Beranda / Historical / Keris Darah Candramaya / 46. Ketakutan Baladewa

Share

46. Ketakutan Baladewa

Penulis: Songdeok eunjoo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-16 02:02:20
Mata Darma berdenyut, "Bocah tengik!!" ujarnya. "Kenapa wajahmu sedikit pucat? Kalian begadang dan terus bercinta?" Tanya Darma tanpa malu.

Wajah Indrayana memerah dan matanya berkedip-kedip, dia bingung mau jawab apa. Ini percakapan orang dewasa.

"Sudahlah ..aku akan kembali ke kamar," Indrayana memilih pergi dari pada mendengar godaan para pamannya.

Semua orang tertawa geli melihat salah tingkah Indrayana. Pemuda itu tentu menghindar, diq kari terbirit-birit dengan senyum mengembang.

Baladewa mengikuti langkah Indrayana dengan wajah yang datar, "Indrayana ..tunggu, Nak," panggilnya.

Indrayana berhenti dan menoleh, "Ada apa, Paman?"

Dengan wajah yang serius, Baladewa berkata, "Ikut Paman, ada hal yang akan Paman katakan."

Baladewa berjalan menuju kamarnya dan Indrayana mengikutinya.

"Tutup pintunya dan duduklah!" perintah Baladewa yang sekarang sudah duduk di kursi.

Dahi Indrayana mengerut, dia menjalankan perintah dan duduk berhadapan dengan Pamannya yang terlihat
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Keris Darah Candramaya   47. Tekad Candramaya

    Candramaya menunduk dan memejamkan mata. Dia mengatur nafasnya dan berusaha mengendalikan perasaannya yang bergejolak. Kali ini tidak boleh lemah ataupun goyah. Candramaya meyakinkan dirinya bahwa dia tidak berhak hidup bahagia dan tentram. Sebelum tujuannya untuk mendapatkan keadilan untuk mendiang orang tuanya berhasil dia wujudkan. Indrayana berpikir hati gadis itu sudah dalam genggamannya. Dan saat melihat Candramaya tersipu malu, hatinya terasa hangat. Pemuda itu menyibak anak rambut yang menghalangi pipi Candramaya yang bersemu merah. Dia berkata dengan lembut, "Kenapa?" Candramaya mendongak, pipinya masih merona tapi tatapannya begitu dingin dan acuh, "Apa lukamu sudah sembuh?" Tanya Candramaya Indrayana merasakan hawa dingin menyelimuti hatinya. Dia hafal tatapan gadis itu dan sekarang dia merasakan firasat buruk. Indrayana menelan salivanya dengan susah payah dan berkata dengan ragu, "Sudah.." "Syukurlah," ujar Candramaya dengan acuh, dia berjalan berlalu melewati

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Keris Darah Candramaya   48. Anak Nakal Itu Kabur!

    Paginya. Candramaya bangun dan bersiap, gadis itu tidak menggunakan pakaian Indrayana. Rambut hitamnya dia gulung sebagian dan sebagiannya di gerai. Cunduk manik perak yang biasa dia pakai dia tinggalkan di atas nakas. Sebelum pergi, dia menatap wajah Indrayana yang terlelap. Saat tidur wajah pemuda itu seperti bayi terlihat polos dan menawan. "Selamat tinggal Indrayana," batinnya. Gadis keluar kamar tanpa membangunkannya walaupun sekedar untuk berpamitan. Saat pintu tertutup Indrayana membuka matanya, dia menyeringai lalu meregangkan ototnya. Di ruang tamu semua orang berkumpul, Candramaya menghampiri mereka lalu mengucapkan salam perpisahan. "Romo, Candramaya akan pulang. Terima kasih telah mengizinkan Maya tinggal di sini," ujarnya. Kepala gadis itu bersimpuh memberi hormat kepada semua orang. Darma dan Ki Sentot menatap kamar Indrayana, mereka merasa heran karena Indrayana tidak ikut keluar. Ranu Baya meraih pundak menantunya untuk bangun dan berkata, "Hati-hati, Nak. Darma

