Home / Historical / Keris Darah Candramaya / 61. Malam Penyatuan

Share

61. Malam Penyatuan

last update Last Updated: 2024-10-10 16:55:46
Indrayana mengelus kepalanya dan berkata dengan serak, "Sebentar saja, tahan sebentar."

Pemuda itu tidak mungkin menghentikan hal yang selalu menyiksanya saat berdekatan dengan gadis itu. Akhirnya gadis itu setuju dan dia tidak akan melewatkan kesempatan ini.

Pinggulnya terus bergerak, dia melakukannya dengan cepat, mata gadis itu terpejam dengan wajah yang memerah menahan rasa sakit. Gadis itu terus merintih dan semakin membuat Idrayana terbakar.

Tapi perlahan teriakan pilunya berubah menjadi lengkuhan kenikmatan. Dia mengeram dan tubuhnya menggeliat.

Indrayana berbisik, "Jangan berisik, Aki bisa dengar!"

"Hummm!" Candramaya menatap mata pemuda yang sedang berada di atasnya dengan sayu, nafasnya terengah-engah saat pemuda itu terus menghujamnya bertubi-tubi. Dirinya merasakan sensasi yang memabukan.

Namun dia sedikit terganggu dengan seringainya dan ucapannya, "Setelah ini, kamu tidak akan bisa lagi lari dariku."

"Apa maksudmu? Akkhhh!!!" Tanya Candramaya. Apa dia salah
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Keris Darah Candramaya   62. Tanda Merah

    Candramaya menoleh ke sumber suara. Dia merasa aneh dengan matanya karena bisa melihat sosok pemuda yang dia kenal sedang berdiri di balik tumbuhan ilalang yang lebat. Gadis itu mengucek-ucek matanya untuk memastikan bahwa dia tidak sedang berhalusinasi. "Indrayana .." panggil Candramaya. Gadis itu keluar dari sungai dan berjalan menghampirinya. Dia memakai kain jarit ya melilit tubuhnya, rambut hitamnya yang panjang dan basah menjuntai indah. "Kamu mau mandi? Aku sudah selesai," ujarnya. Indrayana mencekal tangan gadis itu, "Bisa tunggu aku sebentar, ada yang ingin aku katakan." Dahi gadis itu berkerut dan tatapannya sangat dingin, "Apa?" "Sebenarnya jika di pikir-pikir, kenapa harus berlatih ilmu kanuragan. Kamu hanya perlu memberi arahan dan aku yang akan melakukannya," ujar Indrayana. Seperti biasa, pemuda itu memandangnya penuh dengan kehangatan. Dulu jika ada orang yang memandangnya seperti itu, gadis itu akan merasa jijik. Berbeda jika Indrayana yang melakukannya, hatinya

    Last Updated : 2024-10-14
  • Keris Darah Candramaya   63. Gadis Gila Dan Binal

    Indrayana bersedekap angkuh dan sebelah alisnya terangkat, "Menurutmu?"Candramaya memeluk pemuda itu dan tertawa terbahak-bahak, sorot matanya terlihat nakal. Dia berjinjit dan meniup telinganya dengan lembut lalu berbisik, "Aku mendapatkan sebagian kekuatan mustika itu dan kamu mendapatkan seluruh kenikmatan saat menggagahi tubuhku. Apa itu tidak cukup? Humm!!"Jantung Indrayana berdesir, dia tersenyum dengan penuh arti, sudut bibirnya terangkat, dia memegang pinggang gadis itu dan berkata tepat di wajahnya dengan suara rendah dan serak, "Gadis gila dan binal."Candramaya berdecis, "Cih!" Gadis itu mengalungkan tangannya, dia sepertinya benar-benar sudah gila sekarang.Mereka berdua saling menempel dan saling bertatapan, bibir mereka bahkan saling bertaut. Sebuah ciuman yang penuh gairah yang membakar jiwa mereka.Wirata baru pulang dari ladang dan saat sampai di depan halaman. Dia malah melihat pemandangan yang membuat matanya gatal, "Kalian bermesraan di luar rumah, apa kalian tid

