Home / Historical / Keris Darah Candramaya / 49. Menjadi Anjing Yang Setia

Share

49. Menjadi Anjing Yang Setia

last update Last Updated: 2024-09-22 17:13:22

"Tunggu! Siapa ya mengizinkanmu? Turun!" Teriak Candramaya, gadis itu berkacak pinggang dengan tatapan sinis.

Indrayana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan cengengesan. Lalu mengibaskan tangan kirinya, ''Jangan terlalu serius seperti itu, perselisihan sepasang suami istri memang hal biasa," ujarnya.

"Siapa yang peduli," ujar Candramaya dengan nada dingin.

Indrayana menelan salivanya dengan susah payah, dia turun dari kuda. Kali ini dia harus bersikap baik dan membujuknya, "Baiklah, aku mengalah. Kita hanya teman, kamu puas? Ayo lanjutkan perjalanan. Matahari sudah ada di atas kepala, jangan sampai kita bermalam di hutan."

Tentu saja gadis itu tidak akan membiarkan pemuda manja itu ikut, "Siapa bilang aku setuju."

Indrayana merengek, dia menghentak-hentakan kedua kakinya di atas tanah dan berteriak, "Hais! Gadis ini benar-benar!"

Candramaya memijit pelipisnya dan berkata, "Kamu pulanglah ..jangan buat mereka semua khawatir."

Pemuda itu tidak menyerah, dia bersikeras dan berkata,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Keris Darah Candramaya   50. Gayung Tak Bersambut

    Guratan wajah Indrayana terlihat jelas, tatapannya tajam saat pemuda asing yang sedang memeluk istrinya terlihat jelas sedang pamer. Darahnya tentu mendidih saat orang itu mengelus kepala Candramaya dan menciumnya. Candramaya berusaha keras melepaskan pelukan kakaknya. Tapi pemuda itu semakin erat menekan tubuh kecilnya. Dengan terang-terangan Danumaya menabuh genderang perang. Untuk pemuda yang sok jagoan seperti Indrayana, dia pasti akan menerima segala tantangan. Dua pemuda itu saling bertatapan, seperti ada dua kobaran api yang siap saling menghantam. Melihat ketegangan antara Danumaya dan Indrayana, Wirata berkata, "Jangan memperlakukan adikmu seperti itu Danu, orang lain bisa salah paham." Mendengar ucapan Wirata, sudut bibir Indrayana terangkat, dia tersenyum mencibir. Danumaya berdecak kesal dan melepaskan pelukannya, "Aki ..aku tidak bermaksud seperti itu." Danumaya harus selalu di ingatkan akan posisi dan takdirnya. Wirata tertawa dan menarik pergelangan Can

    Last Updated : 2024-09-23
  • Keris Darah Candramaya   51. Dia Bisa Mati

    Indrayana hanya pasrah, dia mengikuti kemana gadis itu pergi. Mereka kini berada di belakang halaman rumah. Karena rumah Wirata paling ujung, jadi area sekitar hanya ada pohon-pohon pinus. Mereka kini berhadapan. "Kenapa kamu berbohong mengenai tempat tinggalmu?" Tanya Candramaya dengan tatapan menyelidik. Tubuh tinggi Indrayana menyender pada dinding pagar. Dia terlihat malas namun tetap terlihat tampan, "Aku punya alasan." Dahi gadis itu mengerut, "Apa alasannnya?" "Saat kamu memilih untuk menutupi hubungan kita pasti karena sebuah alasankan. Begitu juga denganku," ujar Indrayana dengan malas. Pemuda itu menguap dan sesekali menggaruk lehernya. "Itu karena aku belum siap," ujar Candramaya dengan suara terbata-bata dan bulu matanya berkibar. Pemuda itu hanya tersenyum, saat mata gadis itu berkelip-kelip seperti bintang. Saat pemuda itu bersikap tenang, dia terlihat dewasa dan semakin mempesona. Membuat jantung Candramaya semakin berdebar-debar. "Kenapa dia bersik

    Last Updated : 2024-09-28
  • Keris Darah Candramaya   52. Panggil Aku, 'KANG MAS!'