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Keris Darah Candramaya   49. Menjadi Anjing Yang Setia

    "Tunggu! Siapa ya mengizinkanmu? Turun!" Teriak Candramaya, gadis itu berkacak pinggang dengan tatapan sinis.Indrayana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan cengengesan. Lalu mengibaskan tangan kirinya, ''Jangan terlalu serius seperti itu, perselisihan sepasang suami istri memang hal biasa," ujarnya."Siapa yang peduli," ujar Candramaya dengan nada dingin.Indrayana menelan salivanya dengan susah payah, dia turun dari kuda. Kali ini dia harus bersikap baik dan membujuknya, "Baiklah, aku mengalah. Kita hanya teman, kamu puas? Ayo lanjutkan perjalanan. Matahari sudah ada di atas kepala, jangan sampai kita bermalam di hutan."Tentu saja gadis itu tidak akan membiarkan pemuda manja itu ikut, "Siapa bilang aku setuju." Indrayana merengek, dia menghentak-hentakan kedua kakinya di atas tanah dan berteriak, "Hais! Gadis ini benar-benar!"Candramaya memijit pelipisnya dan berkata, "Kamu pulanglah ..jangan buat mereka semua khawatir."Pemuda itu tidak menyerah, dia bersikeras dan berkata,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Keris Darah Candramaya   50. Gayung Tak Bersambut

    Guratan wajah Indrayana terlihat jelas, tatapannya tajam saat pemuda asing yang sedang memeluk istrinya terlihat jelas sedang pamer. Darahnya tentu mendidih saat orang itu mengelus kepala Candramaya dan menciumnya. Candramaya berusaha keras melepaskan pelukan kakaknya. Tapi pemuda itu semakin erat menekan tubuh kecilnya. Dengan terang-terangan Danumaya menabuh genderang perang. Untuk pemuda yang sok jagoan seperti Indrayana, dia pasti akan menerima segala tantangan. Dua pemuda itu saling bertatapan, seperti ada dua kobaran api yang siap saling menghantam. Melihat ketegangan antara Danumaya dan Indrayana, Wirata berkata, "Jangan memperlakukan adikmu seperti itu Danu, orang lain bisa salah paham." Mendengar ucapan Wirata, sudut bibir Indrayana terangkat, dia tersenyum mencibir. Danumaya berdecak kesal dan melepaskan pelukannya, "Aki ..aku tidak bermaksud seperti itu." Danumaya harus selalu di ingatkan akan posisi dan takdirnya. Wirata tertawa dan menarik pergelangan Can

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Keris Darah Candramaya   51. Dia Bisa Mati

    Indrayana hanya pasrah, dia mengikuti kemana gadis itu pergi. Mereka kini berada di belakang halaman rumah. Karena rumah Wirata paling ujung, jadi area sekitar hanya ada pohon-pohon pinus. Mereka kini berhadapan. "Kenapa kamu berbohong mengenai tempat tinggalmu?" Tanya Candramaya dengan tatapan menyelidik. Tubuh tinggi Indrayana menyender pada dinding pagar. Dia terlihat malas namun tetap terlihat tampan, "Aku punya alasan." Dahi gadis itu mengerut, "Apa alasannnya?" "Saat kamu memilih untuk menutupi hubungan kita pasti karena sebuah alasankan. Begitu juga denganku," ujar Indrayana dengan malas. Pemuda itu menguap dan sesekali menggaruk lehernya. "Itu karena aku belum siap," ujar Candramaya dengan suara terbata-bata dan bulu matanya berkibar. Pemuda itu hanya tersenyum, saat mata gadis itu berkelip-kelip seperti bintang. Saat pemuda itu bersikap tenang, dia terlihat dewasa dan semakin mempesona. Membuat jantung Candramaya semakin berdebar-debar. "Kenapa dia bersik

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Keris Darah Candramaya   52. Panggil Aku, 'KANG MAS!'