    Last Updated : 2024-10-15
  • Keris Darah Candramaya   64. Misi Terakhir

    Wismaya tersulut emosinya, dia bangkit dari duduknya dan berteriak sambil menunjuk jarinya ke arah Aji Suteja. "Ingat batasanmu Aji Suteja! Kita tahu sendiri siapa yang berhak akan tahta itu. Jika Adi Wijaya bukan suami Dewi Kamaratih, dia tidak akan menjadi raja negeri ini!"Aji Suteja tentu tidak mau kalah, pria bertubuh kekar itu, juga bangun dan suaranya menggelegar, "Tapi darah Putra Asri Kemuning tercemar dengan darah penjahat Arya Balaaditya!"Karena takut dua orang itu melakukan baku hantam, Kebo Ireng menahan tubuh Wismaya dan Seno Aji menahan tubuh Aji Suteja.Sedangkan Naladhipa berada di tengah mereka berdua. Dia seger melerai dan berbicara dengan tenang, "Semakin malam kalian berdua semakin ngelantur. Tujuan kita di sini adalah untuk melanjutkan misi Mawar Hitam. Bukan urusan pewaris tahta."Kebo ireng menimpali sambil menepuk-nepuk pundak Wismaya, "Benar sekali, kita ini teman, kita ini keluarga. Kenapa harus memusingkan hal di luar rencana."Wismaya dan Aji Suteja sama

    Last Updated : 2024-10-17
  • Keris Darah Candramaya   65. Jarum Pelumpuh Syaraf

    Danadyaksa memacu kudanya dengan kencang, tubuh gempalnya masih lincah dan dia bagaikan serigala yang kelaparan. Jika dia tidak bisa menangkap mereka hari ini juga, maka harga diri dan kebanggaannya akan hancur. Karena Danadyaksa sangat mengenal daerahnya tinggal, dia menuju arah yang berbeda untuk memotong jalan. Instingnya memang tidak perlu di ragukan. Benar saja, di pertigaan jalan belum ada jejak kuda, sebuah seringai muncul di wajahnya yang dingin. Danadyaksa mendengar suara gemuruh kaki kuda mulai mendekat dari arah depan. Jadi dia melompat ke atas pohon dan bersembunyi di salah satu dahan. Mata elangnya mengintai saat keempak orang itu lewat, Danadyaksa terjun dan menerjang salah satu penunggang. Orang itu adalah Kebo Ireng, dia jatuh dan tersungkur, bawaannya jatuh berhamburan. "Heh! Kucing garong," ujar Danadyaksa dengan seringainya. "Gada jatuh!" Teriak wismaya, dia menghentikan kudanya. Mereka menggunakan nama samaran saat menjadi anggota Mawar Hitam. Danad

    Last Updated : 2024-10-21
  • Keris Darah Candramaya   66. Menghilangkan Bekas Luka

    Pria itu membuka pakaian Aji Suteja, matanya melotot karena ini baru pertama kalinya dia melihat luka seperti itu. "Ajian apa ini?" Batinnya. Wajahnya memucat dan tubuhnya bergidik ngeri. Pantas saja Baladewa seperti mencium aroma daging bakar."Ekhhm!" Baladewa Berdehem untuk menyembunyikan keterkejutannya. Luka bakar itu berwarna merah kebiruan berbentuk telapak tangan. Pria itu mendongak, "Memang bekas lukanya tidak terlalu parah tapi organ di bawah telapak ini yang terluka parah. Tolong bantu dia duduk, aku akan meracik ramuan.""Baik Kisanak," ujar Kebo Ireng.Sambil meracik obat Baladewa bertanya, "Ngomong-ngomong Ajian apa itu?""Entahlah ..ini pertama kalinya aku melihat ajian yang mengerikan seperti itu," ujar Wismaya. Dia menatap sahabatnya yang sedang terkulai lemas. Lalu dia menyadari sesuatu, seketika matanya melebar dan mulutnya menganga, "Itu luka yang ada pada jasad Damarjati!"Tangan Baladewa saat mengaduk ramuan terhenti, "Apakah yang dia maksud Damarjati Romonya Ca

