Selesai sarapan Jemi mengantar calon nona mudanya ke ruang spa yang berada dilantai dua, disana sudah ada seorang terapis wanita yang menunggu kedatangan Zoya. Melihat yang ditunggu sudah datang, terapis itu langsung mengarahkan Zoya untuk melepas pakaian dan menggunakan penutup tubuh yang sudah disiapkan. Setelah berganti pakaian dan tengkurap diatas ranjang terapis mulai menunjukkan keahliannya, namun baru saja di sentuh bagian kaki, Zoya langsung terbahak karena tidak dapat menahan rasa geli. "Hahaha, jangan sentuh kakiku cukup! Aku sudah tidak tahan lagi. Terserah kakak mau pegang yang mana tapi jangan di bagian kaki." terang Zoya yang menghindar saat tangan terapis hendak beralih ke kaki yang satunya."Baik nona." jawab terapis cantik itu dengan sopan.Tidak ingin membuat Zoya kurang nyaman dengan pelayanannya, wanita cantik yang mengenakan seragam coklat dengan logo tempat dia bekerja dibagian sebelah kiri dadanya memutuskan untuk beralih ke punggung Zoya, dan benar saja saat t
Malam itu Zoya tengah berdiri di dekat jendela kamarnya, menatap langit cerah dengan banyak bintang sebagai penerang. Mencoba menatap keindahan di atas sana dengan harapan keraguan segera melebur dalam dirinya."Hanya tinggal besok, hidup baru akan dimulai. Menyandang status sebagai nyonya Danu. Haah.." gadis itu mendesah seraya menyandarkan kepala pada kaca jendela yang tertutup."Zoo.." mendengar suara itu Zoya memutar bola mata malas, tak lama pemilik suara menyembul masuk kamar diikuti Melly di belakangnya."Kalian datang?" menoleh sebentar dan kembali menyandarkan kepala yang terasa lebih berat dari biasanya."Uluh, uluh.. yang menuju ahh sudah gundah gulana. Tenang saja akan aku bagikan tips penangkal sakit. Mau tidak?" kelakar Vina yang berbisik di ujung kalimatnya."Apa maksudmu menuju aahh Vin, penangkal sakit? semua itu apa, aku tidak mengerti." lirih Zoya yang enggan menanggapi ucapan sahabatnya."Aku itu mau menikah, bukan olahraga." lanjutnya malas."Nah itu tau, olahraga
Zoya tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin, dia terus memutar tubuhnya kekiri, kanan, dan sesekali menunjukkan wajah baby eyesnya. Dia yang mengenakan kebaya putih sederhana namun tetap elegan, ditambah make up tipis mampu merubah penampilannya bak putri keraton. "Aku memang cantik, dilihat dari segi manapun tetap cantik, apalagi dengan pakaian seperti ini. Wow." pujinya penuh percaya diri.Zoya kembali berlenggak-lenggok di depan cermin, mencoba berbagai gaya dan pose menganggap jika dirinya tengah berada di depan kamera hingga mengabaikan ketukan pintu yang sudah beberapa kali terdengar. "Ya salam Zo. Yang diluar udah jamuran menunggu, kamu malah asik sendiri disini." ucap Vina yang akhirnya menerobos masuk."Sudah ayo buruan keluar. Kamu ini mau nikah apa fashion show sih?" jengahnya mendapati Zoya masih tidak memperdulikan kehadirannya."Kamu lihat nih, jariku sampai merah karena terlalu lama mengetuk pintu kamarmu, tau!" sungut Vina memasang wajah sedihnya."Lebay! salah
