Home / Historical / Keris Darah Candramaya / 134. Kumala Melarikan Diri

Share

134. Kumala Melarikan Diri

last update Last Updated: 2025-02-09 00:03:12
Kumala merintih ketika bangun karena area sensitivnya sangat sakit, "Ooowww!"

Gadis itu akhirnya kembali duduk, dia meringis sambil memegang area bawah perutnya. Kumala bahkan melihat bercak merah yang ada di atas seprei, rasa sakitnya bertambah. Air matanya tak mampu dia bendung. Kesuciannya benar-benar telah di renggut.

Masa depan Kumala memang sudah hancur tapi dia harus tetap hidup. Gadis itu segera bangun walaupun langkahnya begitu berat, rasanya sangat sakit. Saat dia berdiri darah kesuciannya mengalir sepanjang kakinya. Dia berjalan dengan tertatih seperti berjalan di atas duri.

Karena tidak ingin mati konyol. Gadis tu memilih kabur lewat jendela kamar yang terhubung dengan taman istana Kanoman. Dia mengabaikan rasa sakit yang dia rasakan.

Saat Kumala berhasil keluar dari kamar terkutuk itu, dia bergegas untuk segera melarikan diri. Dia berjalan dengan darah yang masih menetes di sepanjang rumput yang dia pijak.

Saat berjalan menyusuri ruang tamu kediaman Narendra. Dia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Keris Darah Candramaya   135. Dapur Istana

    Setelah para pengawal pergi dari hadapannya. Damayanti Citra menghapus air matanya. Mata sendu Damayanti Citra berubah dingin, "Malam ini akan sangat seru!" ujarnya dengan sudut bibir terangkat. Wanita itu masih berdiri, menyaksikan para pengawal pergi dari hadapannya. Gerombolan para prajurit itu memecah menjadi beberapa grup untuk menunaikan perintah dari Putri Damayanti Citra. Mereka menyisir area Istana Kanoman dan bagian istana lainnya. Damayanti Citra begitu percaya diri, bahwa gadis itu pasti akan segera tertangkap. Sebenarnya dia memang sedih dengan keadaan suaminya, tapi dia juga kesal karena kesenangannya tertunda. Dia sakit hati karena ulah suaminya. Namun dia senang saat melihat gadis yang bercumbu dengan suaminya meregang nyawa, setelah menenggak racun racikannya. Ada kepuasan yang dia rasakan saat para gadis itu mati dengan cara perlahan. Namun sekarang kepuasan itu tidak bisa dia rasakan karena gadis itu telah kabur. Mata Damayanti Citra memerah, dia berkata dengan

    Last Updated : 2025-02-12
  • Keris Darah Candramaya   136. Pertolongan Respati

    Respati membeku di tempat setelah membuka pintu, tanaman yang dia pegang jatuh dari tangannya saking terkejutnya. Bagaimana tidak? Ada seorang gadis yang berpenampilan berantakan, pakaiannya koyak dan wajahnya babak belur sedang meringkuk di dalam dapur istana. Dia sebenarnya ingin merebus tanaman obat, tapi yang dia lihat sungguh membuatnya tercengang.Dalam sekejap, rasa terkejutnya berubah menjadi rasa takut. Respati bahkan merasa gemetar, takut dan iba secara bersamaan. Namun dia juga harus waspada, takut jika kelak dia yang akan disalahkan mengenai kondisi gadis tersebut."Pengawal!!" teriak Respati, dia segera berbalik badan berniat meninggalkan tempat itu.Mendengar pria itu berteriak memanggil pengawal membuat Kumala terbelaklak, tubuhnya semakin gemetaran. Rasa takut kini telah memenuhi hatinya.Dalam ketakutan itu, Kumala melakukan satu-satunya hal yang bisa dia lakukan. Gadis itu merangkak lalu menyentuh kaki Respati. Dia langsung bersimpuh di depan pria bernama Respati. Ta