    Last Updated : 2024-10-26
  • Keris Darah Candramaya   67. Desa Mati

    Mereka berdua mengangguk, Seno Aji berkata dengan lirih, "Memang bukan dia orangnya.""Tapi orang dalam gambar itu memiliki nama yang sama dengan orang yang Tuan Baladewa sebutkan. Jadi kita harus bertemu dengannya, selain untuk menghilangkan bekas luka itu, kita juga bisa memastikannya," ujar Kebo Ireng."Apa tidak berbahaya?" Tanya Seno Aji, wajahnya begitu tegang."Posisi kita sekarang memang sedang terpojok. Jadi kita harus ambil resiko ini," ujar Wismaya.Seno Aji mengangguk, "Aku setuju!"Begitu pula Kebo Ireng, "Aku juga."Wismaya duduk di sisi Aji Suteja, dia memandangi tubuh temannya yang tidak berdaya dengan iba. Pria itu berkata, "Kita harus bisa membujuknya, Danadyaksa berhasil melukai salah satu dari kita. Aku takut dia akan mencari orang dengan luka seperti ini. Jadi dalam dua hari kita harus kembali ke rumah masing-masing."Kebo Ireng melihat sekeliling ruangan, dia membuka jendela dan matanya menyisir ke area luar. Semua rumah tidak berpenghuni namun obor di biarkan me

    Last Updated : 2024-10-31
  • Keris Darah Candramaya   68. Dunia Yang Lain

    Baladewa hanya menoleh ke arah Kebo Ireng dan tersenyum simpul. Sungguh expresi yang menyeramkan seperti seorang pembunuh berdarah dingin.Kebo Ireng menelan salivanya, jarinya menunjuk ke arah depan dengan wajah yang memucat, dia berteriak, "Di depan sana jalan buntu!""Lalu?" Ujar Baladewa dengan sudut bibir terangkat. Kebo Ireng tertegun, dia menoleh ke belakang. Wajah Wismaya dan Seno Aji terlihat pucat, mereka terlihat pasrah dengan keadaan."Kalian harus percaya kepadaku sepenuhnya," ujar pria itu. Dia menarik tali pengengkang dan menambahkan kecepatan, "Berpegangan!"Mereka bertiga hanya bisa menurut dan berpegangan lalu berteriak saat kereta kuda itu benar-benar menabrak semak belukar. "Huaaaa!"Wismaya dan Seno Aji memeluk tubuh Aji Suteja. Kereta itu tidak menabrak tapi menembus ke dalam semak belukar.Beberapa detik mereka berada di tempat yang berwarna hitam dan hampa, hingga sebuah titik putih terlihat semakin lama semakin melebar dan menyilaukan.Mereka telah melewati r

    Last Updated : 2024-11-02
  • Keris Darah Candramaya   69. Musuh Dari Musuh Adalah Teman

    Kebo Ireng dan Seno Aji terkejut, begitu pula dengan Aji Suteja yang langsung membuka matanya lebar-lebar. Kebo Ireng merasa tertipu, dia menghunuskan pedangnya. Rahangnya mengatup dan sorot matanya tajam. Sedangkan Seno Aji langsung loncat dan berdiri di sisi Aji Suteja. Mereka berdua siaga, "Kalian menjebak kami rupanya!" Teriak Seno Aji. "Paman Guru dan kamu Wismaya ..beraninya kalian menghianati kami!" Ujar Kebo Ireng, dia merasa sangat kecewa. Wismaya bersikap tenang, "Itu tidak benar. Aku juga tidak tahu jika Ranu Baya adalah Arya Balaaditya." Kebo Ireng mencibir, "Tapi kamu langsung mengenalinya." "Tentu saja aku mengenalinya, kita satu seperguruan. Paman tolong jelaskan," Wismaya terlihat gelisah, dia tidak mau para sahabatnya salah paham. Aji Suteja hanya bisa mengamati, mungkin karena pertolongan Baladewa dan Ranu Baya alias Arya Balaaditya membuatnya tersentuh. Naladhipa menepuk pundak Kebo Ireng dan menatap matanya dengan lembut, "Turunkan pedangmu, kita bicarakan d