Pesta sederhana itu berakhir hingga tengah malam, banyaknya tamu undangan yang datang membuat Danu juga Lisa terheran-heran. Pasalnya dari semua tamu yang membludak malam itu tidak ada satupun yang mereka undang. Lalu bagaimana mereka bisa tahu jika pewaris Atmadja itu tengah melangsungkan pernikahan?Pandangan ibu dan anak seketika memicing ke arah Tony yang tanpa sengaja juga mengarah pada mereka. Pria itu hanya menunjukkan barisan gigi putihnya saat mendapat tatapan penuh selidik dari atas pelaminan. Dan kini sudah bisa dipastikan jika keramaian itu pasti Tony lah dalangnya.Banyaknya tamu undangan membuat Zoya kelelahan karena terlalu lama berdiri. Sampai akhirnya saat waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Danu menyuruh wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu untuk beristirahat lebih dulu. Merasa mendapat angin segar, Zoya langsung turun dari pelaminan dibantu Melly menuju kamarnya. Ketika acara selesai, Danu gegas kembali ke kamarnya, namun naas ketika sudah berada d
Seminggu berlalu setelah pernikahan, tidak ada yang terjadi pada pasangan pengantin baru itu, dengan segala alasan dan tipu dayanya Zoya selalu berhasil melarikan diri saat Danu hendak meminta haknya. Dan sialnya setelah tiga hari menikah tamu tak di udang Zoya datang diwaktu yang tidak tepat, sehingga membuat Danu selalu uring-uringan.Impian pernikahan bahagia dengan bayangan enak saat malam hari ambyar sudah, yang ada pria berperawakan tinggi tegap itu sering berolahraga tengah malam dan pagi hari demi mengalihkan pikirannya untuk kembali sehat. "Pagi brother, pagi ini kita ada rapa—" kalimat Tony menggantung saat seperti biasa dirinya menerobos masuk ruangan sahabat sekaligus atasannya itu mendapati pemilik ruangan tengah melakukan hal yang membuat dirinya tercengang."Sedang apa kamu, Dan!" seru Tony seraya melangkah cepat mendekati Danu yang tidak menghiraukan kedatangannya."Diamlah, sebutkan saja apa agendaku hari ini." pungkas Danu yang tetap melanjutkan gerakannya. Melihat
"Maaf.. Aku tidak tahu." lirih Danu penuh sesal."Ganti!" tegas Zoya, dengan sorot mata tajam."Iya ya.. Aku akan minta bik Marni membelikannya untukmu.""Tidak mau! bik Marni dan pelayan yang lain sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing," sela Zoya cepat."Kalau begitu aku akan meminta tolong Viba atau Melly saja," ucap Danu, masih terlihat tenang."Mereka tidak ada, sudah berangkat dengan ibu pagi-pagi sekali tadi. Mereka keluar kota hari ini." sungut Zoya."Lalu?" tanya Danu yang merasa tersudut dengan tatapan Zoya, hatinya was-was merasa akan ada sesuatu yang terjadi padanya. "Om beli sendiri, sekarang. Tanpa penolakan!" tegas Zoya penuh penekanan di setiap kalimatnya.JlepTepat sasaran, ternyata apa yang ditakutkan benar-benar terjadi. Dia sendirilah yang harus pergi. Danu ternganga berusaha menyakinkan diri, seraya merutuki kebodohan yang telah dia lakukan.'Sial.. Niat baik berujung petaka ya ini.' Batin Danu melirik sini istri kecilnya yang masih pertahankan panjangan."K
"Apa sih berisik banget, aku belum tuli!" sentak Danu seraya kembali melangkah keluar, dia yang sebelumnya terkejut mendengar suara Zoya melengking tinggi gegas keluar. Khawatir jika terjadi sesuatu pada istri kecilnya itu. Tapi nyatanya?"Ini kenapa pampers orang tua yang om beli?" tunjuknya sambil mengarahkan satu kemasan besar ke hadapan Danu. "Lalu apa bedanya, sama-sama pelindung, kan?" sahut Danu acuh setelah dia berhasil menguasai diri dari keterkejutan."Beda om, ini pampers orang tua, dan lagi ini ukurannya…" ucap Zoya mengantung memotong kalimatnya."Itu sudah kamu cek semua?" selanya cepat seraya menunjuk kantong belanjaan dengan dagu."Kali aja yang kamu cari ada di bagian bawah." menatap sinis Zoya, yang juga mendengus kesal padanya."Awas aja kalau gak ada, resiko balik lagi!" mengancam, namun tak urung tangan berjari lentik itu terulur untuk kembali memeriksa ulang isi kantong plastik berukuran jumbo didepannya. Dan seperkian detik berikutnya, raut wajah Zoya seketika