    Indrayana duduk dengan Candramaya mereka berhadapan dengan Wirata. Wirata menyodorkan buku lusuh itu ke hadapan Indrayana, "Ini milikmu sekarang," ujarnya. Dahi pemuda itu berkerut, "Milikku? Aku tidak mengerti Aki," ujarnya penuh keheranan. Wirata menghela nafas dan berkata, "Bacalah kitab itu, leluhur istriku yang menulisnya." "Aki? Seharusnya kitab itu milikku?" Protes Candramaya. Dia merebut buku itu dan membukanya satu persatu, seketika matanya melotot. Wirata mencibir, "Apa yang kamu baca?" Dengan wajah masam Candramaya berkata, "Aki bercanda? Ini hanya buku kosong," ujarnya. Wirata tertawa, "Dasar bocah nakal." "Ini aku kembalikan kepadamu," dengan marah Candramaya melempar kitab itu ke hadapan Indrayana. Pemuda itu membukanya, dia memiringkan kepalanya dengan wajah bingung lalu melihat gadis itu. "Begitu banyak tulisan, aku sampai pusing melihatnya," ujarnya sambil menggaruk kepalanya. Wirata menghela nafas dan menegur sikap cucubya. "Indrayana itu suamimu,

    Last Updated : 2024-09-30
  • Keris Darah Candramaya   53. Kelemahan Indrayana

    Candramaya memutar bola matanya dengan jengah, "Kamu tidak punya rasa malu?" Ujarnya. "Tidak!" Kelakar Indrayana terdengar renyah, dia begitu ke girangan seperi anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Mungkin karena mulai sekarang, sekejam apapun Candramaya memperlakukannya, dia tetap akan menjadi miliknya dan tidak akan ada yang bisa merebut posisinya di hidup Candramaya. Candramaya cemberut, dua tangannya terlipat. Ingin rasanya dia merobek mulut pemuda itu. Indrayana terus saja mengganggu gadis itu dengan celotehannya. Sedangkan Candramaya hanya bergeming sambil memijit pelipisnya yang pening. Melihat tingkah kedua sejoli itu, sebuah senyuman menghiasi wajah keriput Wirata. Gadis sedingin itu harus terjebak dengan pemuda yang kekanak-kanakan dan manja. Tapi bagi Wirata, pemuda itu tak sesederhana yang dia tampilkan. Wirata mengamati wajah pemuda itu, garis wajahnya tegas dengan mata yang tajam. Walaupun suka bersikap konyol tapi tidak bisa menghilangkan aura kebang

    Last Updated : 2024-10-04
  • Keris Darah Candramaya   54. Pengakuan Candramaya

    Candramaya termenung sejenak lalu berbalik badan dan menatap mata Indrayana yang penuh dengan cinta. Hatinya merasa hangat, "Terima kasih, kang mas," ujarnya lirih. Hati Indrayana berdesir, dia mendengar hal yang ingin dia dengar. Indrayana mencium bibir ranum Candramaya dengan singkat. Cup! Wajah gadis itu memerah, dia memeluk tubuh tinggi Indrayana. Dia harus berhenti menolak ke hadirannya, mungkin ini sudah takdirnya. Saatnya fokus pada tujuan hidupnya. Indrayana semakin erat memeluknya, "Kalau begitu mulai sekarang Istriku akan belajar ilmu kanuragan, agar kamu bisa membela diri. Aku akan mengajari beberapa jurus." Candramaya hanya mengangguk, "Baiklah," ujarnya lirih. Gadis itu menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bidang suaminya. dengan wajah yang menunduk dan pipi yang memerah. "Aku sudah mengunci pintu dan memagarinya dengan pagar gaib," ujar Indrayana. Dia terbawa suasana jadi menginginkan hal lebih dari ini. Wajah Candramaya mendongak, dahinya berkerut dan bertanya,