    Last Updated : 2024-11-06

Latest chapter

  • Keris Darah Candramaya   149. Kemarahan Kumala

    Adi Wijaya tertawa sinis, matanya memerah karena menahan marah. Bima Reksa dan Kumala kini menjadi pusat perhatian. Suasana yang membosankan telah berubah menjadi suasana yang penuh dengan ketegangan. Seisi ruangan menjadi semakin ramai, begitu banyak pertanyaan yang muncul di kepala mereka masing-masing. Selain keberadaan Bima Reksa yang ternyata masih hidup. Padahal, Adi Wijaya sendiri telah mengumumkan bahwa Bima Reksa telah tiada 15 tahun yang lalu. Lalu kenapa sosok itu berdiri di hadapan mereka sekarang? Kini pertanyaan yang jauh lebih rumit yaitu perihal gadis yang bersamanya. Gadis yang datang dalam keadan luka-luka. Seperti korban penganiaan. Adi Wijaya berusaha untuk mengendalikan perasaannya, entah alasan apa yang akan dia berikan nanti. Sekarang, dia seperti berdiri di atas jurang. Ini adalah guncangan yang hampir membuat rohnya terlepas dari raganya. Karena salah satu kebohongannya telah terbongkar. Puspita Sari seketika menggigil ketakutan, "Apakah ini akhir dari

  • Keris Darah Candramaya   148. Wismaya vs Adi Wijaya

    Adi Wijaya mengangkat tangannya dan semua orang bangkit lalu berjalan dengan menunduk. Mereka kembali ke tempat masing-masing. Indrayana menatap wajah kakeknya dengan perasaan campur aduk. Ada rasa rindu dan kecewa secara bersamaan. Narendra duduk dengan tenang. Walaupun dia tahu bahwa banyak petisi yang datang perihal rumor yang sudah tersebar di Harsa Loka. Hanya saja itu tidak berpengaruh untuknya. "Apa ada keluhan?" tanya Adi Wijaya. Sebagai seorang raja setiap ada pertemuan, para punggawa ataupun rakyat di persilahkan untuk mengajukan keluhan dan masalahnya. Wismaya bangun dari tempat duduknya dan berjalan menghadap Adi Wijaya. Adi Wijaya menatap datar pada orang yang jelas-jelas menentangnya. "Gusti, sesuai dengan surat titah Gusti Prabu bebeberapa pekan lalu. Hamba dan rekan hamba telah mencari pelaku itu. Tapi kami gagal," ujar Wismaya dengan tenang. Adi Wijaya tersenyum samar dan sudah menduga. Orang tua itu duduk dengan santai sambil menikmati tehnya, "Tentu sampai k

  • Keris Darah Candramaya   147. Bisa Diandalkan

    "Aku akan membawa Paman pulang, kamu menyusul dengan kuda. Itu kudanya," ujar Indrayana sambil menunjuk seekor kuda yang terikat di dahan pohon. Indrayana mencuri kuda dari kandang kuda istana."Candramaya setuju, "Baiklah!"Indrayana membawa Respati menggunakan Ilmu Meringankan Tubuh agar cepat sampai. Luka Respati harus segera di tangani, sedangkan Candramaya menyusul dari belakang. Gadis itu mengendarai kuda dengan cepat.Indrayana sampai lebih dulu di Tanah Para Dewa, di depan rumah dia berteriak, "Romo!"Arya Baladitya yang sedari tadi menunggu di depan rumah dengan cemas langsung berlari saat melihat putranya. Wajahnya menegang saat melihat kondisi Respati yang terkena Ajian Tapak Geni, "Bawa masuk!" titahnya.Respati terbaring lemah, nafasnya melambat. Arya Balaaditya duduk di sisi ranjang dan langsung menyinsingkan lengan bajunya. Dia menaruh telapak tangan kanannya untuk mengeluarkan Ajian Aksamala. Darma langsung pergi ke dapur untuk merebus tanaman obat. Tangan Darma berge