    Indrayana duduk dengan Candramaya mereka berhadapan dengan Wirata. Wirata menyodorkan buku lusuh itu ke hadapan Indrayana, "Ini milikmu sekarang," ujarnya. Dahi pemuda itu berkerut, "Milikku? Aku tidak mengerti Aki," ujarnya penuh keheranan. Wirata menghela nafas dan berkata, "Bacalah kitab itu, leluhur istriku yang menulisnya." "Aki? Seharusnya kitab itu milikku?" Protes Candramaya. Dia merebut buku itu dan membukanya satu persatu, seketika matanya melotot. Wirata mencibir, "Apa yang kamu baca?" Dengan wajah masam Candramaya berkata, "Aki bercanda? Ini hanya buku kosong," ujarnya. Wirata tertawa, "Dasar bocah nakal." "Ini aku kembalikan kepadamu," dengan marah Candramaya melempar kitab itu ke hadapan Indrayana. Pemuda itu membukanya, dia memiringkan kepalanya dengan wajah bingung lalu melihat gadis itu. "Begitu banyak tulisan, aku sampai pusing melihatnya," ujarnya sambil menggaruk kepalanya. Wirata menghela nafas dan menegur sikap cucubya. "Indrayana itu suamimu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Keris Darah Candramaya   53. Kelemahan Indrayana

    Candramaya memutar bola matanya dengan jengah, "Kamu tidak punya rasa malu?" Ujarnya. "Tidak!" Kelakar Indrayana terdengar renyah, dia begitu ke girangan seperi anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Mungkin karena mulai sekarang, sekejam apapun Candramaya memperlakukannya, dia tetap akan menjadi miliknya dan tidak akan ada yang bisa merebut posisinya di hidup Candramaya. Candramaya cemberut, dua tangannya terlipat. Ingin rasanya dia merobek mulut pemuda itu. Indrayana terus saja mengganggu gadis itu dengan celotehannya. Sedangkan Candramaya hanya bergeming sambil memijit pelipisnya yang pening. Melihat tingkah kedua sejoli itu, sebuah senyuman menghiasi wajah keriput Wirata. Gadis sedingin itu harus terjebak dengan pemuda yang kekanak-kanakan dan manja. Tapi bagi Wirata, pemuda itu tak sesederhana yang dia tampilkan. Wirata mengamati wajah pemuda itu, garis wajahnya tegas dengan mata yang tajam. Walaupun suka bersikap konyol tapi tidak bisa menghilangkan aura kebang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Keris Darah Candramaya   54. Pengakuan Candramaya

    Candramaya termenung sejenak lalu berbalik badan dan menatap mata Indrayana yang penuh dengan cinta. Hatinya merasa hangat, "Terima kasih, kang mas," ujarnya lirih. Hati Indrayana berdesir, dia mendengar hal yang ingin dia dengar. Indrayana mencium bibir ranum Candramaya dengan singkat. Cup! Wajah gadis itu memerah, dia memeluk tubuh tinggi Indrayana. Dia harus berhenti menolak ke hadirannya, mungkin ini sudah takdirnya. Saatnya fokus pada tujuan hidupnya. Indrayana semakin erat memeluknya, "Kalau begitu mulai sekarang Istriku akan belajar ilmu kanuragan, agar kamu bisa membela diri. Aku akan mengajari beberapa jurus." Candramaya hanya mengangguk, "Baiklah," ujarnya lirih. Gadis itu menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bidang suaminya. dengan wajah yang menunduk dan pipi yang memerah. "Aku sudah mengunci pintu dan memagarinya dengan pagar gaib," ujar Indrayana. Dia terbawa suasana jadi menginginkan hal lebih dari ini. Wajah Candramaya mendongak, dahinya berkerut dan bertanya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04