    Last Updated : 2024-10-04
  • Keris Darah Candramaya   55. Kecemburuan Danumaya

    Candramaya merapikan pakaiannya, mereka keluar bersama. Gadis itu terkejut saat membuka pintu, dia melihat sosok yang dia kenal, "Paman!" Wismaya tersenyum, namun senyumnya hilang saat gadis itu keluar dengan seorang pemuda. Melihat Candramaya keluar bersama Indrayana membuat darah Danumaya mendidih. Dahi Wismaya berkerut, "Apa yang kalian lakukan di dalam kamar?" Melihat Candramaya merapikan penampilannya, Danumaya rasanya ingin pingsan, wajahnya pucat dan perasaannya berkecambuk. Apakah mereka telah bermesraan di dalam kamar? Candramaya memutuskan untuk berkata jujur, tanpa ragu dia mengatakan kebenarannya, "Kami sudah menikah, Paman." Seperti petir yang menyambar tubuhnya, Danumaya mendadak lemas. Gigi Danamuya berkertak, dua tangannya terkepal di sisi tubuhnya, "Apa maksudmu? Jangan bercanda, Adik!" Teriaknya. Candramaya menunduk dia menggenggam tangan Indrayana dan bersembunyi di belakang tubuh tinggi suaminya. Dengan lirih dia berkata, "Maaf Kakang ..tapi aku bersungguh-

    Last Updated : 2024-10-05
  • Keris Darah Candramaya   56. Dia Cucu Ranu Baya

    Pertarungan itu berlangsung.Siang yang terik itu berubah menjadi kelam, langit menghitam dan angin berhembus kencang. Daun-daun kering bertebrangan, tubuh Indrayana memancarkan cahaya kekuningan. Wajahnya terlihat tenang dan penuh kewaspadaan.Dia hanya menggunakan tangan kosong, namun dapat menangkis serangan Danumaya dengan lincah. Pertarungan berlangsung seimbang.Saat Candramaya berusaha melerai, Wismaya mencekal pergelangan tangannya, "Paman ingin lihat, apa dia cukup hebat untuk bisa melindungimu."Candramaya semakin gusar, dia takut pemuda itu terluka.Wismaya mengamati pemuda itu. Selain wajahnya mirip dengan orang yang dia kenal, jurus-jurusnya juga sama persis. Dan paling membuatnya curiga adalah tali lusuh yang melingkar di pinggangnya. Dahinya berkerut, "Apa dia putra Arya Balaaditya?" Batinnya.Wismaya dan Arya Balaaditya adalah teman seperguruan. Walaupun mereka tidak dekat tapi mereka mempunyai hubungan yang cukup baik. Itulah alasan mengapa dia masih ragu jika Arya B

    Last Updated : 2024-10-06
  • Keris Darah Candramaya   57. Seperti Iblis

    Halaman rumah Wirata yang asri dan rimbun kini porak-poranda. Candramaya tertegun dan linglung, dia bahkan tidak bisa berdiri dengan benar, kakinya lemas dan tubuhnya bergetar. Bulu matanya terkulai dan bulir bening jatuh dari sudut matanya yang memerah. Jantungnya bergemuruh hebat, gadis itu takut kehilangan salah satu dari mereka. Wirata berdiri dan berjalan di bantu tongkatnya, "Candramaya! Hentikan suamimu cepat!" Teriak Wirata. Dia juga merasakan situasinya sudah tidak terkendali. Di depan sana, ada pertarungan yang begitu sengit, salah satu dari mereka pasti akan ada yang tumbang. Candramaya melangkahkan kakinya yang gontai, dia berteriak dengan suara yang bergetar, "Indrayana! Hentikan!" "Tidak bisa! Salah satu dari kami harus ada yang lenyap," ujarnya dingin. Dia benar-benar seperti kerasukan. Indrayana bahkan tidak segan memukul lambung Wismaya dengan tenaga dalam hingga dia tersungkur menyedihkan. "Romo!" Danumaya berteriak, baru kali ini dia merasa takut mati. "Ka

