Beranda / Historical / Keris Darah Candramaya / 136. Pertolongan Respati

Share

136. Pertolongan Respati

Penulis: Songdeok eunjoo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-14 15:18:01

Respati membeku di tempat setelah membuka pintu, tanaman yang dia pegang jatuh dari tangannya saking terkejutnya. Bagaimana tidak? Ada seorang gadis yang berpenampilan berantakan, pakaiannya koyak dan wajahnya babak belur sedang meringkuk di dalam dapur istana. Dia sebenarnya ingin merebus tanaman obat, tapi yang dia lihat sungguh membuatnya tercengang.

Dalam sekejap, rasa terkejutnya berubah menjadi rasa takut. Respati bahkan merasa gemetar, takut dan iba secara bersamaan. Namun dia juga harus waspada, takut jika kelak dia yang akan disalahkan mengenai kondisi gadis tersebut.

"Pengawal!!" teriak Respati, dia segera berbalik badan berniat meninggalkan tempat itu.

Mendengar pria itu berteriak memanggil pengawal membuat Kumala terbelaklak, tubuhnya semakin gemetaran. Rasa takut kini telah memenuhi hatinya.

Dalam ketakutan itu, Kumala melakukan satu-satunya hal yang bisa dia lakukan. Gadis itu merangkak lalu menyentuh kaki Respati. Dia langsung bersimpuh di depan pria bernama Respati. Ta
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Keris Darah Candramaya   137. Angkat Tangan

    "Gadis itu pasti tidak akan bisa keluar dari tempat ini, Romo," ujar Damayanti Citra lirih. Dia merasa ragu sebenarnya karena sampai detik ini para pengawal itu belum datang dan membawa gadis itu di hadapannya."Kamu yakin?" tanya Adi Wijaya dengan sebelah alis terangkat.Tenggorokan Damayanti Citra seketika tercekat, wajahnya kini memucat. Dia tidak bisa berkata apa-apa karena sebenarnya dia juga ragu. Melihah reaksi menantunya, Adi Wijaya berdecis sinis, "Kamu juga ragukan!!"Bulu mata Damayanti Citra terkulai, dia mulai resah, terlihat dari kedua tangannya yang saling meremas kuat. Wanita itu takut rahasianya dan Narendra terbongkar. Dia memang tidak berharap suaminya naik tahta karena perangainya itu yang gila akan wanita. Dia hanya takut jika rahasia yang sudah tersimpan selama 15 tahun terkuak ke halayak ramai. Itu pasti akan berpengaruh pada posisi putranya sebagai Putra Mahkota.Karena ambisi besar Damayanti Citra adalah putranya harus naik tahta dan garis keturunannya lah ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Keris Darah Candramaya   138. Perjamuan Maut

    Seperti ada petir yang menyambar hati Puspita Sari, dia tidak menyangka suaminya akan mengungkit itu semua. Dia pikir selama 15 tahun ini Adi Wijaya telah sepenuhnya ada di kendalinya. Ucapan Adi Wijaya berhasil membungkam mulutnya, bahkan remasan tangannya melonggar dan matanya melebar. Dia tertegun sekarang dan tidak bisa berkata-kata apa-apa lagi.Setiap kali Adi Wijaya ingin menjenguk putri dan istrinya, Puspita Sari selalu melarang. Dia selalu berkata jika kepergiannya akan menarik perhatian dan membuat orang curiga.Walaupun Puspita Sari selalu mengatakannya dengan nada lembut. Tapi larangannya terdengar seperti ancaman.Melihat reaksi Puspita Sari, Adi Wijaya sontak menampik tangan istrinya dengan jijik. Sebelum dia pergi dia mengatakan hal yang membuat istrinya itu hampir pingsan, "Kalau kamu sangat mencintai putramu itu, maka pertaruhkan saja posisimu sebagai permaisuri negeri ini. Dan bela putramu sampai mati. Heh!!""Itu tidak mungkin, Kang mas!" teriak Puspita Sari tidak t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Keris Darah Candramaya   129. Burung Merpati Pembawa Pesan

