana sihir sambil memijat-mijat kening.Bruk!Kayvan terduduk. Akibat mondar-mandir tak jelas, dia bertabrakan dengan Kaili yang baru memasuki ruangan sambil membawa beberapa alat sihir. Untunglah, pemuda itu berhasil menangkap semua barang bawaannya sebelum membentur lantai. Kalau tidak, bisa-bisa ruangan utama menara sihir akan meledak. "Maafkan saya, Guru," tutur Kaili takzim sembari membantu sang guru berdiri. Tentu saja, dia meletakkan alat-alat sihir dengan hati-hati terlebih dulu."Akulah yang salah sudah menabrakmu."Hening. Kaili diam-diam melirik wajah Kayvan. Mereka menjadi guru dan murid bertahun-tahun. Dia bisa merasakan keresahan hanya dari sorot mata atau bahkan sedikit kernyitan di dahi gurunya."Ada apa, Guru? Apa Anda mencemaskan Nona Shirin?" celetuk Kaili setelah terdiam cukup lama.

  • Kesatria Mawar   Bagian 93

    Rombongan Gulzar Heer telah tiba di Kerajaan Asytar. Gelembung yang dibuat Pangeran Fayruza perlahan menyembul dari kolam istana. Putri Arezha, Raja Faryzan, Kaili telah menunggu dengan wajah cemas. Mereka kompak menghela napas lega begitu rombongan penyelamat Shirin dan Pangeran Heydar kembali tanpa terluka.Pangeran Heydar langsung berlutut di hadapan ayah dan kakaknya. Meskipun di bawah kendali sihir hitam, ingatan pernah hampir membunuh Raja Faryzan masih terekam. Pangeran Heydar terus menggumamkan kata maaf dengan suara bergetar hebat. Raja Faryzan menepuk bahu sang putra dengan lembut.“Bangunlah, Nak. Kejadian itu sudah terlanjur terjadi, Heydar. Sekarang, lebih baik mencoba menebus kesalahanmu dengan menyelamatkan lebih banyak nyawa.”Pangeran Heydar masih enggan bangun meskipun lututnya tampak terluka. Putri Arezha mendecakkan lidah.“Kenapa kita kembali ke istana? Harusnya kita langsung ke kuil suci!” protes Gulzar Heer.“Tubuhmu baru pulih, istirahatlah dulu,” pinta Pangera

  • Kesatria Mawar   Bagian 92

    Meskipun sudah melarikan diri sekuat tenaga, para siluman tetap berhasil memblokade jalan. Kini, Shirin dan Pangeran Heydar sudah terkepung. Sekeliling mereka telah dipenuhi siluman dengan seringaian jahat. Gigi-gigi tajam yang meneteskan air liur berbau bangkai meremangkan bulu kuduk."Percuma saja kalian kabur," desis siluman ular dengan lidah menjulur-julur."Heydar, aku akan menarik pedang siluman paling depan itu, bersiaplah untuk menangkapnya," bisik Shirin.Pangeran Heydar mengangguk kecil. Shirin mulai memusatkan manna di telapak tangan kanan, hingga membentuk benang yang sangat tipis. Dengan gerakan cepat, dia melesatkan pisau angin menggunakan tangan kiri ke arah siluman kadal untuk mengalihkan perhatian.Berhasil, siluman kadal terpancing dan mulai menebaskan pedang. Saat itulah, Shirin menggerakkan benang tipis dari manna untuk mengikat gagang pedang si siluman. Meskipun tipis, benang itu memiliki ketahanan dan kekuatan

  • Kesatria Mawar   Bagian 91

    Ghumaysa dan pasukannya bergerak semakin cepat. Mereka telah berada di perbatasan hutan dengan desa terdekat. Namun, hawa keberadaan Shirin dan Pangeran Heydar malah terbagi ke dalam tiga arah.Arah pertama berbelok ke kanan menuju pedesaan. Arah kedua lurus ke depan melewati pegunungan. Arah ketiga justru terasa kuat di sepanjang Sungai Lispen berbalik ke pusat kota.Ghumaysa mendengkus. Dia sadar bahwa Shirin lagi-lagi melakukannya pengecohan. Hanya ada satu arah yang benar. Ghumaysa memutuskan membagi pasukan menjadi dua kelompok. Satu pasukan ikut dengannya menyusuri pegunungan. Sisanya akan menggeledah desa-desa terdekat. Dia memberi bola kristal kecil yang bisa mendeteksi Pangeran Heydar. Selain itu juga, dia mengirimkan pesan kepada para penjaga untuk menghadang siapa pun yang mencoba memasuki pusat kota.Pengejaran dilanjutkan. Terjalnya jalan, hawa dingin pegunungan, dan gelapnya malam tidak menyurutkan langkah. Ketahanan siluman yang berbeda deng

  • Kesatria Mawar   Bagian 90

    Kaili memusatkan manna di telapak tangan. Meskipun mungkin tidak akan menyebabkan luka fatal, paling tidak dia bisa memberi kesempatan kepada Ava dan Kyra untuk melarikan diri. Kayvan pernah menceritakannya tentang pengorbanan beberapa pengendali hebat di masa lalu. “Mungkin kali ini adalah giliranku,” gumam Kaili dalam hati. "Kenapa kau bisa ada di sini, Kaili?" Suara merdu yang terdengar tegas dan sedikit ketus membuyarkan konsentrasi Kaili. Bola manna di tangannya seketika terpecah. Serpihannya terlempar ke sembarang arah, membekukan sebagaian rerumputan. Meskipun begitu, ketegangan dan ketakutan sudah raib. Kaili mengenal suara itu. Dia cepat berbalik. Benar saja, wajah cantik Houri sudah menyambutnya. Kaili mengenggam tangan sang peri dan menatap dengan sorot mata memelas. Ava dan Kyra hanya bisa terbengong-bengong menyaksikan hal itu. Mereka memang belum pernah bertemu Houri. "Peri Houri, tolong kami!" pinta Ka

DMCA.com Protection Status