Elvaro berbalik menghadap Resta, ekspresinya serius. “Tidak, aku nggak bisa tenang sebelum memastikan kamu diperiksa dengan benar. Aku nggak peduli seberapa kecil lukanya. Kamu istriku, dan aku akan memastikan kamu dirawat dengan baik.”Romi menggelengkan kepala, antara kesal dan geli. “Baiklah, baiklah, kalau begitu, aku akan periksa ‘luka serius’ ini. Ayo, Resta, tunjukkan memarnya.”Resta mengangkat kepalanya perlahan dan memandang Romi dengan canggung. “Uhm… ini hanya goresan kecil di lengan dan kaki, Dok. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”Romi menepuk dahinya, lalu menatap Elvaro dengan wajah penuh ejekan. “Jadi hanya ini? Serius, Elvaro? Apa kamu mengira dia sedang sekarat?”“Diam dan lakukan tugasmu,” jawab Elvaro dengan dingin.Romi mendekat, memeriksa memar kecil di lengan Resta. Dia mengambil kotak kecil dari meja dan mengeluarkan kapas serta antiseptik. “Resta, ini hanya goresan ringan. Aku akan bersihkan dan beri salep. Tapi setelah ini, aku sarankan kamu pulang dan ist
Romi langsung berpikir bahwa hidupnya begitu penting dan dia masih ingin hidup lebih lama, dia pun bergegas bangkit dan melesat ke arah pintu, "Karena tidak ada masalah lain di sini, aku pergi dulu ya... Lain kali kita bisa pergi makan bersama-sama.Ha ha ha…”Romi mengabaikan rasa lelahnya dan kakinya bergerak cepat seakan baru saja diolesi minyak. Orang itu langsung bergegas keluar dalam sekejap mata.Setelah Romi pergi, hanya tersisa Ellena dan Hanzero di dalam kantor kepala rumah sakit. Hanzero terus membersihkan luka Ellena dengan desinfektan. Kali ini gerakannya jauh lebih lembut dari sebelumnya.Setelah Hanzero menyeka semua area yang terluka, dia menyemprotkan obat. Ketika dia hendak menyeka luka di kaki Ellena, dia berjongkok dan mengangkat betis Ellena dengan lembut. Nafas hangatnya menerpa kaki Ellena dari waktu ke waktu. Terasa sedikit basah dan agak gatal.Ellena menunduk untuk melihat ke bawah, memperhatikan Hanzero yang mengoleskan obat padanya dengan serius. Detak jant
"Aku..." Reno menatap Salma dengan ragu-ragu. Kemudian dia menjawab dengan jujur, "Salma, teman sekamar Ellena baru saja mengirimiku pesan dan mengatakan kalau Ellena dalam masalah. Gadis itu memintaku untuk segera pergi ke asrama. Dia tampaknya sangat cemas. Aku khawatir Ellena terluka."Ekspresi Salma tiba-tiba berubah ketika dia mendengar Reno menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan Ellena. Matanya juga langsung tenggelam. Tetapi, ketika dia menatap Reno, tatapan matanya menjadi khawatir dan dia bertanya dengan cemas, "Ada apa dengan kakakku?""Aku juga tidak tahu," jawab Reno sambil mengerutkan kening, "Tapi, jika itu bukan masalah yang gawat, Yunita tidak akan menghubungiku untuk meminta bantuan. Jadi...""Aku mengerti maksudmu." Salma menepuk punggung Reno dengan tenang dan berkata dengan simpati, "Jika kakakku benar-benar dalam masalah, tentu saja kita harus membantunya. Tapi, sebelum itu, aku rasa kita harus memahami dulu apa yang terjadi sebelum mengambil keputusan. Baga