    Pertanyaan itu membuat Damayanti Citra berhenti bersenandung, wajah dinginnya semakin dingin. Tiba-tiba bulir bening jatuh dari sudut matanya namun bibirnya membentuk seringai iblis.Ada pergolakan batin yang wanita itu rasakan, namun lagi dan lagi. Damayanti Citra memilih menjadi monster dengan membunuh hati nuraninya.Suasana hangat di ruangan perjamuan berubah menjadi hening dan mencekam. Saat mereka merasa terancam, mereka langsung berdiri dan ingin segera pergi. Namun mata mereka seketika terbelaklak dan jantung yang seolah di paksa untuk berhenti berdetak. Saat para pengawal setia Damayanti Citra yang berdiri di belakang mereka mengangkat pedang. Dan dengan gerakan cepat pedang yang mengkilap itu menebas tubuh yang ada di depannya.Zrak!! Akkkkhh!Suara jeritan kesakitan mereka menggema memenuhi ruangan perjamuan yang luas.Bruk!Satu persatu tubuh-tubuh itu jatuh bergelimpangan di lantai. Darah mereka menciprat ke segala tempat. Dinding berwarna putih pucat kini berwarna mera

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Keris Darah Candramaya   140. Rumor

    Bima Reksa menaruh kapaknya, dia berjalan mendekati cucunya yang dalam keadaan menyedihkan. "Kumala ... katakan! Apa yang terjadi?" tanyanya dengan perasaan hancur. Pria tua itu membelai kepala cucunya dengan kasih sayang.Bima Reksa dipenuhi dengan banyak pertanyaan atas hal buruk yang telah di alami cucunya.Lidah Kumala terasa keluh, dia hanya bisa berhambur memeluk tubuh kakeknya dan menangis. Bima Reksa merangkul cucunya untuk masuk ke dalam rumah, "Bibi ... " panggil Bima Reksa.Pelayan rumah itu datang, namun langkahnya terhenti dan tenggorokannya tercekat, "Hah! Raden Kumala?"Kumala terus saja menangis, "Hiks! Aki ... to-long! Pangeran Narendra!"Deg!Jantung Bima Reksa rasanya mau copot, dia menggelengkan kepalanya dan menampik pikiran buruknya. "Nak! Pangeran Narendra tidak memaksamu kan?"Kumala kembali menangis, dia mengangguk. Sorot mata gadis itu terlihat sedih dan putus asa, "Pria itu telah menganiayaku, Aki!" ujar Kumala lirih. Tangisnya pecah dan semakin pilu.Pria

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Keris Darah Candramaya   1. Malam berdarah

    Brak!!!Suara pintu terdobrak paksa, membuat Candramaya kecil langsung loncat ke dalam pangkuan Ibunya. Wanita berusia 27 tahun yang duduk di sisi ranjang dengan perasaan was-was. Padmasari mendekap tubuh munyil putrinya yang menggigil ketakutan. Tangannya mengelus pucuk surai Candramaya menyalurkan rasa aman dan nyaman. Padmasari menatap suaminya dengan cemas. Dia sedang berdiri di depan pintu kamar, sambil memegang pedang yang masih di dalam sarungnya.Terdengar suara rintik hujan yang mulai terdengar deras begitu juga dengan suara gaduh pertaruangan. "Menyingkir! Kalian bukan tandinganku!""Dasar pengacau! Serang!"Cuaca malam itu sangat buruk. Menciptakan suasana mencengkam, seiring dengan suara eraman dan teriakkan. Damarjati menoleh ke arah istrinya yang sedang memeluk putri semata wayangnya. Tatapannya dalam dan lekat, begitu juga perasaannya yang berkecambuk. Setelah menyaksikan para pengawalnya yang sedang bertarung dengan penyusup mulai terlihat kewalahan.Candramaya kec