    Last Updated : 2025-02-14
  • Keris Darah Candramaya   137. Angkat Tangan

    "Gadis itu pasti tidak akan bisa keluar dari tempat ini, Romo," ujar Damayanti Citra lirih. Dia merasa ragu sebenarnya karena sampai detik ini para pengawal itu belum datang dan membawa gadis itu di hadapannya."Kamu yakin?" tanya Adi Wijaya dengan sebelah alis terangkat.Tenggorokan Damayanti Citra seketika tercekat, wajahnya kini memucat. Dia tidak bisa berkata apa-apa karena sebenarnya dia juga ragu. Melihah reaksi menantunya, Adi Wijaya berdecis sinis, "Kamu juga ragukan!!"Bulu mata Damayanti Citra terkulai, dia mulai resah, terlihat dari kedua tangannya yang saling meremas kuat. Wanita itu takut rahasianya dan Narendra terbongkar. Dia memang tidak berharap suaminya naik tahta karena perangainya itu yang gila akan wanita. Dia hanya takut jika rahasia yang sudah tersimpan selama 15 tahun terkuak ke halayak ramai. Itu pasti akan berpengaruh pada posisi putranya sebagai Putra Mahkota.Karena ambisi besar Damayanti Citra adalah putranya harus naik tahta dan garis keturunannya lah ya

    Last Updated : 2025-02-18
  • Keris Darah Candramaya   138. Perjamuan Maut

    Seperti ada petir yang menyambar hati Puspita Sari, dia tidak menyangka suaminya akan mengungkit itu semua. Dia pikir selama 15 tahun ini Adi Wijaya telah sepenuhnya ada di kendalinya. Ucapan Adi Wijaya berhasil membungkam mulutnya, bahkan remasan tangannya melonggar dan matanya melebar. Dia tertegun sekarang dan tidak bisa berkata-kata apa-apa lagi.Setiap kali Adi Wijaya ingin menjenguk putri dan istrinya, Puspita Sari selalu melarang. Dia selalu berkata jika kepergiannya akan menarik perhatian dan membuat orang curiga.Walaupun Puspita Sari selalu mengatakannya dengan nada lembut. Tapi larangannya terdengar seperti ancaman.Melihat reaksi Puspita Sari, Adi Wijaya sontak menampik tangan istrinya dengan jijik. Sebelum dia pergi dia mengatakan hal yang membuat istrinya itu hampir pingsan, "Kalau kamu sangat mencintai putramu itu, maka pertaruhkan saja posisimu sebagai permaisuri negeri ini. Dan bela putramu sampai mati. Heh!!""Itu tidak mungkin, Kang mas!" teriak Puspita Sari tidak t

    Last Updated : 2025-02-19
  • Keris Darah Candramaya   139. Burung Merpati Pembawa Pesan

    Pertanyaan itu membuat Damayanti Citra berhenti bersenandung, wajah dinginnya semakin dingin. Tiba-tiba bulir bening jatuh dari sudut matanya namun bibirnya membentuk seringai iblis. Ada pergolakan batin yang wanita itu rasakan, namun lagi dan lagi. Damayanti Citra memilih menjadi monster dengan membunuh hati nuraninya. Suasana hangat di ruangan perjamuan berubah menjadi hening dan mencekam. Saat mereka merasa terancam, mereka langsung berdiri dan ingin segera pergi. Namun mata mereka seketika terbelaklak dan jantung yang seolah di paksa untuk berhenti berdetak. Saat para pengawal setia Damayanti Citra yang berdiri di belakang mereka mengangkat pedang. Dan dengan gerakan cepat pedang yang mengkilap itu menebas tubuh yang ada di depannya. Zrak!! Akkkkhh! Suara jeritan kesakitan mereka menggema memenuhi ruangan perjamuan yang luas. Bruk! Satu persatu tubuh-tubuh itu jatuh bergelimpangan di lantai. Darah mereka menciprat ke segala tempat. Dinding berwarna putih pucat kin