  • Keris Darah Candramaya   146. Cucu Kesayangan

    Sebuah keris kecil melesat, menyerang pedang Danadyaksa. Keris itu melaju dengan cepat dan kuat. Suara besi kembali beradu, pedang itu jatuh dari genggaman pemiliknya.Semua mata tertuju pada keris yang datang bersamaan dengan dua sekelebatan orang yang memakai cadar masuk ke area pertempuran. Satu laki-laki dan satu wanita. Kedua orang misterius itu menghampiri tubuh Respati yang terluka parah. "Paman ... " panggil Indrayana dengan suara bergetar. Matanya mengembun, dia merasa tidak tega dengan keadaan Pamannya yang terluka parah. Candramaya mengangkat tangannya dan keris itu dengan patuh kembali padanya. Saat gadis itu melihat kondisi Respati, kakinya mendadak lemas, luka pada Pamannya sama persis dengan luka mendiang ayahnya. Seketika itu juga Candramaya menoleh ke arah pria tua berperut buncit. Ingatannya kembali ke masa lalu seiring dengan darahnya yang mendidih.Danadyaksa tertegun dan sedikit linglung, dia cukup heran dengan keris kecil itu. "Bagaimana bisa benda kecil itu ma

  • Keris Darah Candramaya   145. Respati Tertangkap Basah

    Tanpa di duga di perjalanan Danadyaksa melihat ada sekelebatan burung merpati yang masuk ke dalam kediaman tabib istana. Matanya langsung bersinar dan moodnya membaik.Kali ini Danadyaksa tidak akan tertipu lagi, Danadyaksa meringankan setiap langkahnya dan berjalan dengan hati-hati. Di balik pintu dia mengintip dan akan menangkap basah tabib itu.Tampak, Respati sedang memegang burung dan mengambil sesuatu pada kaki burung itu. Namun saat hendak membaca, Danadyaksa tiba-tiba melompat dan menendang punggung Respati.Bug!Respati tersungkur di tanah, dia meringis kesakitan. Langkah seorang pria berjalan mendekatinya lalu berdiri di depan kepalanya.Respati mendongak dan seketika matanya terbelaklak. Tampak seorang pria tua berperut buncit menatapnya dengan remeh, "Aku tertangkap," batinnya.Danadyaksa menyeringai, matanya memerah dan berkata sinis, "Rupanya benar dugaanku! Kamu adalah mata-mata."Respati menjatuhkan pesan dari Arya Balaaditya. Dia mengabaikan Danadyaksa dan fokus untuk

  • Keris Darah Candramaya   144. Bima Reksa Bersedia Menjadi Saksi

    "Hais!!" Candramaya mengeram dengan kedua tangan terkepal."Bara yang para Pamanmu lempar sudah mulai membakar rumput Harsa Loka, sebentar lagi bara itu akan membakar seluruh penghuni istana Harsa Laka. Setelah itu, tugas kita adalah memadamkan bara itu. Kamu pahamkan?"Candramaya mengangguk, "Baiklah."Kumala mengambil kesempatan, dia bertanya dengan mata berbinar, "Candramaya! Kamu benar-benar ingin membantuku?""Tentu," jawab Candramaya dengan tulus."Kamu bisa membantuku sekarang," ujar Kumala."Katakan ... " Candramaya mengangguk.Kumala tersenyum lalu berkata tanpa dosa, "Biarkan aku menikah dengan Indrayana.""Kamu gila!" Candramaya memekik. "Gadis ini benar-benar," batin Indrayana sambil memutar bola matanya. Dia sudah menduganya.Kumala langsung berkata dengan nada sedih, "Aku mohon ... Sekarang tidak akan ada yang mau menikahi aku yang kotor ini."Candramaya memejamkan matanya sambil menggertakan giginya, "Aku kasihan padamu Kumala dan aku benar-benar kasihan. Tapi kenapa d