Setelah Hanzero meninggalkan rumah sakit, dia mengantar Ellena untuk kembali ke kampus. Dia terus mengawasi Ellena sampai gadis itu masuk ke dalam gerbang kampus, barulah dia meminta Paman Dio untuk mengemudi kembali ke perusahaan.Setelah dia sampai di perusahaan, dia memanggil Leo. Tak lama kemudian, Leo masuk ke kantor presiden dan menyapa dengan hormat. "Tuan Hanzero."Hanzero mengambil sebuah dokumen secara sembarangan, bahkan tanpa melihatnya, dan berkata, "Besok pergilah ke Grup Raharja untuk membahas akuisisi.”Leo tercengang, "Akuisisi? Presiden Hanzero ingin mengakuisisi Grup Raharja?"Keputusan ini terlalu mendadak, Hanzero belum mengungkapkan rencana apapun di bidang ini sebelumnya."Ya," Hanzero membuka dua halaman dokumen dan berkata lagi. "Sebentar lagi, tolong telepon Kepala Akademi Film Yunch dan beritahu mereka kalau ada dua gadis di kampus yang sangat tidak memenuhi kualifikasi. Perintahkan mereka untuk mengeluarkan kedua gadis itu.”Leo hanya terdiam. Tapi dia memb
"Wah! Ada pria tampan yang berdiri di bawah!""Bukankah itu pria tampan yang membawa pergi Ellena kemarin? Dia ada di sini lagi.""Ellena terlalu beruntung. Baru saja putus dari Reno, sudah mendapat pacar lagi. Tampan, tinggi, dan kaya lagi.""Tunggu, itu masih belum pasti pacarnya. Mungkin pria itu hanya memeliharanya.""Tidak mungkin. Pria yang begitu tampan masih perlu memelihara wanita? Sekalipun Ellena benar dipelihara, apa kalian tidak ingin dipelihara oleh pria seperti ini? Pokoknya aku mau meskipun hanya dipelihara. Aku siap walaupun tidak dibayar sekalipun!"Sudut bibir Ellena berkedut saat dia mendengar orang-orang yang bergosip. Dia melongokkan kepalanya untuk melihat ke bawah dan bisa langsung melihat seorang pria bertubuh tinggi berdiri di bawah pohon. Matahari bersinar merah celah-celah dedaunan sehingga cahaya belang-belang menyinari wajah tampannya yang tiga dimensional, seolah-olah menutupi fitur wajahnya yang tajam dengan lingkaran cahaya keemasan.Pria itu mengenak
Begitu dia tertidur, mimpi itu akan menyiksanya dalam tidur. Dia baru dapat mengatur nafasnya hanya ketika Ellena berada di sana bersamanya.Ellena mengangkat kepalanya, melirik Hanzero, dan melihat jika mata Hanzero memang memerah. Sepertinya dia memang tidak dapat beristirahat dengan baik.Dia langsung mengerutkan dahinya, "Kalau begitu, kenapa kamu nggak beristirahat dengan baik di rumah saja? Kamu bos perusahaan, jadi nggak harus berangkat ke perusahaan untuk bekerja setiap hari."Hanzero tersenyum erat, lalu menepuk kepalanya. “Apa kamu merasa kasihan padaku?”"Aku nggak perlu istirahat. Lagipula, aku juga nggak bisa tidur di rumah. Jadi, sebaiknya aku tetap berangkat ke kantor.""Kamu nggak ngantuk?"Hanzero menggelengkan kepalanya. "Aku nggak ngantuk."Entah sudah berapa lama Hanzero menderita insomnia hingga dia memang memiliki kesulitan untuk tidur. Dia tidak akan merasa mengantuk, tetapi kondisi mentalnya juga tidak akan menjadi terlalu baik.Ellena terkejut. "Apa kamu nggak
Ellena masih merasa malu sendiri, bahkan sampai mereka tiba di tempat makan, dia masih tidak berani melihat Hanzero karena malu. Untung saja Hanzero tidak menyadari hal itu, jadi dia masih bisa bernafas lega.Saat ini Hanzero ternyata membawanya ke sebuah tempat yang sangat mewah. Pemilik restoran keluar untuk menyambut mereka dan dengan hormat membawa keduanya ke dalam ruangan VIP di halaman belakang. Gaya dekorasi restoran itu sangat klasik, seperti rumah bangsawan kuno.Hanzero mengambil buku daftar menu tanpa melihatnya. Dia langsung memberikannya pada Ellena sambil berkata, "Pesan apapun yang kamu suka.""Oh."Ellena mengambil buku daftar menu itu. Baru saja dia membuka halaman pertama, dia langsung dibuat terkejut karena harga semua menu yang sangat mahal. Ellena tak habis pikir, Ya Tuhan! Apakah ada kesalahan? Satu tahu kepiting, ternyata harganya ratusan ribu? Itu sudah hidangan yang sangat murah di sini. Makanan laut lainnya, atau hidangan pegunungan, harganya jutaan!!Ellena
