Hanzero mengulurkan tangannya dan membelai wajah Ellena, dia seolah-olah seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri. Kemudian, pria itu berbisik, "Bagaimana bisa kamu kebetulan tumbuh seperti yang aku suka? Apa itu takdir? Kamu akan menjadi istriku satu-satunya dan untuk selama-lamanya."Setelah Ellena mendengar perkataan jujur Hanzero, daun telinganya yang putih dan lembut mulai ikut memerah. Pría ini...Hanzero berada di depannya dan tidak merahasiakan kesukaannya padanya. Apa yang ada di dalam hatinya, semuanya diutarakan di depan Ellena.Di titik ini, Hanzero sangat jauh berbeda dari Reno yang selalu lembut dan bermoral di depannya. Reno tidak pernah mengatakan apa pun yang membuat Ellena malu, apalagi memeluk dan menciumnya di setiap ada kesempatan. Tapi anehnya, meskipun begitu Ellena tidak merasa benci atau marah pada Hanzero yang melakukan hal seperti ini padanya.Ketika Hanzero memeluk dan menciumnya, dia tidak akan merasa jijik atau menolaknya. Tapi, dia akan sangat gugup
Hanzero menyentuh rambut lembut gadis di pelukannya dan mendengus, "Kenapa? Apa terlalu banyak bekerja tadi malam?"Romi terdiam sebelum menjawab dengan kesal, "Bukan hanya banyak, tapi begitu keras! Aku baru saja keluar dari ruang operasi, oke? Bagaimana perasaanmu kalau kamu yang harus melakukan 40 jam operasi! Aku sangat lelah sekarang. Sungguh. Tolong jangan ganggu aku dulu ya?”Hanzero sama sekali tidak merasa iba di hatinya sama sekali saat mendengarkan keluhan teman baiknya."Mau kamu lelah atau apa, kamu harus tetap menyisihkan satu jam untukku. Aku akan membawa Ellena ke rumah sakit dan tiba di sana paling lama dalam sepuluh menit. Istriku terluka, jadi kamu harus memeriksanya.”Ellena hanya bisa bersandar di pelukan Hanzero dan terdiam. Padahal, dia ingin berkata, Goresan itu tidak bisa disebut luka, ya..!"Ellena?" Romi tiba-tiba mendengar Hanzero menyebut nama seorang gadis dengan sebutan istri, tapi dia tidak bereaksi untuk beberapa saat. Setelah beberapa detik, barulah d
Elvaro berbalik menghadap Resta, ekspresinya serius. “Tidak, aku nggak bisa tenang sebelum memastikan kamu diperiksa dengan benar. Aku nggak peduli seberapa kecil lukanya. Kamu istriku, dan aku akan memastikan kamu dirawat dengan baik.”Romi menggelengkan kepala, antara kesal dan geli. “Baiklah, baiklah, kalau begitu, aku akan periksa ‘luka serius’ ini. Ayo, Resta, tunjukkan memarnya.”Resta mengangkat kepalanya perlahan dan memandang Romi dengan canggung. “Uhm… ini hanya goresan kecil di lengan dan kaki, Dok. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”Romi menepuk dahinya, lalu menatap Elvaro dengan wajah penuh ejekan. “Jadi hanya ini? Serius, Elvaro? Apa kamu mengira dia sedang sekarat?”“Diam dan lakukan tugasmu,” jawab Elvaro dengan dingin.Romi mendekat, memeriksa memar kecil di lengan Resta. Dia mengambil kotak kecil dari meja dan mengeluarkan kapas serta antiseptik. “Resta, ini hanya goresan ringan. Aku akan bersihkan dan beri salep. Tapi setelah ini, aku sarankan kamu pulang dan ist