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-20
  • Keris Darah Candramaya   2. Lebih Baik Menjadi Bangkai

    "Akhh!"Damarjati meringis, dia menekan dadanya yang terasa remuk dan terbakar. Ajian pria itu tidak asing di mata Damarjati. Saat mengingatnya mata Damarjati membulat, dia bergumam, "Ajian Tapak Geni!"Padmasari berlari untuk menghampiri suaminya yang duduk terkulai di lantai. Tubuhnya menunduk meraih tubuh suaminya yang terlihat lemah.Wajah Padmasari pucat saat melihat bekas telapak tangan berwarna hitam pada kain yang Damarjati kenakan. Dan buru-buru menyibak kain yang menutup dada suaminya.Mata Padmasari memerah dan berair, dia sangat sedih saat melihat dada suaminya yang terkena pukulan berwarna merah kehitaman seperti daging gosong. Dengan bibir yang bergetar dia berkata, "Ini Ajian Tapak Geni, kang mas!" Ucapnya."Hosh! Hosh!" Nafas Damarjati terdengar berat. "Kau benar!" Padmasari sadar, pria ini bukan tandingannya ataupun suaminya. Namun Padmasari ataupun Damarjati tidak akan pernah tunduk kepada calon raja yang gemar dengan selangkangan wanita. Pria bengis itu terlihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-22
  • Keris Darah Candramaya   3. Jaba Mantra

    Pria bengis itu menangkis tangan rekannya dengan kejam dan tatapan jijik. Tanpa memperdulikan tata krama, bahwa yang dia abaikan adalah orang yang jauh lebih tua.Tanpa ragu dia melangkah untuk membuktikan apa yang dia dengar.Sadar dalam bahaya, saat ada sepasang kaki menghampiri tempat persembunyiannya. Candramaya menyadarkan dirinya agar tetap tenang dengan apa yang baru dia saksikan.Dia masih kecil. Mampukah dia bertahan?Kematian kedua orang tuanya adalah sebuah pukulan keras yang mengguncang psikisnya.Candramaya kecil menarik nafas dalam-dalam untuk menetralkan detak jantungnya yang berdetak kencang. Agar bisa mengingat jaba mantra yang selalu di ajarkan ibunya. Mulut gadis kecil itu komat-kamit, berusaha fokus di kala tubuhnya bergetar hebat."Kanjeng Ibu, Putri Tanjung Kidul! Butakan mata yang bisa melihat! Tulikan telinga yang bisa mendengar. Tubuhku tak terlihat bagaikan asap. Siang dan malam menjadi satu yang ada hanya kehampaan."Keris kecil itu bergerak. Dari ujungnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Keris Darah Candramaya   4. Pesanan Adi Wijaya

    "Di mana Candramaya?""Kami sudah mencarinya. Tapi Gusti Ayu hilang," ujar salah satu pelayan. Pria paruh baya yang selamat karna tidak menginap kini bersimpuh. Raut wajahnya terlihat cemas dan penuh penyesalan.Wismaya menunduk, perasaannya semakin kacau, Sorot matanya semakin meredup. Adik dan iparnya tewas. Dan sekarang keponakannya menghilang.Bagaimana ini?Tapi mana mungkin adiknya bisa terbunuh jika ada keris pelindung dari leluhurnya?"Yah!! Adikku sudah mewariskan keris itu pada putrinya," batin Wismaya. Wismaya langsung bangkit dari duduknya, saking lemasnya tubuh pria itu terhuyung. Dia tidak sabar, dia ingin memastikan sesuatu."Candramaya masih hidup!" Batin Wismaya mengusap bulir bening yang membasahi wajahnya. Dia langsung berlari ke dalam rumah adiknya.Wismaya menatap getir pintu yang rusak bekas dobrakan. Dan darah yang mengering di atas lantai serta bau anyir yang menyeruak menusuk indera penciuman.Secara reflek Wismaya menutup hidungnya dengan punggung tangannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01