Bab terbaru

  • Keris Darah Candramaya   130. Omelan Emak-emak

    "Huaaa!!!" Kumala jatuh terjerembab di dalam perahu dengan menyedihkan. Perahu yang Kumala naiki juga bergoyang-goyang di atas air. Kumala segera bangun dan menyesuaikan duduknya agar perahu bisa seimbang. Dia memegangi dua sisi perahu dan berteriak marah, "Jangan keterlaluan! Kamu ingin aku tenggelam!"Danumaya tertawa sinis sambil melempar dayung ke arah Kumala, "Cepat pergi!"Mata Kumala seketika melotot dan giginya berkertak, "Awas kamu!""Jika lain kali kamu mendapatkan kesulitan. Aku tidak akan pernah menolongmu lagi," ujar Danumaya dengan sinis. Dia tidak seharusnya menyesal karena telah menolong seseorang. Hanya saja orang yang dia tolong ternyata orang yang tidak tahu diri.Kumala membuang muka lalu berbalik badan, sejenak dia merenung. Gadis itu menggenggam dayung kayu itu dengan erat. Dia harus melawan rasa takut yang dia rasakan. Jarak antara pulau Wijaya Kusuma dan pulau Jawa memang tidak terlalu jauh. Hanya saja dua pulau itu di pisahkan oleh sebuah lautan. Jadi dia har

  • Keris Darah Candramaya   129. Pesan Singkat Seorang Saka

    Wanita lemah lembut itu menatap ke arah Kumala yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang, matanya berkilat dengan amarah. "Pantas putraku tidak menyukaimu! Selain kasar, kamu juga tidak tahu malu. Bagaimana bisa kamu berteriak dan mengumpat di depan orang tua. Apa kamu tidak tahu adab dan sopan santun?"Kumala merasa malu, pipinya memerah dan wajahnya tertunduk. Dia kembali duduk dan berkata lirih tanpa berani menatap mata Asri Kemuning, "Maaf, Tuan Putri."Suasana menjadi hening, semua orang tertunduk dan kembali melanjutkan makannya. Berbeda dengan Candramaya yang terang-terangan menatap wajah Ibu Mertuanya. Dia merasa kagum terhadap wanita yang begitu lembut namun sangat tegas.Dia jadi teringat dengan ibunya, mereka sangat mirip.Merasa sedang diamati, Asri Kemuning ikut menatap Candramaya. Mereka saling memandang untuk beberapa detik. Hingga tatapan itu berubah menjadi tatapan canggung. Wajah Candramaya yang dingin melembut, dia tersenyum tipis. Asri Kemuning juga ikut tersen

  • Keris Darah Candramaya   128. Tamu Tak Di Undang

    Kesedihan meliputi semua orang, gadis ceria seperti Cempaka sekarang hancur karena kematian orang yang dia Cintai. Cempaka terus menangis di atas jasad Saka, cinta pertama dan mungkin cinta terakhirnya.Sebuah tangan terulur dan menyentuh pundak Cempaka yang bergetar, "Lepaskan dia, biarkan dia beristirahat dengan tenang."Cempaka mendongak dan membiarkan Indrayana dan Baladewa mengangkat jasad Saka. Cempaka memeluk tubuh Candramaya dan menangis di pelukannya."Menangislah Cempaka! Itu akan membuatmu semakin lebih baik," ucap Candramaya dengan penuh kasih sayang."Terima kasih, Adik," ujar Cempaka dengan suara parau.Memang benar kata pepatah, 'Hanya wanita yang bisa mengerti wanita.'Asri Kemuning sangat tersentuh, dia tidak menyangka gadis dengan wajah dingin itu sangat begitu lembut dan dewasa. "Mungkin ini alasan Indrayana berselingkuh dengannya. Tapi alangkah baiknya jika aku memastikannya lebih dulu," batinnya.Setelah semua mayat di kebumikan termasuk Saka. Cempaka berdiri di