Danu heran melihat keadaan rumah yang gelap, baik didalam maupun diluar tak ada satupun lampu dinyalakan. Hanya terang dari lampu taman yang terlihat di berbagai titik, karena memang lampu-lampu itu dirancang otomatis menyala saat malam hari. Sultan mah bebas.Jika sebelumnya Danu membuka gerbang sendiri karena tidak mendapati dua penjaga yang biasanya ada standby disana, kini dirinya harus dihadapkan suasana gelap yang mencekam. Buat pria itu berulang kali berdecak kesal. "Kemana Zoya dan semua pelayan? Kenapa rumah dibiarkan gelam begini sih, macam rumah kosong saja," gerutunya saat keluar dari mobil, bahkan Danu harus menggunakan flashlight dari ponselnya agar tidak tersandung sesuatu atau terjatuh mengingat tempat dimana ia menginjakkan kaki sangat gelap."Kalau seperti ini ada maling juga tidak tahu." gerutunya lagi saraya melangkah ke teras rumah. "Astaga! Bahkan pintu saja tidak di kunci. Ceroboh sekali mereka!" Danu terkejut begitu mengetahui pintu tidak terkunci.Setelah ma
Ada banyak pertanyaan di benak Lisa setelah mendengar cerita kedua putrinya kemarin, terselip juga harapan jika sosok tak bertanggung jawab yang sempat ia dengar itu, bukanlah orang yang sama dengan yang pernah menghancurkan kebahagiaannya dulu."Ibu disini rupanya?" Mendengar suara bariton Danu, Lisa yang sebelumnya melamun terhenyak dan segera menoleh ke belakang."Iya nak, ada apa?" "Ibu melamun? Apa ada sesuatu yang mengusik pikiran ibu, hm?" Tanya Danu setelah mendekat, dan mengambil alih selang yang masih teraliri air dari tangan ibunya."Tidak, ibu baik-baik saja. Apalagi yang ibu inginkan, jika Allah saja sudah mengebalikan putri ibu, bahkan sekarang ibu punya tiga putri sekaligus," ujar Lisa yang selalu berhasil menutupi kegundahan hatinya di hadapan Danu ataupun yang lain."Tapi kenapa ibu menyiram hanya satu tanaman, sampai airnya menggenang seperti ini," jelas Danu."Oh astaga! Ibu matikan dulu krannya." Melihat sang ibu buru-buru mematikan kran, Danu hanya menggeleng sama
"Kamu kenapa, bosan?" Walaupun tatapannya fokus ke layar laptop, tapi Danu tahu jika istrinya tidak sesemangat tadi ketika berangkat."Kemarin sebelum Abang berpenampilan seperti ini, bagaimana sikap wanita tadi?" "Ayu, maksudmu?""Ish menyebalkan, kenapa kembali menyebutnya Ayu!""Ya.. Karena memang itu namanya, lalu Abang harus memanggilnya apa? Sekretarisku, begitu?" Meski heran dengan sikap aneh Zoya, namun Danu tetap berusaha menyikapi dengan tenang. Zoya hanya diam tidak lagi menanggapi penjelasan suaminya, ia juga tidak paham kenapa hari itu begitu sensitif. Ada apa sebenarnya dengannya, apa mungkin akan kedatangan tamu bulanan yang membuatnya uring-uringan tidak jelas? Zoya simpan sendiri pertanyaan itu dalam hati, sebab apa yang dirasakan hari itu pertama kali ia rasakan.Bersikap acuh dan mengabaikannya mungkin lebih baik, pikirnya."Abang pikir dengan mengajakmu ke kantor akan lebih baik." Danu akhirnya bangkit dan duduk disamping Zoya."Abang kenapa melarangku ikut ke
