Zoya ragu saat melangkahkan kaki masuk kedalam kamar Lisa, walaupun dia tau tujuan awal wanita itu memboyong dirinya juga kedua sahabatnya tinggal di istana Atmadja, tidak lain ingin mendekatkan dia dengan Danu. Namun entah mengapa begitu mendengar kata 'menikah' dari mulut Lisa langsung, timbul rasa insecure dalam dirinya, hingga keyakinan untuk bersanding dengan seorang Danu semakin jauh di awang. "Haah.. Aku sudah tidak bisa lagi mengelak." desahnya seraya berjalan dengan malas menuju pintu yang tinggal beberapa langkah lagi."Pagi tan." seru Zoya disertai senyum canggung saat dirinya berdiri diambang pintu."Sayang, sini masuk nak." jawab Lisa begitu melihat kehadiran orang yang sudah dia nantikan.Mendapat sambutan baik Lisa meskipun raut wajahnya tidak sehangat biasanya, Zoya memberanikan diri melangkah ke dalam."Duduk sayang." "Iya tan." ucapnya seraya melirik sinis sosok yang masih duduk memenuhi sofa berukuran lebih panjang.Dikamar Lisa terdapat dua sofa yang berjarak cuku
Zoya berjalan malas saat kembali ke kamarnya, lenyap sudah rasa lapar yang sebelumnya gadis itu rasakan, mengingat jika hari pernikahannya hanya tinggal lusa. Setelah drama menguras air mata berakhir, Lisa langsung mengutarakan niatnya jika hari pernikahan mereka hanya dua hari lagi. Meski ingin mengusulkan niatnya, namun Zoya merasa percuma hingga akhirnya hanya bisa pasrah mengikuti keinginan wanita itu.Lalu bagaimana tanggapan Danu?Pria itu hanya diam, tidak menolak ataupun mengiyakan ucapan ibunya. Kehadirannya tak hanya seperti makhluk tak kasat mata.'Dasar mental kerupuk gampang melempem!' Zoya sempat memberi kode agar Danu bicara, tapi semua tidak dipedulikan, dia tetap diam memilih menjadi pendengar setia. Zoya hanya ingin Danu membuktikan ucapannya yang ingin menolak pernikahan mereka, namun nyatanya? Mengingat itu, Zoya yang sudah duduk ditepi ranjang menghela nafas sebelum akhirnya menghempaskan kasar tubuhnya diatas kasur yang empuk. Gadis itu mencoba memejamkan mata g
Selesai sarapan Jemi mengantar calon nona mudanya ke ruang spa yang berada dilantai dua, disana sudah ada seorang terapis wanita yang menunggu kedatangan Zoya. Melihat yang ditunggu sudah datang, terapis itu langsung mengarahkan Zoya untuk melepas pakaian dan menggunakan penutup tubuh yang sudah disiapkan. Setelah berganti pakaian dan tengkurap diatas ranjang terapis mulai menunjukkan keahliannya, namun baru saja di sentuh bagian kaki, Zoya langsung terbahak karena tidak dapat menahan rasa geli. "Hahaha, jangan sentuh kakiku cukup! Aku sudah tidak tahan lagi. Terserah kakak mau pegang yang mana tapi jangan di bagian kaki." terang Zoya yang menghindar saat tangan terapis hendak beralih ke kaki yang satunya."Baik nona." jawab terapis cantik itu dengan sopan.Tidak ingin membuat Zoya kurang nyaman dengan pelayanannya, wanita cantik yang mengenakan seragam coklat dengan logo tempat dia bekerja dibagian sebelah kiri dadanya memutuskan untuk beralih ke punggung Zoya, dan benar saja saat t
Malam itu Zoya tengah berdiri di dekat jendela kamarnya, menatap langit cerah dengan banyak bintang sebagai penerang. Mencoba menatap keindahan di atas sana dengan harapan keraguan segera melebur dalam dirinya."Hanya tinggal besok, hidup baru akan dimulai. Menyandang status sebagai nyonya Danu. Haah.." gadis itu mendesah seraya menyandarkan kepala pada kaca jendela yang tertutup."Zoo.." mendengar suara itu Zoya memutar bola mata malas, tak lama pemilik suara menyembul masuk kamar diikuti Melly di belakangnya."Kalian datang?" menoleh sebentar dan kembali menyandarkan kepala yang terasa lebih berat dari biasanya."Uluh, uluh.. yang menuju ahh sudah gundah gulana. Tenang saja akan aku bagikan tips penangkal sakit. Mau tidak?" kelakar Vina yang berbisik di ujung kalimatnya."Apa maksudmu menuju aahh Vin, penangkal sakit? semua itu apa, aku tidak mengerti." lirih Zoya yang enggan menanggapi ucapan sahabatnya."Aku itu mau menikah, bukan olahraga." lanjutnya malas."Nah itu tau, olahraga