Lalu, dia berkata dengan pelan tapi penuh kesal, "Hanzero, bangun! Aku nggak ingin tidur disini denganmu!"Orang mesum ini! Ternyata ingin melakukan hal seperti itu denganku di tempat restoran seperti ini?! Hanzero juga terlalu tidak tahu malu! batin Ellena.Ellena merasa malu setengah mati. Dia merasa jika Hanzero tidak menghormatinya barang sedikit pun. Walaupun dia sudah menikah dengan Hanzero dan harus memenuhi kewajiban suami-istri, melakukan hal semacam itu di restoran seperti ini adalah hal yang terlalu tidak terduga. Bagaimana jika seseorang membuka pintu dan melihatnya? Walaupun tidak ada orang yang akan masuk, tempat seperti ini juga tidak cocok!"Kalau nggak tidur di sini, lalu kamu mau tidur dimana? Bisa kita pikirkan nanti saja. Aku sudah nggak tahan sekarang," balas Hanzero. Suaranya perlahan mulai memelan, seolah dia sedang mengantuk. "Temani saja aku tidur selama satu jam. Nggak masalah, nggak akan menunda pelajaranmu. Aku sangat mengantuk. Biarkan aku tidur sebenta
Ellena yang melihat itu tidak mungkin diam saja. Meskipun dia sangat sungkan dan canggung, tapi dia tetap bergerak mendekati dan menopang kedua bahu Nyonya besar.“Ibu kenapa? Apa kaki ibu sakit?” tanya Ellena dengan lembut.Nyonya besar mendongak menatap wajah Ellena sebentar kemudian menggelengkan kepalanya, “Tidak, tidak apa-apa. Pergilah ke kamarmu saja. Aku juga harus pergi ke kamarku.”Nyonya besar langsung bergerak untuk pergi, tapi lagi-lagi dia mengeluh dan merasakan sakit di lututnya.“Ibu, biar aku membantumu ke kamar dulu. Sepertinya kaki Ibu ngilu karena cuaca dingin ini.”Nyonya besar membeku. Dia sebenarnya sangat ingin melepaskan kedua tangan Ellena yang masih memegangi kedua pundaknya. Tapi entah kenapa hatinya tidak sanggup untuk melakukan hal itu. Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya dia mengangguk dengan pelan.Ellena mengantar Nyonya besar sampai ke kamarnya. Dia membantu Ibu Hanzero itu naik ke atas tempat tidur.“Ibu, aku akan membantu mengoleskan minyak telo
Jujur saja, Kimmy merasa sedih melihat gadis yang selama ini selalu dicintainya itu menderita seperti ini. Tapi dia juga tidak bisa berbuat banyak. Orang yang dicintai Intan sudah memilih wanita lain. Jika dipikir-pikir, tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Hanzero sudah menemukan cintanya. Sejak dulu mereka bersama-sama, semua orang juga tahu jika Hanzero memang tidak pernah menaruh ketertarikan pada Intan. Bukan Kimmy tidak pernah memberitahu Intan, tetapi gadis ini memang sangat keras kepala. Dia selalu yakin jika suatu saat Hanzero akan menaruh hati padanya.Beberapa saat kemudian, Intan terlihat membuka matanya.“Intan, bagaimana? Apa kamu merasa sangat tidak nyaman? Aku akan memanggil dokter untuk kemari agar memeriksamu,” kata Kimmy.Kimmy sudah akan berdiri untuk mengambil ponselnya, tetapi Intan langsung menahan pergelangan tangannya. “Tidak perlu, Kim. Aku baik-baik saja.”Kimmy mengerutkan alisnya. “Baik-baik saja bagaimana? Kamu demam.”“Beri saja aku obat, ini ha