  • Keris Darah Candramaya   127. Tekad Saka

    "Sebentar Romo," Candramaya berlari dan mengambil air dalam sebuah kendi besar. Ada gayung yang terbuat dari cangkang kelapa. "Ini Romo, basuh mata Romo," ujar Candramaya.Arya Balaaditya membasuh matanya, perlahan matanya terasa lebih baik dan pandangannya kembali membaik."Siapa gadis itu?" tanya Asri Kemuning. Dia tersenyum melihat perlakuan manis gadis itu. Dia kira gadis itu sangat kejam, terlihat dari wajahnya yang dingin dan galak. Apalagi saat gadis itu membunuh satu persatu para pemanah dengan keji dan sadis. Seperti pembunuh berdarah dingin.Asri Kemuning mulai semakin meragukan kata-kata Kumala.Indrayana sedang bertarung dengan Saka. Dia menyerang dengan membabi buta, Marah karena orang itu berani melukai ayahnya.Kumala semakin terdesak, dia kira Candramaya tidak ikut. Dengan begitu dia bisa membujuk Asri Kemuning untuk membujuk Putra dan suaminya.Beraninya Paman melukai Romoku!" teriak Indrayana dengan marah. Karena dia mulai kewalahan jadi Indrayana menarik cemetinya.

  • Keris Darah Candramaya   126. Pertumpahan Darah

    "Kang Mas!!" Asri Kemuning bangkit. Rasa lega dan bahagia bercampur membuatnya semakin terharu. Air mata kebahagian mengalir dari matanya yang indah. Dia hendak pergi menuju sumber suara, namun sayang Saka menghalanginya. Wajah pria itu terlihat semakin dingin, dia bahkan memberi isyarat agar Asri Kemuning kembali duduk dengan tenang.Suara riuh itu semakin kencang dan semakin mendekat. Mata Asri Kemuning semakin liar, bergerak-gerak mencari sosok yang dia kenal.Tangan Kumala bergetar, dia sedikit panik kalau kebohongannya akan terbongkar. Tapi dalam sekejab dia berusaha mengendalikan emosinya dan bersikap wajar. Asalkan mendapatkan dukungan Ibu dan Kakek Indrayana, pemuda itu pasti akan patuh.Arya Baladitya dan pasukannya yang dipimpin oleh Baladewa telah sampai di pulau Wijaya Kusuma. Indrayana, Candramaya, Cempaka dan Danumaya juga ikut bersama mereka.Perasaan Arya Balaaditya berkecambuk. Kerinduannya semakin besar dan tak terkendali lagi. Rasa ingin bertemu semakin menggebu-geb

  • Keris Darah Candramaya   125. Pulau Wijaya Kusuma

    Saat pintu terbuka mata Saka terbelaklak, dia tercengang bukan main. Bukan karena terpesona melainkan kaget dengan dandanan Kumala yang begitu mewah dan terkesan norak. Dia memakai kain sutra terbaik dan rambutnya terlihat begitu berat dan ramai dengan banyak hiasan yang terbuat dari emas. Begitu juga dengan riasannya yang begitu tebal. Dan perhiasan emas yang dia kenakan."Apa gadis ini benar-benar waras," batin Saka. Pria yang biasa selalu acuh dengan sekitar dan sibuk dengan dunianya kini teralihkan.Pemandangan itu benar-benar membuat matanya sakit."Aku sudah selesai," ujar Kumala, dia mengangkat dagunya dan berjalan lebih dulu.Ketakutan Saka saat ini bukanlah pertempuran yang mengancam hidupnya. Dia lebih takut jika perahu yang nanti mereka tumpangi terbalik dan Kumala akan tenggelam ke dasar laut akibat tubuhnya yang terlalu berat karna emas-emas yang dia kenakan.Saka naik ke atas kuda, sedangkan Kumala hanya berdiri dengan wajah masam. Gadis itu mulai bertingkah, " Apakah k