"Pagi Pak.. Selamat datang Ibu."Zoya tersenyum canggung begitu hendak memasuki ruangan, mereka disambut sapaan lembut seorang wanita cantik."Terima kasih nyonya," balas Zoya tak kalah rama yang justru disertai anggukan kepala, dan itu sukses menarik perhatian Danu."Kenapa memanggilnya nyonya," tegas Danu melirik wanita yang berdiri kaku di balik meja."Haiiss tidak apa-apa.. Abang lihat! Nyonya ini cantik sekali, pakaiannya juga sangat rapi. Jelas dia bukan wanita sembarangan," bisik Zoya di ujung kalimat seraya terus menatap kagum sosok di depannya. Tanpa ia sadari jika tindakannya itu sukses membuat Danu menghela nafas dalam.'Mau heran, tapi ini istriku.' Batin Danu.'Cantik sekali nyonya ini, sesama perempuan saja aku kagum melihat kecantikannya. Apalagi para pria?' Batin Zoya yang masih menikmati keindahan di depannya, sehingga membuat objek merasa tidak nyaman karena mendapat tatapan kagum dari wanita yang jelas-jelas dia tahu apa statusnya."Ma-maaf Ibu Zoya, anda tidak perlu
"Jadi yang menemukan Melly ibu Mala, Zo?""Iya Vin," jawab Zoya lirih begitu nama wanita yang paling ia rindukan kembali disebut."Bukannya Mala mendiang ibumu sayang?" Lisa menyela ketika teringat nama itu tertulis di akta kelahiran Zoya yang dia baca sebelum hari pernikahan putranya dengan gadis itu."Iya bu," jawab Zoya memaksakan diri untuk tersenyum."Ya Allah, ibu berhutang jasa padanya. Beliau orang baik, semoga surga tempatnya.""Amin," ucap mereka serentak.Zoya kembali tersenyum menyadari tangan Danu merangkul pinggangnya dan menarik pelan sehingga tubuh mereka merapat sempurna. "Terima kasih," lirih Zoya walaupun jika ditanya untuk apa, dia sendiri pun tidak tahu. Hanya saja tidak tahu kenapa mulutnya ingin sekali mengucapkan kalimat itu."Abang yang seharusnya berterima kasih padamu juga ibu mertua sayang," bisik Danu tanpa canggung dan malu sedikitpun langsung menempelkan bibir keduanya."Abang ih, malu tau!" Zoya mendengus seraya mendorong pelan dada Danu agar menjauh.
"Kalian dari mana?" tanya Danu yang baru duduk di sofa kembali bangkit begitu melihat Zoya datang diikuti Vina di belakangnya."Dari kolam bang," jawab Zoya begitu sudah berdiri di hadapan Danu."Terima kasih, karena kamu abang bisa berkumpul lagi dengan Chika." sepertinya kali ini Zoya sudah mulai terbiasa saat Danu tiba-tiba memeluknya, hanya saja dia merasa canggung karena disana masih ada Lisa dan yang lain."I-iya bang.""Mel selamat ya, akhirnya kamu bisa bertemu ibu kandungmu." Vina memilih mendekati Melly dan duduk disampingnya."Makasih ya Vin, ini juga berkat kalian berdua." Tepat seperti yang Zoya katakan, Melly pun melakukan hal yang sama dengan Vina, dia langsung memeluk haru Vina yang awalnya enggan melakukannya lebih dulu."Terima kasih.."Hanya kalimat itu yang bisa Melly ucapkan dibalik punggung Vin, ia merasa kebahagiaan yang tengah dirasa saat itu begitu luar biasa sampai rasanya tidak cukup hanya dengan untaian kalimat."Sama-sama Mel," lirih Vina.Sebagai seorang
Mereka langsung berlari tergopoh menuju dapur, khawatir sesuatu terjadi dengan kedua wanita yang sebelumnya masuk ke tempat itu lebih dulu."Ada apa bu!" seru Danu terengah, namun seketika langkahnya membeku begitu melihat Lisa dan Melly tengah bersimpuh di atas lantai dengan tubuh saling berpelukan."Bu.." panggil Danu setelah dirinya berdiri cukup lama."Dia memang adikmu nak," ucap Lisa di sela tangisnya."Dia memang Chika," sambung Lisa semakin mengeratkan dekapannya pada Melly yang juga ikut terisak. Danu, Zoya juga Vina yang berdiri kaku akhirnya bisa bernafas lega. Melihat Danu mendekati keduanya, Zoya memilih pergi membiarkan keluarga itu meluapkan kerinduan mereka.***"Aku ikut bahagia untuk kebahagiaan Melly, tapi sekarang aku bingung harus memanggil dia apa?" Zoya menoleh dan tersenyum begitu melihat Vina ternyata menyusulnya."Mungkin aku akan tetap memanggilnya Mel-Mel, lidahku sudah terbiasa begitu." "Heem, mungkin aku pun sama.""Gak nyangka ya ternyata sahabat k