    Last Updated : 2024-10-07

Latest chapter

  • Keris Darah Candramaya   166. Arti Dari Kehidupan

    Adhinatha mengerjabkan matanya. Sejak terakhir pemuda itu melukai saudara sepupunya. Tidak pernah Adhinatha menunjukan batang hidungnya ataupun menyapa pada Indrayana. Itu semua karena dia merasa malu. "Lepaskan! Aku juga ingin melakukan penebusan dosa." "Dengan bunuh diri maksudmu!" Ujar Indrayana tanpa melepas cekalannya, sebelah alisnya terangkat. "Ibuku tidak bunuh diri! Begitu pun aku!" ujar Adhinatha dingin. Indrayana melepas cekalannya, sudut bibirnya terangkat, "Nyawa memang harus di bayar dengan nyawa. Hukuman mati memang pantas untuk Ibumu. Tapi kamu tidak!" "Berhenti membuatku malu, Indrayana. Aku telah melukai dirimu dan berniat melenyapkanmu!" ujar Adhinatha dengan nada putus asa. Indrayana menatap lamat ke arah adik sepupunya lalu kembali berkata, "Kalau begitu aku yang berhak menghukummu. Maka hukumanmu adalah dengan menuruti permintaanku!" Pemuda itu melirik ke arah istrinya dengan senyum jahil. Candramaya yang sangat hafal dengan sifat Indrayana hanya bisa menden

  • Keris Darah Candramaya   165. Pati Obong

    Damayanti Citra merenung sepanjang malam, dia meringkuk di atas ranjang dengan perasaan bersalah. Semakin dia mengelak semakin merasa malu. "Aku akan melakukan penebusan dosa!" Gumamnya dengan penuh tekad. Wanita itu melakukan puasa mutih untuk membersihkan diri dan jiwanya dari segala dosa dan kepahitan. Hal sama juga di lakukan oleh Candramaya. Setelah satu pekan masa berkabung, Arya Balaaditya naik tahta menjadi raja pengganti Adi Wijaya. Karena stempel kerajaan ada di tangannya sekarang. Dan Asri Kemuning adalah pewaris yang sah. Namun karena negeri Harsa Loka harus di pimpin oleh laki-laki, maka suaminya-lah yang akan naik tahta. Upacara penobatannya di lakukan dengan hidmat di alun-alun di depan rakyat. Tugas pertama yang harus dilakukan oleh Arya Balaaditya adalah menghukum pelaku teror dan pembunuh Damarjati dan ketiga rekannya. Awalnya semua orang cukup terkejut dengan pakaian yang dikenakan oleh Damayanti Citra, pasalnya dia memakai pakaian yang membuat orang bertanya-t

  • Keris Darah Candramaya   164. Hati seluas Samudra

    Deg!Ucapan putranya telah menghancurkan keyakinan Damayanti Citra. Wanita itu mengerjabkan matanya yang mulai terasa panas. Genangan air mata itu telah tumpah. Kenyataan itu membuatnya sakit. "Narendra ... " gumamnya.Adhinatha mengerjabkan matanya yang mulai memanas, dia merasa sedih dan tidak tega. Pemuda itu berjalan mendekat ke arah sel. Kedua tangannya terangkat dan hendak memasukannya ke dalam celah besi.Damayanti Citra tetap bergeming saat Adhinatha memanggilnya, "Ibu ... kemarilah."Perubahan emosi Damayanti Citra sangat mudah berubah. Tadi dia menangis tersedu-sedu dan sekarang tertawa sinis, "Kenapa hanya aku yang terbakar? Kamu dan wanita sialan itu tidak. Kenapa?" tanyanya dengan nada putus asa."Karena aku telah membuang segala kepahitan dalam hatiku," jawab Adhinatha dengan lirih."Jadi kamu mau bilang kalau hati Ibumu ini penuh dengan kepahitan?" ucapan Damayanti Citra terhenti, wanita itu mengangkat sudut bibirnya lalu kembali tertawa sinis, "Heh! Mereka telah menyu