Zoya tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin, dia terus memutar tubuhnya kekiri, kanan, dan sesekali menunjukkan wajah baby eyesnya. Dia yang mengenakan kebaya putih sederhana namun tetap elegan, ditambah make up tipis mampu merubah penampilannya bak putri keraton. "Aku memang cantik, dilihat dari segi manapun tetap cantik, apalagi dengan pakaian seperti ini. Wow." pujinya penuh percaya diri.Zoya kembali berlenggak-lenggok di depan cermin, mencoba berbagai gaya dan pose menganggap jika dirinya tengah berada di depan kamera hingga mengabaikan ketukan pintu yang sudah beberapa kali terdengar. "Ya salam Zo. Yang diluar udah jamuran menunggu, kamu malah asik sendiri disini." ucap Vina yang akhirnya menerobos masuk."Sudah ayo buruan keluar. Kamu ini mau nikah apa fashion show sih?" jengahnya mendapati Zoya masih tidak memperdulikan kehadirannya."Kamu lihat nih, jariku sampai merah karena terlalu lama mengetuk pintu kamarmu, tau!" sungut Vina memasang wajah sedihnya."Lebay! salah
Pesta sederhana itu berakhir hingga tengah malam, banyaknya tamu undangan yang datang membuat Danu juga Lisa terheran-heran. Pasalnya dari semua tamu yang membludak malam itu tidak ada satupun yang mereka undang. Lalu bagaimana mereka bisa tahu jika pewaris Atmadja itu tengah melangsungkan pernikahan?Pandangan ibu dan anak seketika memicing ke arah Tony yang tanpa sengaja juga mengarah pada mereka. Pria itu hanya menunjukkan barisan gigi putihnya saat mendapat tatapan penuh selidik dari atas pelaminan. Dan kini sudah bisa dipastikan jika keramaian itu pasti Tony lah dalangnya.Banyaknya tamu undangan membuat Zoya kelelahan karena terlalu lama berdiri. Sampai akhirnya saat waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Danu menyuruh wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu untuk beristirahat lebih dulu. Merasa mendapat angin segar, Zoya langsung turun dari pelaminan dibantu Melly menuju kamarnya. Ketika acara selesai, Danu gegas kembali ke kamarnya, namun naas ketika sudah berada d
Seminggu berlalu setelah pernikahan, tidak ada yang terjadi pada pasangan pengantin baru itu, dengan segala alasan dan tipu dayanya Zoya selalu berhasil melarikan diri saat Danu hendak meminta haknya. Dan sialnya setelah tiga hari menikah tamu tak di udang Zoya datang diwaktu yang tidak tepat, sehingga membuat Danu selalu uring-uringan.Impian pernikahan bahagia dengan bayangan enak saat malam hari ambyar sudah, yang ada pria berperawakan tinggi tegap itu sering berolahraga tengah malam dan pagi hari demi mengalihkan pikirannya untuk kembali sehat. "Pagi brother, pagi ini kita ada rapa—" kalimat Tony menggantung saat seperti biasa dirinya menerobos masuk ruangan sahabat sekaligus atasannya itu mendapati pemilik ruangan tengah melakukan hal yang membuat dirinya tercengang."Sedang apa kamu, Dan!" seru Tony seraya melangkah cepat mendekati Danu yang tidak menghiraukan kedatangannya."Diamlah, sebutkan saja apa agendaku hari ini." pungkas Danu yang tetap melanjutkan gerakannya. Melihat
"Maaf.. Aku tidak tahu." lirih Danu penuh sesal."Ganti!" tegas Zoya, dengan sorot mata tajam."Iya ya.. Aku akan minta bik Marni membelikannya untukmu.""Tidak mau! bik Marni dan pelayan yang lain sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing," sela Zoya cepat."Kalau begitu aku akan meminta tolong Viba atau Melly saja," ucap Danu, masih terlihat tenang."Mereka tidak ada, sudah berangkat dengan ibu pagi-pagi sekali tadi. Mereka keluar kota hari ini." sungut Zoya."Lalu?" tanya Danu yang merasa tersudut dengan tatapan Zoya, hatinya was-was merasa akan ada sesuatu yang terjadi padanya. "Om beli sendiri, sekarang. Tanpa penolakan!" tegas Zoya penuh penekanan di setiap kalimatnya.JlepTepat sasaran, ternyata apa yang ditakutkan benar-benar terjadi. Dia sendirilah yang harus pergi. Danu ternganga berusaha menyakinkan diri, seraya merutuki kebodohan yang telah dia lakukan.'Sial.. Niat baik berujung petaka ya ini.' Batin Danu melirik sini istri kecilnya yang masih pertahankan panjangan."K