Romi langsung berpikir bahwa hidupnya begitu penting dan dia masih ingin hidup lebih lama, dia pun bergegas bangkit dan melesat ke arah pintu, "Karena tidak ada masalah lain di sini, aku pergi dulu ya... Lain kali kita bisa pergi makan bersama-sama.Ha ha ha…”Romi mengabaikan rasa lelahnya dan kakinya bergerak cepat seakan baru saja diolesi minyak. Orang itu langsung bergegas keluar dalam sekejap mata.Setelah Romi pergi, hanya tersisa Ellena dan Hanzero di dalam kantor kepala rumah sakit. Hanzero terus membersihkan luka Ellena dengan desinfektan. Kali ini gerakannya jauh lebih lembut dari sebelumnya.Setelah Hanzero menyeka semua area yang terluka, dia menyemprotkan obat. Ketika dia hendak menyeka luka di kaki Ellena, dia berjongkok dan mengangkat betis Ellena dengan lembut. Nafas hangatnya menerpa kaki Ellena dari waktu ke waktu. Terasa sedikit basah dan agak gatal.Ellena menunduk untuk melihat ke bawah, memperhatikan Hanzero yang mengoleskan obat padanya dengan serius. Detak jant
"Aku..." Reno menatap Salma dengan ragu-ragu. Kemudian dia menjawab dengan jujur, "Salma, teman sekamar Ellena baru saja mengirimiku pesan dan mengatakan kalau Ellena dalam masalah. Gadis itu memintaku untuk segera pergi ke asrama. Dia tampaknya sangat cemas. Aku khawatir Ellena terluka."Ekspresi Salma tiba-tiba berubah ketika dia mendengar Reno menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan Ellena. Matanya juga langsung tenggelam. Tetapi, ketika dia menatap Reno, tatapan matanya menjadi khawatir dan dia bertanya dengan cemas, "Ada apa dengan kakakku?""Aku juga tidak tahu," jawab Reno sambil mengerutkan kening, "Tapi, jika itu bukan masalah yang gawat, Yunita tidak akan menghubungiku untuk meminta bantuan. Jadi...""Aku mengerti maksudmu." Salma menepuk punggung Reno dengan tenang dan berkata dengan simpati, "Jika kakakku benar-benar dalam masalah, tentu saja kita harus membantunya. Tapi, sebelum itu, aku rasa kita harus memahami dulu apa yang terjadi sebelum mengambil keputusan. Baga
Setelah Hanzero meninggalkan rumah sakit, dia mengantar Ellena untuk kembali ke kampus. Dia terus mengawasi Ellena sampai gadis itu masuk ke dalam gerbang kampus, barulah dia meminta Paman Dio untuk mengemudi kembali ke perusahaan.Setelah dia sampai di perusahaan, dia memanggil Leo. Tak lama kemudian, Leo masuk ke kantor presiden dan menyapa dengan hormat. "Tuan Hanzero."Hanzero mengambil sebuah dokumen secara sembarangan, bahkan tanpa melihatnya, dan berkata, "Besok pergilah ke Grup Raharja untuk membahas akuisisi.”Leo tercengang, "Akuisisi? Presiden Hanzero ingin mengakuisisi Grup Raharja?"Keputusan ini terlalu mendadak, Hanzero belum mengungkapkan rencana apapun di bidang ini sebelumnya."Ya," Hanzero membuka dua halaman dokumen dan berkata lagi. "Sebentar lagi, tolong telepon Kepala Akademi Film Yunch dan beritahu mereka kalau ada dua gadis di kampus yang sangat tidak memenuhi kualifikasi. Perintahkan mereka untuk mengeluarkan kedua gadis itu.”Leo hanya terdiam. Tapi dia memb
"Wah! Ada pria tampan yang berdiri di bawah!""Bukankah itu pria tampan yang membawa pergi Ellena kemarin? Dia ada di sini lagi.""Ellena terlalu beruntung. Baru saja putus dari Reno, sudah mendapat pacar lagi. Tampan, tinggi, dan kaya lagi.""Tunggu, itu masih belum pasti pacarnya. Mungkin pria itu hanya memeliharanya.""Tidak mungkin. Pria yang begitu tampan masih perlu memelihara wanita? Sekalipun Ellena benar dipelihara, apa kalian tidak ingin dipelihara oleh pria seperti ini? Pokoknya aku mau meskipun hanya dipelihara. Aku siap walaupun tidak dibayar sekalipun!"Sudut bibir Ellena berkedut saat dia mendengar orang-orang yang bergosip. Dia melongokkan kepalanya untuk melihat ke bawah dan bisa langsung melihat seorang pria bertubuh tinggi berdiri di bawah pohon. Matahari bersinar merah celah-celah dedaunan sehingga cahaya belang-belang menyinari wajah tampannya yang tiga dimensional, seolah-olah menutupi fitur wajahnya yang tajam dengan lingkaran cahaya keemasan.Pria itu mengenak