  • Keris Darah Candramaya   124. Menjemput Tamu

    Pupil mata Adi Wijaya melebar, namun dengan cepat Adi Wijaya menutupi rasa keterkejutannya dengan tertawa, "Kamu cucu menantuku rupanya. Siapa orang tuamu?""Hamba anak yatim piatu. Hamba sebatang kara, maka dari itu hamba mohon keadilan dari Gusti Prabu. Hanya Kang Mas Indrayana yang hamba miliki di dunia ini, hiks ... " Kumala menangis dengan pilu. Kebohongannya semakin menjadi-jadi.Akting Kumala memang hebat, hanya saja Adi Wijaya tidak peduli. Dia juga tidak suka cucunya menikah dengan gadis yang tidak jelas asal-usulnya. Adi Wijaya memijit keningnya, bagaimana bisa cucunya menikahi sembarang gadis. Dan lebih parahnya, dia juga menjalin hubungan dengan putri Damarjati. Bagaimanapun Indrayana adalah cucunya. Dia membenci Arya Balaaditya tapi tidak dengan cucunya. Darahnya mengalir di dalam tubuh anak itu.Adi Wijaya menghela nafas dan mencoba menahan diri untuk mendapatkan simpati gadis itu. Tujuannya adalah mendapatkan banyak informasi tentang Arya Balaaditya dari gadis itu. "Apa

  • Keris Darah Candramaya   123. Kebohongan Kumala

    Pengawal yang berjaga membuka pintu, mereka berdua tampak marah jadi berbicara dengan keras karena suara mereka teredam oleh suara air hujan. Tentu saja kedua pengawal itu tidak akan memberi izin, "Jangan lancang! Kenapa terus berteriak?""Aku ingin menyampaikan sesuatu! Tolong antarkan aku menghadap Gusti Prabu. Aku tahu di mana Arya Balaaditya berada," Kumala membungkuk dan menyatukan tangannya. Wajahnya pucat dan tubuhnya menggigil.Dua pengawal itu tentu tidak percaya begitu saja. Mana mungkin buronan seperti Arya Balaaditya yang sudah hampir 15 tahun menghilang bagaikan di telan bumi itu kembali. "Jika kamu ingin mengeluh, datang besok saat ada pertemuan di balai istana. Gusti Prabu sedang istirahat," ujar salah satu pengawal."Tidak! Ini sangat penting. Ini masalah Arya Balaaditya. Aku harus bertemu sekarang," ujar Kumala dengan gigi gemeletuk karena kedinginan. Mereka telah menghinanya jadi sekarang mereka harus mendapatkan balasan yang setimpal. Bahkan harus lebih kejam. Dua

  • Keris Darah Candramaya   122. Ancaman Kumala

    Arya Baladitya memerintahkan tugas mereka masing-masing. " Darma dan Ki Sentot kalian datanglah ke ibukota Harsa Loka, sebarkan kabar tentang pelaku yang suka menculik para gadis telah kembali. Buat agar sedramatis mungkin. Karena dengan begitu, berita itu akan menyebar luas dengan sendirinya ke segala penjuru wilayah Harsa Loka. Kita akan memanfaatkan ketakutan rakyat untuk mengusik ketenangan Adi Wijaya." "Baik ... akan kami lakukan, Ketua," ujar Darma dan Ki Sentot. "Dan sekarang sudah saatnya aku menunjukan diriku," Arya Balaaditya menjeda ucapannya. Tatapannya menjadi tajam dan penuh keyakinan. Lalu setelahnya tatapan pria itu beralih kearah keempat para punggawa Harsa Loka. "Dan kalian berempat, gunakan surat perintah dari Adi Wijaya untuk mengejarku," ujar Arya Balaaditya. Pria itu tersenyum penuh arti. Sedangkan Wismaya dan teman-temannya juga ikut tersenyum. Mereka akan mulai bersandiwara dengan seolah-olah mengejar Arya Balaaditya dan membuat pelaku sesungguhnya terkec

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status