    Last Updated : 2025-02-20
  • Keris Darah Candramaya   140. Rumor

    Bima Reksa menaruh kapaknya, dia berjalan mendekati cucunya yang dalam keadaan menyedihkan. "Kumala ... katakan! Apa yang terjadi?" tanyanya dengan perasaan hancur. Pria tua itu membelai kepala cucunya dengan kasih sayang.Bima Reksa dipenuhi dengan banyak pertanyaan atas hal buruk yang telah di alami cucunya.Lidah Kumala terasa keluh, dia hanya bisa berhambur memeluk tubuh kakeknya dan menangis. Bima Reksa merangkul cucunya untuk masuk ke dalam rumah, "Bibi ... " panggil Bima Reksa.Pelayan rumah itu datang, namun langkahnya terhenti dan tenggorokannya tercekat, "Hah! Raden Kumala?"Kumala terus saja menangis, "Hiks! Aki ... to-long! Pangeran Narendra!"Deg!Jantung Bima Reksa rasanya mau copot, dia menggelengkan kepalanya dan menampik pikiran buruknya. "Nak! Pangeran Narendra tidak memaksamu kan?"Kumala kembali menangis, dia mengangguk. Sorot mata gadis itu terlihat sedih dan putus asa, "Pria itu telah menganiayaku, Aki!" ujar Kumala lirih. Tangisnya pecah dan semakin pilu.Pria

    Last Updated : 2025-02-21
  • Keris Darah Candramaya   141. Rumor itu seperti Bola Api

    "Oh maaf ... Kisanak! Silahkan lanjutkan," ujar pria yang menyela dengan canggung. Kebo Ireng melanjutkan ceritanya dengan wajah yang tegang dan serius, "Untungnya tidak ada korban, kebetulan bukit itu tidak pernah di jamah oleh orang. Jika saja tidak terjadi longsor, pasti jasad-jasad itu tidak akan pernah ditemukan." Seno Aji ikut menimpali, "Jasad-jasad itu dikumpulkan dan kebetulan ada jasad yang masih baru. Jasad gadis itu dalam keadaan tanpa busana, tubuh dan wajahnya penuh memar. Bahkan di area kemaluannya penuh darah. Sepertinya selain dianiaya, gadis itu juga di lecehkan. Karena penasaran kami datang dan melihat proses pemakaman masal itu. Dan mulai detik itu, aku selalu mual saat makan. Benar-benar mengenaskan, aromanya sangat busuk dan menusuk hidung. Hoek!" Seseorang di belakang tubuh Seno Aji memijit lehernya. Seno Aji kali ini benar-benar muntah, semua isi perutnya keluar. Pria itu tampak lemas dan pucat. Pemilik warung dengan sigap menyodorkan minuman, "Ini minum lag

    Last Updated : 2025-02-23
  • Keris Darah Candramaya   142. Pesan Rahasia

    "Ada hal penting, Kang Mas?" tanya Asri Kemuning. Wanita itu merasa khawatir setelah melihat perubahan wajah suaminya. Merasa tidak puas dengan jawaban Ayahnya, Indrayana menggunakan kekuatan Batu Merah Delima yang ada di keningnya. Pesan itu berisi 'Pangeran Narendra telah menganiaya seorang gadis bernama Kumala. Gadis itu sudah berhasil selamat.' Setelah membaca pesan itu, Indrayana cukup kaget. Apa Kumala yang ada di surat itu adalah Kumala yang dia kenal atau orang lain. Entahlah! Tapi yang pasti adalah tugas dari Respati adalah menjadi mata-mata. Indrayana melirik Candramaya, dia membelai wajah dingin istrinya lalu bertanya, "Kamu bosan ya?" Candramaya hanya mengangguk lalu berbisik, "Bawa aku dari sini." Indrayana menyeringai lalu berkata, "Romo ... Ibu ... Aku akan membawa istriku jalan-jalan." "Baiklah ... " ujar Asri Kemuning. "Candramaya izin keluar dulu," ujarnya dengan canggung. Asri Kemuning dan Arya Balaaditya mengangguk. Setelah memastikan putra dan menantunya