Begitu dia tertidur, mimpi itu akan menyiksanya dalam tidur. Dia baru dapat mengatur nafasnya hanya ketika Ellena berada di sana bersamanya.Ellena mengangkat kepalanya, melirik Hanzero, dan melihat jika mata Hanzero memang memerah. Sepertinya dia memang tidak dapat beristirahat dengan baik.Dia langsung mengerutkan dahinya, "Kalau begitu, kenapa kamu nggak beristirahat dengan baik di rumah saja? Kamu bos perusahaan, jadi nggak harus berangkat ke perusahaan untuk bekerja setiap hari."Hanzero tersenyum erat, lalu menepuk kepalanya. “Apa kamu merasa kasihan padaku?”"Aku nggak perlu istirahat. Lagipula, aku juga nggak bisa tidur di rumah. Jadi, sebaiknya aku tetap berangkat ke kantor.""Kamu nggak ngantuk?"Hanzero menggelengkan kepalanya. "Aku nggak ngantuk."Entah sudah berapa lama Hanzero menderita insomnia hingga dia memang memiliki kesulitan untuk tidur. Dia tidak akan merasa mengantuk, tetapi kondisi mentalnya juga tidak akan menjadi terlalu baik.Ellena terkejut. "Apa kamu nggak
“Kimmy, maaf ya, agak lama menunggu,” kata Intan, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan mengenakan baju mandi. “Oh, tidak kok.” Kimmy menjawab dengan sedikit gugup. Entah kenapa melihat Intan dan tahu jika Intan sedang hamil, dia menjadi gugup. “Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. Tunggu sebentar ya?” Intan melangkah menghampiri lemari. Sedangkan Kimmy menunggu dengan jantung yang berdebar. Intan pasti akan menunjukkan hasil lab atau USG dari dokter. Memikirkan hal itu Kimmy semakin berdebar. Dia tidak tahu harus bicara apa nantinya. Dia sibuk merangkai kata terlebih dahulu. Dia sedikit tercengang ketika melihat Intan menghampirinya dengan membawa sebuah gaun. “Menurutmu apa gaun ini bagus?” Intan menunjukkan gaun itu ke depan Kimmy. “Selama pacaran, baru malam ini kita akan pergi kencan. Jadi aku sedikit gugup untuk memilih gaun. Aku memintamu datang untuk memberi pendapat tentang gaun ini. Aku tidak ingin membuatmu malu.” Intan adalah gadis yang berkelas, tetapi di
Sekarang tidak ada lagi namanya keresahan ataupun kegelisahan dan kekhawatiran. Baik untuk Hanzero, Ellena, maupun untuk Evelyn sang Nyonya besar Brahmana.Keluarga Brahmana semakin sejahtera dan juga bahagia. Hanya tinggal menunggu sang penerus terlahir dari rahim Ellena.Semua berjalan normal.---Keluarga Lewis sudah menerima karmanya. Meskipun Tiara dan Revan Lewis masih bersama, tetapi kehidupan mereka semakin sulit dan penuh pertengkaran. Sekarang bukan hanya Villa keluarga Lewis yang telah diambil alih oleh Ellena, tetapi perusahaan Lewis pun telah diakuisisi oleh Hanzero.Usut punya usut, perusahaan tersebut dulu pernah mengalami kemunduran yang sangat berat bahkan hampir bangkrut ketika masih ada di tangan Tommy Lewis. Lalu perusahaan itu bisa bangkit kembali karena adanya Clarissa. Meskipun dia adalah seorang anak yatim piatu, tetapi ternyata Clarissa mempunyai aset besar yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Setelah dia menikah dengan Revan, pada akhirnya Clarissa pun memban