  • Keris Darah Candramaya   163. Wanita Picik

    Damayanti Citra mendengkus kesal, kedua alisnya semakin menukik tajam. Asri Kemuning memegang jeruji besi dengan kuat, wajahnya yang lembut berubah dingin. Wanita itu mendekatkan wajahnya dan berkata dengan sedikit berteriak, "Aku berpenyakitan! Bahkan setiap detik aku takut mati. Aku takut tidak bisa melihat tumbuh kembang putraku. Sedangkan kamu? Kamu sehat Citra! Kamu sehat dan kamu bisa berada di sisinya setiap waktu. Jika masalah kasih sayang dan dukungan orang tua, kita sama Citra. Kamu tidak mendapatkan kasih sayang Ibumu dan aku Romoku. Hanya bedanya adalah Ibumu telah wafat saat melahirkanmu dan Romoku masih hidup dan terus mengabaikanku."Damayanti Citra juga ikut berteriak karena merasa tertohok. Namun tidak mau mengakuinya, "Tapi suamimu setia! Sedangkan aku tidak!"Asri Kemuning terperangah mendengar jawaban Iparnya lalu menggelengkan kepala. "Kenapa kamu membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain? Setia atau tidaknya seseorang itu pilihan. Bukan takdir atau nasib, Ci

  • Keris Darah Candramaya   162. Mantra Suci

    "Hah!" Candramaya tersadar. Candramaya membuka matanya. Mata merah menyala itu kembali ke semula. "Indrayana ... " panggilnya dengan linglung.Indrayana tertawa lirih, "Kamu kembali!""Apa yang terjadi? Kenapa tanganku menyerangmu?" Candramaya memang tersadar tapi tubuhnya masih dikendalikan oleh sosok hitam Putri Tanjung Kidul. Gadis itu mendongak dan menatap sekitar dengan bingung. Candramaya mencoba mengangkat tangannya ke atas namun yang terjadi justru tangan itu semakin kuat menekan ke bawah. "Gunakan mustika itu, cepattt!!" pekiknya."Tapi aku akan melukaimu!" ujar Indrayana dengan perasaan gamang."Tidak akan!" Karena kedua tangan Indrayana sedang menahan serangan Candramaya. Pemuda itu akhirnya memukul punggung Candramaya dengan menggunakan lututnya dengan cukup keras.Bug!Akkhhh!Tubuh Candramaya oleng, keris itu terlempar cukup jauh. Indrayana mengambil kesempatan itu untuk memegangi kedua tangan Candramaya. Dan membalikkan keadaan dengan menduduki tubuh gadis itu yang ja

  • Keris Darah Candramaya   161. Pertarungan Batin Candramaya

    Arya Balaaditya menahan tubuh Istrinya yang hendak menghampiri putranya. Sedangkan Kumala, gadis itu meringsut di dalam pelukan kakeknya.Di bawah derasnya air hujan dan angin yang bertiup kencang. Indrayana bangun dan terduduk di tanah. Pemuda itu meringis saat melihat ekspresi dingin Candramaya.Candramaya berjalan mendekat sambil menggerak-gerakan kuku-kukunya yang panjang. Wajah datar dan menyeramkan itu menyeringai. Indrayana tidak berniat untuk kabur atau semacamnya. Dia hanya mengatur nafas dan menunggu Candramaya menghampirinya dengan pasrah. "Dewata ... " gumamnya.Tatapan Indrayana tertuju pada Mustika yang dia genggam. "Cik! Lemah," eram Candramaya. Tatapannya begitu liar dan beringas. Mendengar cibiran Candramaya, Indrayana tersenyum getir lalu bergumam, "Aku memang lemah!"Baladewa yang tidak tahan akhirnya hendak menyerang Candramaya namun Indrayana berteriak, "Jangan, Paman! Jangan ikut campur!"Indrayana langsung mengangkat tangannya dan membuat jarak dengan membuat