Danu langsung merengkuh tubuh bergetar Melly, tanpa mengucap sepatah katapun sebelumnya. Karena rasanya bibir pria itu kaku, dan semua yang ingin diucapkan tertahan di tenggorokan."Ini sungguh nyata? Aku bisa bertemu keluargaku," gumam Melly."Iya sayang, ini abangmu yang sudah seperti orang gila karena gagal menemukanmu sampai selama ini. Maafkan abang." ada rasa yang sulit Danu jelaskan, rasa bahagia juga sesal yang membaur menjadi satu."Hiks hiks…." Melly tidak lagi bisa berkata-kata, ia hanya semakin terisak begitu mengingat ternyata keluarga yang ia cari selama ini telah hidup bersamanya selama beberapa bulan terakhir."Zo.. Ini sungguhan?" rupanya tidak hanya Melly yang terkejut, Vina juga sampai melongo mengetahui kebenarannya yang baru saja di ketahui."Iya Vin, Melly atau Chika memang orang yang sama," jelas Zoya ikut terharu melihat momen mengharukan di depannya."Syukurlah.. Aku ikut bahagia untuk ini," lirih Vina. Sebagai seorang sahabat yang sama-sama dibesarkan tan
"Kenapa aku lihatnya beda," lirih Vina"Akupun merasakan hal yang sama," sahut Melly."Abang," gumam Zoya tidak dapat menutupi keterkejutannya melihat sosok yang kini sudah berdiri tegak di hadapannya dengan kedua tangan berada di dalam saku celana."Abang." ulangnya lagi ingin memastikan jika pria yang tersenyum sejuta watt padanya itu benar-benar suaminya."Maaf membuat kalian lama menunggu." Danu dengan penuh percaya diri berdiri di hadapan ketiga gadis yang masih menatap heran dirinya."Beneran itu om Danu, Mel?" Vina kembali berbisik pada Melly yang juga ikut tertegun melihat perubahan pria yang selalu mereka tertawakan karena penampilannya yang cupu dan terkesan jadul. Tapi kini sudah bertransformasi layaknya aktor bollywood, tampan, gagah, dan berkharisma. Kemana perginya penampilan cupu yang selama ini selalu identik dengan pria itu? Bahkan rambut klimis yang dulu Zoya yakini bisa menjatuhkan seekor lalat pun sirna entah kemana. Sebab yang kini mereka lihat rambut undercut deng
Ketiganya sudah siap dengan outfit masing-masing, dengan gaya sederhana mereka, ketiga gadis itu masih tetap menawan tak terkecuali Zoya. Menjadi istri dari pengusaha muda yang terbilang sukses dan sedang berada dipuncak kejayaan tak lantas membuat dirinya ingin merubah penampilan menjadi lebih glamor. Zoya tetap seperti gadis beberapa bulan yang lalu ketika ia masih menjadi buruh cuci dengan kedua sahabatnya, sederhana dan apa adanya. "Zo, sebenarnya ada apa sih? Sepertinya serius sekali, dan lagi semalam om Danu bener-bener aneh. Apa jangan-jangan dia nggak suka aku ikut tinggal di rumahnya ya?" terlihat jelas kekhawatiran di wajah Melly yang duduk bersisian dengan Zoya di kursi belakang. Kini ketiganya sudah berada di dalam taksi menuju kafe, sebenarnya Danu sudah menyiapkan mobil dan juga supir pribadi. Tapi Zoya bersikeras ingin naik taksi, karena merindukan masa-masa kebersamaan mereka seperti dulu."Iya Zo, aku juga merasakan hal yang sama dengan Mel-mel." Vina yang duduk d