    Last Updated : 2025-02-23

Latest chapter

  • Keris Darah Candramaya   166. Arti Dari Kehidupan

    Adhinatha mengerjabkan matanya. Sejak terakhir pemuda itu melukai saudara sepupunya. Tidak pernah Adhinatha menunjukan batang hidungnya ataupun menyapa pada Indrayana. Itu semua karena dia merasa malu. "Lepaskan! Aku juga ingin melakukan penebusan dosa." "Dengan bunuh diri maksudmu!" Ujar Indrayana tanpa melepas cekalannya, sebelah alisnya terangkat. "Ibuku tidak bunuh diri! Begitu pun aku!" ujar Adhinatha dingin. Indrayana melepas cekalannya, sudut bibirnya terangkat, "Nyawa memang harus di bayar dengan nyawa. Hukuman mati memang pantas untuk Ibumu. Tapi kamu tidak!" "Berhenti membuatku malu, Indrayana. Aku telah melukai dirimu dan berniat melenyapkanmu!" ujar Adhinatha dengan nada putus asa. Indrayana menatap lamat ke arah adik sepupunya lalu kembali berkata, "Kalau begitu aku yang berhak menghukummu. Maka hukumanmu adalah dengan menuruti permintaanku!" Pemuda itu melirik ke arah istrinya dengan senyum jahil. Candramaya yang sangat hafal dengan sifat Indrayana hanya bisa menden

  • Keris Darah Candramaya   165. Pati Obong

    Damayanti Citra merenung sepanjang malam, dia meringkuk di atas ranjang dengan perasaan bersalah. Semakin dia mengelak semakin merasa malu. "Aku akan melakukan penebusan dosa!" Gumamnya dengan penuh tekad. Wanita itu melakukan puasa mutih untuk membersihkan diri dan jiwanya dari segala dosa dan kepahitan. Hal sama juga di lakukan oleh Candramaya. Setelah satu pekan masa berkabung, Arya Balaaditya naik tahta menjadi raja pengganti Adi Wijaya. Karena stempel kerajaan ada di tangannya sekarang. Dan Asri Kemuning adalah pewaris yang sah. Namun karena negeri Harsa Loka harus di pimpin oleh laki-laki, maka suaminya-lah yang akan naik tahta. Upacara penobatannya di lakukan dengan hidmat di alun-alun di depan rakyat. Tugas pertama yang harus dilakukan oleh Arya Balaaditya adalah menghukum pelaku teror dan pembunuh Damarjati dan ketiga rekannya. Awalnya semua orang cukup terkejut dengan pakaian yang dikenakan oleh Damayanti Citra, pasalnya dia memakai pakaian yang membuat orang bertanya-t

  • Keris Darah Candramaya   164. Hati seluas Samudra

    Deg!Ucapan putranya telah menghancurkan keyakinan Damayanti Citra. Wanita itu mengerjabkan matanya yang mulai terasa panas. Genangan air mata itu telah tumpah. Kenyataan itu membuatnya sakit. "Narendra ... " gumamnya.Adhinatha mengerjabkan matanya yang mulai memanas, dia merasa sedih dan tidak tega. Pemuda itu berjalan mendekat ke arah sel. Kedua tangannya terangkat dan hendak memasukannya ke dalam celah besi.Damayanti Citra tetap bergeming saat Adhinatha memanggilnya, "Ibu ... kemarilah."Perubahan emosi Damayanti Citra sangat mudah berubah. Tadi dia menangis tersedu-sedu dan sekarang tertawa sinis, "Kenapa hanya aku yang terbakar? Kamu dan wanita sialan itu tidak. Kenapa?" tanyanya dengan nada putus asa."Karena aku telah membuang segala kepahitan dalam hatiku," jawab Adhinatha dengan lirih."Jadi kamu mau bilang kalau hati Ibumu ini penuh dengan kepahitan?" ucapan Damayanti Citra terhenti, wanita itu mengangkat sudut bibirnya lalu kembali tertawa sinis, "Heh! Mereka telah menyu