  • Keris Darah Candramaya   160. Hanya Indrayana Yang Bisa

    Ketiga orang itu akhirnya menajamkan telinganya, Kebo Ireng berkomentar, "Sepertinya ada yang sedang bertarung?""Benar Kakang! Ayo kita periksa!" imbuh Seno Aji.Wismaya memberi saran, "Tunggu! Sebaiknya kiita harus fokus. Kalian cari Pangeran Narendra dan Dewi Puspita Sari saja, sebelum orang itu pergi lebih jauh. Aku dan Aji Suteja yang akan memeriksa siapa yang sedang bertarung itu."Setelah menimbang-nimbang saran Wismaya yang masuk akal, mereka bertiga akhirnya mengangguk dan setuju.Kebo Ireng dan Seno Aji pergi menuju tempat kediaman Puspita Sari dan Narendra. Sedangkan Wismaya dan Aji Suteja pergi ke tempat pertarungan itu.Saat Wismaya dan Aji Suteja ke sumber suara, mereka berdua terperangah saat melihat Candramaya dan Indrayana sedang bahu hantam."Apa yang terjadi?" tanya Aji Suteja dengan wajah yang menegang.Wismaya merasakan kejanggalan pada sosok keponakannya. Tentu sosok berwujud Candramaya itu tidak dia kenal. Jantung Wismaya seketika bergemuruh, wajahnya pucat lalu

  • Keris Darah Candramaya   159. Menunaikan Janji

    Alih-alih patuh, Candramaya justru semakin gila menyerang Danadyaksa yang terlihat kewalahan. Tubuh Danadyaksa penuh dengan sabetan keris.Tanpa pikir panjang, Indrayana masuk dalam pertarungan dan mencoba melerai. Dia bahkan tidak segan memukul pundak Candramaya guna menghentikan aksinya, "Hentikan kataku!"Bug!"Akhhh!!" Candramaya memekik kesakitan."Maaf!" ujar Indrayana. Pemuda itu memeluk tubuh Candramaya dari belakang. Perasaan bersalah muncul di hatinya setelah memukul istrinya. Candramaya menoleh, seringainya tampak mengerikan. Indrayana reflek langsung melerai pelukannya karena terkejut.Danadyaksa yang licik menggunakan kesempatan saat melihat pasangan itu lengah. Namun langkah pria itu terhenti saat Candramaya membuat gerakan yang membuat keris itu melesat dan menebas leher Danadyaksa dengan cepat. Secepat kedipan mata.Swwisss!Zrak!Bug!!Kepala Danadyaksa jatuh ke tanah lalu tubuh gempal itu tersungkur. Tubuh yang terpenggal itu mengejang dan menyemburkan banyak darah.

  • Keris Darah Candramaya   158. Adi Wijaya Wafat

    Prang!!Botol itu jatuh ke lantai dan pecah, namun ternyata hanya botol kosong. Arah mata semua orang kini tertuju pada pecahan botol itu. Narendra merasa terkejut sedangkan Asri Kemuning dan Arya Balaaditya merasa keheranan.Puspita Sari merasa malu sekarang, kedua tangannya saling meremas. Dia menyadari reaksinya menunjukan bahwa dia adalah wanita yang egois. "Kangmas mempermainkanku?!" eram Puspita Sari. Wanita itu mendelik karena merasa dipermainkan."Haha ... Ohok! Ohok!" Adi Wijaya tertawa di sela batuk berdarahnya. Nafasnya terengah dan dadanya mulai sesak. Keringat dingin kini bermunculan di kening pria itu seiring wajahnya yang memucat dan bibirnya yang mulai membiru. Dia menatap istri mudanya dengan tatapan nanar sambil menekan dadanya. Sekarang dia sadar, tidak ada yang benar-benar mencintainya. Tiba-tiba Asri Kemuning menangis, dia berhambur memeluk lengan ayahnya.Sedangkan Narendra dan Puspita Sari yang sudah tahu akhir dari pertarungan ini memilih untuk kabur meningga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status