Hanzero keluar dari ruang ganti setelah mengganti pakaiannya, tetapi dia tidak melihat Ellena. Dia pergi ke kamar mandi dan melihat-lihat, tetapi tetap tidak ada orang yang terlihat. Tidak hanya orangnya yang menghilang, ponselnya juga menghilang.Hanzero berpikir sejenak, mengeluarkan ponselnya, dan mengirimkan pesan teks.| Hanzero: Di mana?Tidak ingin melihatnya berganti pakaian, jadi dia takut dan bersembunyi.Ellena segera membalas. Hanzero mengaitkan bibirnya dan segera menjawab.| Ellena: Aku pergi menemui Kelvin. Sekarang masih pagi, kita keluar agak terlambat sedikit saja.| Hanzero: Baiklah, jangan terburu-buru. Bicaralah baik-baik dengannya. Hubungi aku kapan pun kalau kamu membutuhkan bantuanku.Ternyata Ellena pergi untuk menemui Kelvin. Setelah membalas pesan teks itu, Hanzero berjalan keluar dari kamar tidur dan memanggil Ryan.Ryan menyilangkan kedua tangan, berdiri di depan Hanzero dengan hormat, dan bertanya, "Tuan, apa Anda punya perintah?"Hanzero terdiam selama b
"Tidak masalah. Hanya saja, suasana hati Kelvin sedang buruk. Apa dia akan bersedia pergi keluar dengan kita? Aku masih tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang.""Karena suasana hatinya sedang buruk, dia harus jalan-jalan keluar."Setelah memasuki ruang ganti, Hanzero menggendong Ellena dan dengan lembut meletakkannya di satu sofa di samping. Lalu, dia berbalik dan berjalan ke lemari. Dia mengeluarkan satu set kemeja dan celana panjang dari dalam lemari.Ellena mengangkat kepalanya dan melihat bahwa kemeja dan celana panjang di tangan Hanzero sama-sama berwarna hitam. Dia tidak dapat menahan diri dan berceletuk, "Apa semua pakaian dan celana di dalam lemari berwarna hitam? Dan tidak ada warna lain?"Hanzero sangat suka memakai kemeja hitam dan celana panjang hitam. Ellena melihat sekilas ke dalam lemarinya sekarang dan sebagian besar yang dilihatnya adalah pakaian berwarna hitam.Meskipun Ellena juga berpikir bahwa Hanzero terlihat bagus dengan kemeja hitam dan celana panjang hitam k
Hanzero hanya ingin mempermainkan Ellena dengan kurang ajar seperti bajingan.Ellena tidak bisa berkata-kata.Tangan Ellena sangat sakit sekarang. Bahkan, rasanya sangat sakit meskipun dia hanya menggerakkan jari-jarinya saja. Saat Ellena melihat pelakunya berada di depan matanya, dia bangkit dengan sangat berani dan berkata dengan suara yang kejam, "Hanzero, kamu tidak tahu malu.""Ya, aku tidak tahu malu," Hanzero mengangguk, menunjukkan bahwa dia setuju.Di depan istri sendiri, wajah seperti apa yang Hanzero ingin tampilkan? Jika dia peduli dengan reputasinya di depan Ellena, apakah dia masih bisa menikmati kenikmatan seperti barusan? Menurut Hanzero, memikirkan reputasi dan hal semacam ini harus membedakan orang. Sedangkan, jika dia merasa malu dengan istri sendiri, itu adalah sebuah sikap yang bodoh.Ellena tidak bisa berkata-kata.Setelah Hanzero dengan senang hati mengakui bahwa dia adalah seorang bajingan dan tidak tahu malu, Ellena menyadari bahwa sepertinya tidak ada cara la
Seluruh tubuh Ellena menjadi lunak di lengan Hanzero dan seluruh tubuhnya seperti mati rasa. Da merasa hampir tersentuh. Kemampu berciuman Hanzero yang luar biasa membuat Ellena sangat pusing dan dia bertanya dengan terengah-engah, "Ha... Hadiah apa?"Ketika Ellena tidur tadi dia mengulurkan tangannya untuk menarik piyamanya karena - kepanasan. Beberapa kancing piyamanya terlepas, tetapi ia sendiri tidak menyadarinya.Saat ini, Ellena sedang berbaring di pelukan Hanzero. Begitu Hanzero menundukkan kepalanya, pria itu langsung bisa melihat kulit putih yang menyilaukan di dadanya. Ini benar-benar seperti giok yang menyilaukan, namun empuk saat dipegang. Pemandangan ini membuatnya tidak bisa melepaskan matanyaMata Hanzero menggelap dan memanas. la meraih salah satu tangan kecil Ellena, membawanya ke suatu tempat, dan berkata dengan suara serak, "Aku sudah menahannya sepanjang hari dan rasanya sangat tidak nyaman. Sayang, bisakah kamu membantu suamimu menyelesaikannya?"Ellena merasakan