Mendengar kata-kata Nyonya besarnya, Roy langsung menghela napas lega. “Nyonya benar-benar orang yang baik. Semoga keluarga Brahmana selalu dalam kesejahteraan. Kalau begitu, saya pergi dulu.”Evelyn mengangguk, mempersilakan Roy untuk pergi.Agak lama Evelyn termenung, lalu ketika dia baru saja hendak berdiri, dia mendengar suara lembut dan manis memanggilnya dari ujung sana.“Ibu.”Dia melihat Ellena sudah berjalan menghampirinya.“Kamu sudah pulang, Nak?” tanya Evelyn.“Kami baru saja pulang, tapi Hanzero langsung pergi ke kantor lagi.”“Kenapa kamu malah kemari? Bukannya pergi ke kamar dan istirahat?”“Tadi aku mencari Ibu. Kata Paman Fatih, Ibu sedang ada di taman belakang. Aku mengkhawatirkan Ibu karena seharian ini kami pergi. Maafkan aku ya, Bu. Pergi dari pagi baru pulang sore hari. Ibu pasti kesepian.”Evelyn tertegun, hatinya berdesir saat Ellena mengambil tangannya dan mencium tangannya dengan keningnya. Dia menatap wajah cantik dan lembut menantunya itu. Terbayang bagaima
Setelah mendengar penjelasan dari Paman Fatih, Evelyn mengepalkan tangannya erat-erat. Kemudian dia langsung berdiri dan segera pergi ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Paman Fatih. Paman Fatih merasa sedikit heran, tetapi karena dia tidak tahu apa-apa, Paman Fatih hanya diam meskipun dia merasa jika sepertinya ada yang salah.Sampai di kamarnya, Evelyn langsung menghubungi seseorang.“Nyonya besar, tumben sekali Anda menelponku?” tanya orang di ujung telepon itu dengan sopan.Setelah menarik napas panjang, Evelyn kemudian berkata, “Aku memerlukan bantuanmu untuk mencari informasi tentang seseorang. Aku membutuhkannya secepatnya.”“Baik, Nyonya besar. Saya akan melakukannya sebaik mungkin dan segera melaporkannya pada Anda.”Begitu Evelyn selesai menelpon, dia langsung mengirim sebuah foto sekaligus nama Ellena pada seseorang tersebut.Evelyn terlihat berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya dan beberapa kali mengusap wajahnya dengan kasar.Dia sudah bisa menebak jika
Diam-diam sekarang Kimmy mulai berterima kasih pada Resta. Jika bukan karena kehadiran Resta yang telah berhasil mendapatkan hati Hanzero, mungkin Intan juga tidak akan pernah melirik kehadirannya.Hari kembali berlalu.Semua berjalan dengan pelan tapi pasti. Biarpun hubungan Kimmy dan Intan yang telah resmi berpacaran tidak seromantis pasangan lainnya. Tetapi Kimmy masih tetap bersyukur, setidaknya hubungannya dengan Intan telah ada kemajuan.Begitu juga dengan hubungan Ellena dan Hanzero. Jika dulu mereka bertemu dan menikah secara kilat tanpa ada perasaan cinta baik antara Hanzero maupun Ellena sendiri, tapi sekarang keduanya sudah saling mengakui jika sama-sama saling menyukai dan mencintai bahkan telah mengucap janji untuk saling menemani dan setia sampai akhir hayat.Operasi Kelvin pun telah berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang positif. Sekarang Kelvin telah tinggal di villa milik Hanzero sedangkan Hanzero dan Ellena sudah tidak diperbolehkan lagi untuk keluar dari rumah b
Membaca balasan Intan yang ini bukan hanya kedua matanya yang terbelalak tetapi jantung Kimmy pun berdebar sangat kuat.Tapi lagi-lagi belum sempat dia menjawab satu pesan kembali masuk.|Kamu tidak perlu buru-buru untuk menjawabnya. Kamu bisa memikirkannya dulu. Aku juga tidak akan memaksamu. Aku tahu selama ini aku banyak menyakiti hatimu, jadi aku bisa mengerti bagaimana perasaanmu.|Sudah terjadi sesuatu diantara mereka berdua, bagaimana mungkin Kimmy bisa sesantai itu dan harus berpikir dulu?Pria itu segera mengunci ponselnya dan kembali melemparnya di atas kasur. Dia segera pergi ke kamar mandi dan buru-buru mandi.Dia harus segera menemui Intan dan membicarakan hal ini dengan serius secara langsung.Siang ini Kimmy tidak lagi memikirkan pekerjaan kantor. Dia segera pergi ke rumah Intan untuk menemui Intan. Sampai di sana dia disambut oleh seorang bibi pelayan.Rumah itu terlihat begitu sepi. Orang tua Intan memang sedang berada di luar negeri. Kimmy duduk di ruang tamu menungg
