"Kamu dari mana Zo?" "Astaga! kamu mengejutkanku. Aku pikir belum ada yang pulang." Setelah meletakkan tasnya diatas meja, Zoya ikut berbaring di samping Melly."Tumben kamu sudah pulang?" Menoleh ke arah samping. Melly yang sedang tengkurap memainkan gawainya melirik sekilas."Pekerjaanku tidak banyak hari ini, makanya bisa pulang lebih awal. Kamu belum menjawabku tadi, dari mana?" Zoya merubah posisinya sama dengan Melly, setelah menekuk kedua kaki dan menggoyang-goyangkannya ia mulai bercerita. "Ketemuan sama tante Liza dan Om Danu.""Serius?" Zoya mengulum senyum melihat keterkejutan sang sahabat."Iya, kenapa?" "Lalu?" "Apanya?" "Ck, kamu ini, bagaimana pertemuanmu dengan om Danu setelah apa yang terjadi kemarin. Lalu apa tante Liza memaksakan kehendaknya?" Melihat Zoya menggelang yakin–Melly memiringkan tubuhnya dan menatap penuh selidik. "Jangan membuatku penasaran, sekarang ceritakan semua tanpa ada yang kamu skip." "Aku dan tante Liza belum sempat mengobrol tadi. Sement
Ternyata memang benar, manusia hanya bisa berencana, dan tuhan yang maha menentukan segalanya. Setelah tidak pernah lagi ada kabar beritanya, Zoya dan kedua sahabatnya menganggap bahwa Liza melupakan lamaran dadakannya satu bulan lalu, tapi ternyata? Tanpa disangka-sangka wanita itu tiba-tiba muncul di momen yang sangat tepat."Sayang, kalian akan pindah ke rumah ibu hari ini juga." Sontak, Zoya menegang, matanya berkedip ragu."Ke–kenapa me-mendadak, tan?" Setelah keheningan sesaat, Zoya mulai bisa bersuara. Sungguh, gadis itu merasa terkejut sekaligus heran kenapa wanita itu muncul dengan kejutan tak terduga. Tiba-tiba memintanya pindah tanpa ada pemberitahuan lebih dulu. Jantung? masih amankah di tempatnya?Siang itu, Zoya yang merasa kurang enak badan, memilih tinggal di kamar kos menunggu kedua sahabatnya kembali. Dan untungnya, mereka bertiga off dari kesibukan masih-masih, sehingga ia bisa beristirahat, sementara kedua sahabatnya tengah keluar mencari makan. Tapi, baru juga he
"Ya Tuhan .. ini rumah atau istana? besar sekali."Vina langsung terperangah begitu keluar dari mobil diikuti Zoya, beserta Melly. Pandangan pertama yang tersuguh di depan mata mereka adalah kemewahan hunian Atmadja."Ini baru luarnya loh bestie, kita belum lihat kedalam." Vina mengangguk, begitu juga Melly. Mereka seolah setuju dengan pendapat Zoya."Lihat guys. Luas halamannya saja setara lapangan bola, luar biasa .. tante Liza memang the real sultan," saut Melly yang mendekat dan berdiri di antara kedua sahabatnya."Mereka memang bukan orang biasa, kita saja yang terlambat menyadarinya." Vina kembali menimpali dengan pandangan masih lurus ke depan."Entahlah .. yang pasti, sekarang kepalaku tidak sakit lagi setelah melihat rumah ini," celetuk Zoya seraya memutar pandangan segala arah."Itu karena obat yang kamu minum Oneng, plis deh. Jangan norak," dengus Melly yang hanya disambut kekehan oleh Zoya."Ayu kita masuk." Liza yang sebelumnya kembali menghubungi seseorang, langsung memu
Hari itu, siang menjelang sore, menjadi momen menegangkan sekaligus mendebarkan bagi seorang Danu. Pasalnya, saat pria itu baru kembali dari Singapura—berniat langsung menuju kamar, langkahnya terhenti tepat di depan kamar yang biasanya tertutup. Kini pintunya terbuka lebar. Siapakah penghuninya?Penasaran, Danu memutuskan masuk untuk memeriksa. Mungkin saja penghuninya makhluk tak kasat mata. Jika benar begitu, ia harus memanggil Pak Ustadz yang bisa mengusir makhluk itu pergi.Akan tetapi, baru juga menginjakkan kaki diambang pintu, Danu justru tercengang. Pemandangan di depannya sungguh sayang dilewatkan, tapi juga berakibat fatal jika memutuskan tetap bertahan. Benar-benar pilihan yang sulit."Oh sial, kenapa kau bangun disaat yang tidak tepat?" gumamnya kesal.Meski wajah pemilik gerakan erotis itu tidak terlihat jelas. Namun, mampu melemahkan pertahanan siapapun yang melihatnya, termasuk Danu. Dibalik penampilan pria itu yang jadul, syukurnya Danu tetap berada dijalan yang benar