Bab terbaru

  • Keris Darah Candramaya   140. Rumor

    Bima Reksa menaruh kapaknya, dia berjalan mendekati cucunya yang dalam keadaan menyedihkan. "Kumala ... katakan! Apa yang terjadi?" tanyanya dengan perasaan hancur. Pria tua itu membelai kepala cucunya dengan kasih sayang.Bima Reksa dipenuhi dengan banyak pertanyaan atas hal buruk yang telah di alami cucunya.Lidah Kumala terasa keluh, dia hanya bisa berhambur memeluk tubuh kakeknya dan menangis. Bima Reksa merangkul cucunya untuk masuk ke dalam rumah, "Bibi ... " panggil Bima Reksa.Pelayan rumah itu datang, namun langkahnya terhenti dan tenggorokannya tercekat, "Hah! Raden Kumala?"Kumala terus saja menangis, "Hiks! Aki ... to-long! Pangeran Narendra!"Deg!Jantung Bima Reksa rasanya mau copot, dia menggelengkan kepalanya dan menampik pikiran buruknya. "Nak! Pangeran Narendra tidak memaksamu kan?"Kumala kembali menangis, dia mengangguk. Sorot mata gadis itu terlihat sedih dan putus asa, "Pria itu telah menganiayaku, Aki!" ujar Kumala lirih. Tangisnya pecah dan semakin pilu.Pria

  • Keris Darah Candramaya   129. Burung Merpati Pembawa Pesan

    Pertanyaan itu membuat Damayanti Citra berhenti bersenandung, wajah dinginnya semakin dingin. Tiba-tiba bulir bening jatuh dari sudut matanya namun bibirnya membentuk seringai iblis.Ada pergolakan batin yang wanita itu rasakan, namun lagi dan lagi. Damayanti Citra memilih menjadi monster dengan membunuh hati nuraninya.Suasana hangat di ruangan perjamuan berubah menjadi hening dan mencekam. Saat mereka merasa terancam, mereka langsung berdiri dan ingin segera pergi. Namun mata mereka seketika terbelaklak dan jantung yang seolah di paksa untuk berhenti berdetak. Saat para pengawal setia Damayanti Citra yang berdiri di belakang mereka mengangkat pedang. Dan dengan gerakan cepat pedang yang mengkilap itu menebas tubuh yang ada di depannya.Zrak!! Akkkkhh!Suara jeritan kesakitan mereka menggema memenuhi ruangan perjamuan yang luas.Bruk!Satu persatu tubuh-tubuh itu jatuh bergelimpangan di lantai. Darah mereka menciprat ke segala tempat. Dinding berwarna putih pucat kini berwarna mera

  • Keris Darah Candramaya   138. Perjamuan Maut

    Seperti ada petir yang menyambar hati Puspita Sari, dia tidak menyangka suaminya akan mengungkit itu semua. Dia pikir selama 15 tahun ini Adi Wijaya telah sepenuhnya ada di kendalinya. Ucapan Adi Wijaya berhasil membungkam mulutnya, bahkan remasan tangannya melonggar dan matanya melebar. Dia tertegun sekarang dan tidak bisa berkata-kata apa-apa lagi.Setiap kali Adi Wijaya ingin menjenguk putri dan istrinya, Puspita Sari selalu melarang. Dia selalu berkata jika kepergiannya akan menarik perhatian dan membuat orang curiga.Walaupun Puspita Sari selalu mengatakannya dengan nada lembut. Tapi larangannya terdengar seperti ancaman.Melihat reaksi Puspita Sari, Adi Wijaya sontak menampik tangan istrinya dengan jijik. Sebelum dia pergi dia mengatakan hal yang membuat istrinya itu hampir pingsan, "Kalau kamu sangat mencintai putramu itu, maka pertaruhkan saja posisimu sebagai permaisuri negeri ini. Dan bela putramu sampai mati. Heh!!""Itu tidak mungkin, Kang mas!" teriak Puspita Sari tidak t