Tidak lama setelah Reno mulai mendiskusikan pernikahan dengan Ellena, Salma langsung hamil. Kemudian, Ellena mengetahui tentang masalah mereka sehingga memutuskan Reno. Karena ada anaknya di kandungan Salma, Reno akhirnya bersama dengan Salma. Saat Reno memikirkan kemungkinan tertentu di dalam hatinya, ekspresi wajahnya berubah menjadi sangat buruk."Kak Reno, kamu... ada apa denganmu?" tanya Salma sambil menatap Reno dengan hati-hati. Hatinya terasa sangat gugup dan dia membatin, Kak Reno jadi seperti ini. Apakah dia... menemukan sesuatu?Reno menatap Salma dengan tatapan yang berat untuk beberapa saat. Dia perlahan-lahan mengerutkan sudut bibirnya, mengulurkan tangan dan menyentuh kepala Salma, seolah berangsur-angsur kembali bersikap normal, "Tidak apa-apa. Aku hanya merasa masih harus membawamu ke rumah sakit untuk memeriksanya, baru bisa tenang. Kalau tidak, aku akan mengkhawatirkanmu."Sekarang, jika Reno memikirkannya, Salma yang selalu mengatakan tentang masalah kehamilannya.
“Tapi, aku sangat suka berakting," Salma menggigit bibirnya dengan sedih, "Dia bisa mengatur variety show untukku, tapi jika aku jadi tidak bisa menerima proyek akting sama sekali, aku benar-benar tidak bisa menerimanya. Aku bisa menjanjikan hal lain kepadanya. Tapi, untuk hal ini, aku tidak bisa mendengarkannya.”Salma masih terus mengeluh, "Aku selalu berpikir dia adalah seorang yang mudah bergaul. Aku tidak menyangka, karena hal yang begitu kecil ini, dia akan mengundurkan diri dan meninggalkan Xinghui. Kak Reno, dia jelas-jelas tahu tentang hubunganku denganmu, tapi dia masih melakukan hal seperti ini. Itu berarti dia tidak hanya tidak menganggapku dengan serius, tapi tidak menganggapmu dengan serius juga.""Apakah dia yakin bahwa dia telah melakukan banyak hal dan kamu tidak berani melakukan apa pun padanya?" Salma mengatakan kata-kata ini dengan wajah tidak bersalah. Selesai dia berbicara, dia melihat wajah Reno menjadi lebih gelap dan ada jejak kemarahan di matanya.Salma menat
Reno menghela napas lega. Sepertinya tidak ada yang salah dengan Salma. Dia sedang mengandung seorang anak sekarang. Sang ibu harus lebih peduli pada anak di perutnya daripada dirinya sendiri. Jika benar-benar ada sesuatu, Salma pasti tidak akan menyembunyikannya."Katakan padanya untuk jangan panik. Aku akan segera datang."Ketika Reno tiba di kantor polisi, Salma baru saja selesai menjalani investigasi. Begitu dia melihat Reno, dia berlari ke arah Reno dan melemparkan dirinya ke dalam pelukan Reno.Salma memeluk Reno dengan erat. Matanya merah, dipenuhi air mata, dan tatapan matanya sangat menyedihkan. Dia mengubur wajahnya di dada Reno dan berbisik, "Kak Reno, kamu akhirnya sampai di sini. Huhuhu... aku sangat takut…"Salma tampak sangat ketakutan dan tubuhnya gemetar sepanjang waktu.Begitu Reno menunduk, dia melihat mata Salma yang berkaca-kaca dan wajahnya yang memucat karena ketakutan. Wajah Salma dicakar hingga terluka dan ada dua bekas merah panjang di pipinya yang terlihat m