  • Keris Darah Candramaya   143. Melempar Umpan

    Gadis itu tidak lain adalah Kumala. Dia yang tidak sabar menunggu hari esok dan bersikeras untuk segera menemui Arya Balaaditya. Sebelumnya, Bima Reksa dan cucunya berada di depan dinding berwujud semak belukar yang tinggi cukup lama karena tidak bisa masuk. Hanya saja tiba-ada sebuah celah terbuka. Semak belukar itu terbuka dan seekor burung merpati keluar. Bima Reksa dan Kumala memanfaatkannya untuk masuk sebelum celah itu tertutup kembali. Setelah sampai di depan rumah besar satu-satunya di tempat itu. Bima Reksa mengetuk pintu rumah Arya Balaaditya dengan kepala tertunduk dan Kumala berdiri di belakangnya. Mereka datang membawa keluhan dan rasa malu. Saat pintu terbuka, Darma terkejut dengan tamu yang datang. Dan dia juga heran karena dua orang ini bisa masuk. Dan yang membuatnya tercengang dan merinding adalah seorang gadis yang familiar berdiri dengan kepala tertunduk dalam keadaan, wajah dan tubuh penuh lebam. Pakaian yang dia kenakan juga sangat sederhana. "Dewata!" g

  • Keris Darah Candramaya   142. Pesan Rahasia

    "Ada hal penting, Kang Mas?" tanya Asri Kemuning. Wanita itu merasa khawatir setelah melihat perubahan wajah suaminya. Merasa tidak puas dengan jawaban Ayahnya, Indrayana menggunakan kekuatan Batu Merah Delima yang ada di keningnya. Pesan itu berisi 'Pangeran Narendra telah menganiaya seorang gadis bernama Kumala. Gadis itu sudah berhasil selamat.' Setelah membaca pesan itu, Indrayana cukup kaget. Apa Kumala yang ada di surat itu adalah Kumala yang dia kenal atau orang lain. Entahlah! Tapi yang pasti adalah tugas dari Respati adalah menjadi mata-mata. Indrayana melirik Candramaya, dia membelai wajah dingin istrinya lalu bertanya, "Kamu bosan ya?" Candramaya hanya mengangguk lalu berbisik, "Bawa aku dari sini." Indrayana menyeringai lalu berkata, "Romo ... Ibu ... Aku akan membawa istriku jalan-jalan." "Baiklah ... " ujar Asri Kemuning. "Candramaya izin keluar dulu," ujarnya dengan canggung. Asri Kemuning dan Arya Balaaditya mengangguk. Setelah memastikan putra dan menantunya

  • Keris Darah Candramaya   141. Rumor itu seperti Bola Api

    "Oh maaf ... Kisanak! Silahkan lanjutkan," ujar pria yang menyela dengan canggung. Kebo Ireng melanjutkan ceritanya dengan wajah yang tegang dan serius, "Untungnya tidak ada korban, kebetulan bukit itu tidak pernah di jamah oleh orang. Jika saja tidak terjadi longsor, pasti jasad-jasad itu tidak akan pernah ditemukan." Seno Aji ikut menimpali, "Jasad-jasad itu dikumpulkan dan kebetulan ada jasad yang masih baru. Jasad gadis itu dalam keadaan tanpa busana, tubuh dan wajahnya penuh memar. Bahkan di area kemaluannya penuh darah. Sepertinya selain dianiaya, gadis itu juga di lecehkan. Karena penasaran kami datang dan melihat proses pemakaman masal itu. Dan mulai detik itu, aku selalu mual saat makan. Benar-benar mengenaskan, aromanya sangat busuk dan menusuk hidung. Hoek!" Seseorang di belakang tubuh Seno Aji memijit lehernya. Seno Aji kali ini benar-benar muntah, semua isi perutnya keluar. Pria itu tampak lemas dan pucat. Pemilik warung dengan sigap menyodorkan minuman, "Ini minum lag

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status