  • Keris Darah Candramaya   137. Angkat Tangan

    "Gadis itu pasti tidak akan bisa keluar dari tempat ini, Romo," ujar Damayanti Citra lirih. Dia merasa ragu sebenarnya karena sampai detik ini para pengawal itu belum datang dan membawa gadis itu di hadapannya."Kamu yakin?" tanya Adi Wijaya dengan sebelah alis terangkat.Tenggorokan Damayanti Citra seketika tercekat, wajahnya kini memucat. Dia tidak bisa berkata apa-apa karena sebenarnya dia juga ragu. Melihah reaksi menantunya, Adi Wijaya berdecis sinis, "Kamu juga ragukan!!"Bulu mata Damayanti Citra terkulai, dia mulai resah, terlihat dari kedua tangannya yang saling meremas kuat. Wanita itu takut rahasianya dan Narendra terbongkar. Dia memang tidak berharap suaminya naik tahta karena perangainya itu yang gila akan wanita. Dia hanya takut jika rahasia yang sudah tersimpan selama 15 tahun terkuak ke halayak ramai. Itu pasti akan berpengaruh pada posisi putranya sebagai Putra Mahkota.Karena ambisi besar Damayanti Citra adalah putranya harus naik tahta dan garis keturunannya lah ya

  • Keris Darah Candramaya   136. Pertolongan Respati

    Respati membeku di tempat setelah membuka pintu, tanaman yang dia pegang jatuh dari tangannya saking terkejutnya. Bagaimana tidak? Ada seorang gadis yang berpenampilan berantakan, pakaiannya koyak dan wajahnya babak belur sedang meringkuk di dalam dapur istana. Dia sebenarnya ingin merebus tanaman obat, tapi yang dia lihat sungguh membuatnya tercengang.Dalam sekejap, rasa terkejutnya berubah menjadi rasa takut. Respati bahkan merasa gemetar, takut dan iba secara bersamaan. Namun dia juga harus waspada, takut jika kelak dia yang akan disalahkan mengenai kondisi gadis tersebut."Pengawal!!" teriak Respati, dia segera berbalik badan berniat meninggalkan tempat itu.Mendengar pria itu berteriak memanggil pengawal membuat Kumala terbelaklak, tubuhnya semakin gemetaran. Rasa takut kini telah memenuhi hatinya.Dalam ketakutan itu, Kumala melakukan satu-satunya hal yang bisa dia lakukan. Gadis itu merangkak lalu menyentuh kaki Respati. Dia langsung bersimpuh di depan pria bernama Respati. Ta

  • Keris Darah Candramaya   135. Dapur Istana

    Setelah para pengawal pergi dari hadapannya. Damayanti Citra menghapus air matanya. Mata sendu Damayanti Citra berubah dingin, "Malam ini akan sangat seru!" ujarnya dengan sudut bibir terangkat. Wanita itu masih berdiri, menyaksikan para pengawal pergi dari hadapannya. Gerombolan para prajurit itu memecah menjadi beberapa grup untuk menunaikan perintah dari Putri Damayanti Citra. Mereka menyisir area Istana Kanoman dan bagian istana lainnya. Damayanti Citra begitu percaya diri, bahwa gadis itu pasti akan segera tertangkap. Sebenarnya dia memang sedih dengan keadaan suaminya, tapi dia juga kesal karena kesenangannya tertunda. Dia sakit hati karena ulah suaminya. Namun dia senang saat melihat gadis yang bercumbu dengan suaminya meregang nyawa, setelah menenggak racun racikannya. Ada kepuasan yang dia rasakan saat para gadis itu mati dengan cara perlahan. Namun sekarang kepuasan itu tidak bisa dia rasakan karena gadis itu telah kabur. Mata Damayanti Citra memerah, dia berkata dengan