Menjelang makan malam, para wanita sudah duduk manis seraya menunggu satu-satunya pria yang belum menampakkan batang hidungnya. Ketiga gadis yang masih canggung itu merasa heran begitu melihat banyaknya hidangan yang tersaji rapi diatas meja, namun mereka enggan bertanya langsung kepada Lisa mengingat betapa antusiasnya wanita itu dalam menyiapkan segalanya."Makanan sebanyak ini untuk apa?" Zoya bertanya lewat sorot matanya kepada Vina yang juga menatap dirinya."Entahlah.. aku juga tidak tahu. Mungkin akan ada acara." Vina juga menjawab lewat tatapannya."Kapan bisa dimulai, aku sudah sangat lapar ini." Zoya menunjukkan wajah memelas, yang di balas Vina dengan mengusap dadanya sendiri.Kedua gadis itu masih terus berkomunikasi lewat cara mereka, mengabaikan Melly si ratu kepo yang duduk disamping Vina. Melly terus memperhatikan kedua sahabatnya dengan tatapan heran, sampai akhirnya…"Ehem, ehem." sengaja gadis itu berdehem untuk menarik perhatian Zoya maupun Vina."Ehem.." namun suda
Cukup lama Danu duduk tercenung di ruangan itu yang dulu merupakan ruang kerja sang ayah, tempat dimana banyak kenangan bersama almarhum sebelum peristiwa dua puluh dua tahun lalu terjadi. Peristiwa naas yang mengharuskan dirinya kehilangan figur ayah di usia remaja. Disaat dirinya terus menatap foto sang ayah, tanpa sadar, terkadang sudut bibir Danu tertarik ke atas begitu mengingat kenangan indah bersama pria yang selama ini selalu dia jadikan tauladan. "Danu akan berusaha membuat ibu bahagia yah, meskipun pada akhirnya Danu harus menikahi gadis itu. Danu terima dengan ikhlas, asal bisa melihat senyum bahagia ibu sepanjang waktu. Apapun itu, pasti akan Danu lakukan. Sudah cukup ibu menderita selama ini." Lirihnya seraya menghela nafas panjang."Harapan Danu hanya satu, ingin tau keberadaan Chika saat ini dimana. Karena setelah hari itu, Danu sudah berusaha keras mencarinya dengan meminta bantuan semua pihak. Namun, hingga detik ini tidak pernah sekalipun ada kejelasan tentang baga
"Pakai ponsel aku aja." ucap Vina seraya merogoh ponsel miliknya.Vina menghidupkan dan menyambungkan bluetooth di speaker aktif, lalu memilih lagu yang akan diputar."Eh-eh-eh bang jonoKenapa kau tak pulang-pulang?Pamit pergi cari uangTapi kini malah menghilang" Awalnya Zoya masih enggan untuk berdiri, namun begitu lagu mulai dilantunkan, gadis itu langsung berjingkrak bangun dan memulai aksinya. Kini tanpa ragu lagi Zoya langsung menggerakkan tubuh dengan semua gaya yang dia bisa, mengabaikan wajah juga rambutnya yang dipenuhi bedak. "Ayo guys.. ramaikan!" teriak Zoya seraya menarik tangan kedua sahabatnya untuk ikut menggila bersama dirinya."Tariikk sis.." seru Melly mulai mengangkat kedua tangan ke atas kepala."Semongko.." saut Vina dan langsung memposisikan tubuhnya sedikit membungkuk, lalu sedetik kemudian gadis itu memutar kepala hingga rambut panjangnya ikut berputar-putar.Aksi ketiga gadis itu sukses membuat Lisa menitikan air mata, bukan karena kesedihan, melainkan t
Saat pagi hari Danu hendak terbangun, pria itu heran ketika merasa sebelah kakinya berat hingga sulit digerakkan. Dia berusaha membuka mata perlahan serta mengerjapkan beberapa kali guna memperjelas pandangan. Merasa penasaran, Danu mengangkat sedikit kepala lalu menunduk untuk memeriksa apa yang ada di atas kakinya, dan betapa terkejutnya pria itu begitu tahu apa yang menimpa setengah tubuhnya."Zoya!" pekiknya dengan mulut menganga dan kedua mata terbelalak seolah akan lepas dari cangkangnya."Ya tuhan.. kesialan apalagi ini? kenapa kau menyentuhnya!" Danu menggeram kesal seraya menatap sendu tangan Zoya yang bertengger manis tepat di atas pusakanya."Malang sekali nasibmu sob, pantas saja rasanya sesak." gumamnya ngilu begitu sesuatu yang menjadi andalannya tidak bisa bergerak bebas. "Hei, bangun!" sentak Danu berusaha mengguncang bahu gadis itu agar terbangun."Hmmm.. berisik banget sih kamu Vin." gumam Zoya tanpa membuka mata.Danu yang dipanggil Vin semakin geram, lantaran dirin