  • Keris Darah Candramaya   163. Wanita Picik

    Damayanti Citra mendengkus kesal, kedua alisnya semakin menukik tajam. Asri Kemuning memegang jeruji besi dengan kuat, wajahnya yang lembut berubah dingin. Wanita itu mendekatkan wajahnya dan berkata dengan sedikit berteriak, "Aku berpenyakitan! Bahkan setiap detik aku takut mati. Aku takut tidak bisa melihat tumbuh kembang putraku. Sedangkan kamu? Kamu sehat Citra! Kamu sehat dan kamu bisa berada di sisinya setiap waktu. Jika masalah kasih sayang dan dukungan orang tua, kita sama Citra. Kamu tidak mendapatkan kasih sayang Ibumu dan aku Romoku. Hanya bedanya adalah Ibumu telah wafat saat melahirkanmu dan Romoku masih hidup dan terus mengabaikanku."Damayanti Citra juga ikut berteriak karena merasa tertohok. Namun tidak mau mengakuinya, "Tapi suamimu setia! Sedangkan aku tidak!"Asri Kemuning terperangah mendengar jawaban Iparnya lalu menggelengkan kepala. "Kenapa kamu membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain? Setia atau tidaknya seseorang itu pilihan. Bukan takdir atau nasib, Ci

  • Keris Darah Candramaya   162. Mantra Suci

    "Hah!" Candramaya tersadar. Candramaya membuka matanya. Mata merah menyala itu kembali ke semula. "Indrayana ... " panggilnya dengan linglung.Indrayana tertawa lirih, "Kamu kembali!""Apa yang terjadi? Kenapa tanganku menyerangmu?" Candramaya memang tersadar tapi tubuhnya masih dikendalikan oleh sosok hitam Putri Tanjung Kidul. Gadis itu mendongak dan menatap sekitar dengan bingung. Candramaya mencoba mengangkat tangannya ke atas namun yang terjadi justru tangan itu semakin kuat menekan ke bawah. "Gunakan mustika itu, cepattt!!" pekiknya."Tapi aku akan melukaimu!" ujar Indrayana dengan perasaan gamang."Tidak akan!" Karena kedua tangan Indrayana sedang menahan serangan Candramaya. Pemuda itu akhirnya memukul punggung Candramaya dengan menggunakan lututnya dengan cukup keras.Bug!Akkhhh!Tubuh Candramaya oleng, keris itu terlempar cukup jauh. Indrayana mengambil kesempatan itu untuk memegangi kedua tangan Candramaya. Dan membalikkan keadaan dengan menduduki tubuh gadis itu yang ja

  • Keris Darah Candramaya   161. Pertarungan Batin Candramaya

    Arya Balaaditya menahan tubuh Istrinya yang hendak menghampiri putranya. Sedangkan Kumala, gadis itu meringsut di dalam pelukan kakeknya.Di bawah derasnya air hujan dan angin yang bertiup kencang. Indrayana bangun dan terduduk di tanah. Pemuda itu meringis saat melihat ekspresi dingin Candramaya.Candramaya berjalan mendekat sambil menggerak-gerakan kuku-kukunya yang panjang. Wajah datar dan menyeramkan itu menyeringai. Indrayana tidak berniat untuk kabur atau semacamnya. Dia hanya mengatur nafas dan menunggu Candramaya menghampirinya dengan pasrah. "Dewata ... " gumamnya.Tatapan Indrayana tertuju pada Mustika yang dia genggam. "Cik! Lemah," eram Candramaya. Tatapannya begitu liar dan beringas. Mendengar cibiran Candramaya, Indrayana tersenyum getir lalu bergumam, "Aku memang lemah!"Baladewa yang tidak tahan akhirnya hendak menyerang Candramaya namun Indrayana berteriak, "Jangan, Paman! Jangan ikut campur!"Indrayana langsung mengangkat tangannya dan membuat jarak dengan membuat