  • Keris Darah Candramaya   134. Kumala Melarikan Diri

    Kumala merintih ketika bangun karena area sensitivnya sangat sakit, "Ooowww!" Gadis itu akhirnya kembali duduk, dia meringis sambil memegang area bawah perutnya. Kumala bahkan melihat bercak merah yang ada di atas seprei, rasa sakitnya bertambah. Air matanya tak mampu dia bendung. Kesuciannya benar-benar telah di renggut. Masa depan Kumala memang sudah hancur tapi dia harus tetap hidup. Gadis itu segera bangun walaupun langkahnya begitu berat, rasanya sangat sakit. Saat dia berdiri darah kesuciannya mengalir sepanjang kakinya. Dia berjalan dengan tertatih seperti berjalan di atas duri. Karena tidak ingin mati konyol. Gadis tu memilih kabur lewat jendela kamar yang terhubung dengan taman istana Kanoman. Dia mengabaikan rasa sakit yang dia rasakan. Saat Kumala berhasil keluar dari kamar terkutuk itu, dia bergegas untuk segera melarikan diri. Dia berjalan dengan darah yang masih menetes di sepanjang rumput yang dia pijak. Saat berjalan menyusuri ruang tamu kediaman Narendra. Dia

  • Keris Darah Candramaya   133. Minuman Beracun

    Sudut bibir Kumala berdarah, kedua tangannya terus saja memberontak tanpa memperdulikan resikonya. Dia bahkan menangis histeris karena rasa sakit yang luar biasa. Saat pinggul Narendra terus menghujami miliknya.Pria kejam tak punya empati seperti Narendra tidak akan terpengaruh. Sekalipun Kumala menangis darah, hatinya tidak akan tergerak. Yang dia pikirkan hanya kesenangannya saja, "Diam!!" eramnya."Hiks! Hentikan Pangeran! Hiks!" gadis itu berteriak-teriak sampai suaranya serak, dia berharap belas kasihan pangeran Harsa Loka itu."Tolong! Tolong!" Kumala kembali berteriak meminta tolong, namun tidak ada siapapun yang datang menolongnya.Narendra hanya menyeringai, lalu melumat bibir gadis itu agar diam. Tubuh Kumala semakin menegang dan terasa panas.Semakin mangsanya memberontak, semakin Narendra merasa tertantang dan hilang akal. Pria itu memegang kedua tangan gadis itu dengan kuat. Dan pinggulnya terus bergerak, darah kesucian itu mengalir seiring tangisan pilu gadis itu. Naren

  • Keris Darah Candramaya   132. Pasangan Gila

    Kumala terlentang secara menyedihkan di atas ranjang, tubuhnya kaku dan gemetar hebat. Nafasnya naik turun tidak beraturan. Saat menyadari ajalnya sudah dekat. Dia tidak ingin nasibnya sama seperti gadis lain, mati setelah di hisap madunya."Tu-tunggu," ujar Kumala dengan gagap, lidahnya mendadak kelu seiring punggungnya yang terasa panas dan tegang.Pangeran Narendra yang telah kesetanan, hanya menyeringai. Dia tidak perduli dengan gadis yang sedang ketakutan dan memilih untuk melepaskan mahkotanya, lalu perhiasan yang dia kenakan juga. Namun matanya penuh dengan hawa nafsu tidak lepas dari mangsanya.Semakin mangsanya ketakutan maka akan semakin menantang."Tubuhmu sangat indah," suara deep Narendra mengalun. Kumala menelan salivanya dan merinding, dia meremas kedua tangannya, wajahnya pucat dan matanya mulai berair. Dia menyakinkan dirinya dan berusaha berpikir dengan cepat. Dia harus lepas dari tragedi ini, jika tidak hidupnya akan hancur dan berantakan."Ja-jangan!" gadis itu me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status