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di kamar Kimmy. Saat dia terbangun, dia mendapati dirinya seorang diri di atas tempat tidurnya. Dia melihat ke kanan dan ke kiri, dia tidak menemukan adanya Intan. Lalu dia teringat kejadian semalam. Bukan dia sengaja, tetapi dia tidak bisa mengendalikan dirinya. Hingga akhirnya malam panas yang panjang ia lalui bersama Intan.Ketika Kimmy menyadari jika Intan sudah pergi dari kamarnya dia benar-benar terkejut. Dia segera bangun mencari handuk untuk membungkus tubuh bagian bawahnya. Kimmy melihat ke arah tempat tidur, ada bercak darah lumayan banyak di sprei berwarna putih itu. Kimmy membeku.Setelah beberapa saat, dia mengepalkan tangannya sendiri dan menggeram marah pada dirinya sendiri. “Sialan! Apa yang aku lakukan?”Bagaimana bisa dia melakukan hal itu pada wanita yang dicintai dan yang selama ini ia jaga? Dia benar-benar bertingkah seperti bajingan yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.Intan sedang patah hati, Intan sedang hancur, dia
Kimmy mendengus. Dia paham jika Intan sedang mabuk. Dia menarik tubuhnya, tapi tiba-tiba Intan justru merangkul pundaknya, membuat tubuhnya menabrak tubuh Intan. Pada saat itu juga, Intan memeluknya dengan sangat erat.“Kimmy, katakan padaku, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak ingin menjadi orang yang bodoh terus-menerus.”Jantung Kimmy bergemuruh. Seumur hidup, hanya saat inilah posisi mereka bisa seperti ini. Jika Intan tidak dalam keadaan mabuk seperti ini, bagaimana mungkin Intan akan memeluknya?“Intan, kamu mabuk. Jangan seperti ini. Tolong lepaskan. Aku akan membuat air jeruk agar mabukmu berkurang.”“Tidak mau,” Intan menggeleng. Dia mengeratkan pelukan.“Aku tahu selama ini aku salah. Tolong jangan tinggalkan aku sendiri. Maafkan aku karena sudah sering menyakiti hatimu.”Kimmy membalas pelukan Intan dengan lembut kemudian dia berkata, “Kamu tidak bersalah, kamu tidak pernah menyakitiku. Jangan bersedih.” Perlahan Kimmy melepaskan pelukan Intan.Intan menatap kedu
Jika Hanzero dan Ellena, mereka tidak pernah menyangka jika penyatuan cinta mereka akan terjadi di rumah besar Brahmana.Lalu di tempat lain, Intan saat ini sedang merenungi semua hal yang terjadi. Dia tidak bicara sepatah kata pun meskipun Kimmy sudah beberapa kali mengajaknya bicara dan berusaha membujuk. Kimmy hanya bisa mendesah, meninggalkan Intan untuk memberikan waktu pada gadis itu sendirian dulu.“Baiklah, sepertinya kamu perlu waktu untuk sendirian dulu. Aku akan pergi keluar sebentar. Jika kamu memerlukan aku, telepon saja. Aku akan segera datang.”Intan tidak mengeluarkan kata apa pun kecuali hanya mengangguk.Kimmy pergi, sedangkan Intan masih merenung di atas tempat tidur milik Kimmy.Setelah dia memutuskan untuk mengirim pesan teks pada Nyonya Besar, dunianya rasanya seperti luruh. Ada penyesalan karena telah mengambil keputusan itu. Tapi dia bisa apa sekarang? Tanpa kehadiran Ellena saja, dia merasa sangat sulit untuk meningkatkan hubungannya dengan Hanzero. Dan sekara