  • Keris Darah Candramaya   160. Hanya Indrayana Yang Bisa

    Ketiga orang itu akhirnya menajamkan telinganya, Kebo Ireng berkomentar, "Sepertinya ada yang sedang bertarung?""Benar Kakang! Ayo kita periksa!" imbuh Seno Aji.Wismaya memberi saran, "Tunggu! Sebaiknya kiita harus fokus. Kalian cari Pangeran Narendra dan Dewi Puspita Sari saja, sebelum orang itu pergi lebih jauh. Aku dan Aji Suteja yang akan memeriksa siapa yang sedang bertarung itu."Setelah menimbang-nimbang saran Wismaya yang masuk akal, mereka bertiga akhirnya mengangguk dan setuju.Kebo Ireng dan Seno Aji pergi menuju tempat kediaman Puspita Sari dan Narendra. Sedangkan Wismaya dan Aji Suteja pergi ke tempat pertarungan itu.Saat Wismaya dan Aji Suteja ke sumber suara, mereka berdua terperangah saat melihat Candramaya dan Indrayana sedang bahu hantam."Apa yang terjadi?" tanya Aji Suteja dengan wajah yang menegang.Wismaya merasakan kejanggalan pada sosok keponakannya. Tentu sosok berwujud Candramaya itu tidak dia kenal. Jantung Wismaya seketika bergemuruh, wajahnya pucat lalu

  • Keris Darah Candramaya   159. Menunaikan Janji

    Alih-alih patuh, Candramaya justru semakin gila menyerang Danadyaksa yang terlihat kewalahan. Tubuh Danadyaksa penuh dengan sabetan keris.Tanpa pikir panjang, Indrayana masuk dalam pertarungan dan mencoba melerai. Dia bahkan tidak segan memukul pundak Candramaya guna menghentikan aksinya, "Hentikan kataku!"Bug!"Akhhh!!" Candramaya memekik kesakitan."Maaf!" ujar Indrayana. Pemuda itu memeluk tubuh Candramaya dari belakang. Perasaan bersalah muncul di hatinya setelah memukul istrinya. Candramaya menoleh, seringainya tampak mengerikan. Indrayana reflek langsung melerai pelukannya karena terkejut.Danadyaksa yang licik menggunakan kesempatan saat melihat pasangan itu lengah. Namun langkah pria itu terhenti saat Candramaya membuat gerakan yang membuat keris itu melesat dan menebas leher Danadyaksa dengan cepat. Secepat kedipan mata.Swwisss!Zrak!Bug!!Kepala Danadyaksa jatuh ke tanah lalu tubuh gempal itu tersungkur. Tubuh yang terpenggal itu mengejang dan menyemburkan banyak darah.

  • Keris Darah Candramaya   158. Adi Wijaya Wafat

    Prang!!Botol itu jatuh ke lantai dan pecah, namun ternyata hanya botol kosong. Arah mata semua orang kini tertuju pada pecahan botol itu. Narendra merasa terkejut sedangkan Asri Kemuning dan Arya Balaaditya merasa keheranan.Puspita Sari merasa malu sekarang, kedua tangannya saling meremas. Dia menyadari reaksinya menunjukan bahwa dia adalah wanita yang egois. "Kangmas mempermainkanku?!" eram Puspita Sari. Wanita itu mendelik karena merasa dipermainkan."Haha ... Ohok! Ohok!" Adi Wijaya tertawa di sela batuk berdarahnya. Nafasnya terengah dan dadanya mulai sesak. Keringat dingin kini bermunculan di kening pria itu seiring wajahnya yang memucat dan bibirnya yang mulai membiru. Dia menatap istri mudanya dengan tatapan nanar sambil menekan dadanya. Sekarang dia sadar, tidak ada yang benar-benar mencintainya. Tiba-tiba Asri Kemuning menangis, dia berhambur memeluk lengan ayahnya.Sedangkan Narendra dan Puspita Sari yang sudah tahu akhir dari pertarungan ini memilih untuk kabur meningga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status