"Ya Tuhan .. ini rumah atau istana? besar sekali."Vina langsung terperangah begitu keluar dari mobil diikuti Zoya, beserta Melly. Pandangan pertama yang tersuguh di depan mata mereka adalah kemewahan hunian Atmadja."Ini baru luarnya loh bestie, kita belum lihat kedalam." Vina mengangguk, begitu juga Melly. Mereka seolah setuju dengan pendapat Zoya."Lihat guys. Luas halamannya saja setara lapangan bola, luar biasa .. tante Liza memang the real sultan," saut Melly yang mendekat dan berdiri di antara kedua sahabatnya."Mereka memang bukan orang biasa, kita saja yang terlambat menyadarinya." Vina kembali menimpali dengan pandangan masih lurus ke depan."Entahlah .. yang pasti, sekarang kepalaku tidak sakit lagi setelah melihat rumah ini," celetuk Zoya seraya memutar pandangan segala arah."Itu karena obat yang kamu minum Oneng, plis deh. Jangan norak," dengus Melly yang hanya disambut kekehan oleh Zoya."Ayu kita masuk." Liza yang sebelumnya kembali menghubungi seseorang, langsung memu
Hari itu, siang menjelang sore, menjadi momen menegangkan sekaligus mendebarkan bagi seorang Danu. Pasalnya, saat pria itu baru kembali dari Singapura—berniat langsung menuju kamar, langkahnya terhenti tepat di depan kamar yang biasanya tertutup. Kini pintunya terbuka lebar. Siapakah penghuninya?Penasaran, Danu memutuskan masuk untuk memeriksa. Mungkin saja penghuninya makhluk tak kasat mata. Jika benar begitu, ia harus memanggil Pak Ustadz yang bisa mengusir makhluk itu pergi.Akan tetapi, baru juga menginjakkan kaki diambang pintu, Danu justru tercengang. Pemandangan di depannya sungguh sayang dilewatkan, tapi juga berakibat fatal jika memutuskan tetap bertahan. Benar-benar pilihan yang sulit."Oh sial, kenapa kau bangun disaat yang tidak tepat?" gumamnya kesal.Meski wajah pemilik gerakan erotis itu tidak terlihat jelas. Namun, mampu melemahkan pertahanan siapapun yang melihatnya, termasuk Danu. Dibalik penampilan pria itu yang jadul, syukurnya Danu tetap berada dijalan yang benar
Menjelang makan malam, para wanita sudah duduk manis seraya menunggu satu-satunya pria yang belum menampakkan batang hidungnya. Ketiga gadis yang masih canggung itu merasa heran begitu melihat banyaknya hidangan yang tersaji rapi diatas meja, namun mereka enggan bertanya langsung kepada Lisa mengingat betapa antusiasnya wanita itu dalam menyiapkan segalanya."Makanan sebanyak ini untuk apa?" Zoya bertanya lewat sorot matanya kepada Vina yang juga menatap dirinya."Entahlah.. aku juga tidak tahu. Mungkin akan ada acara." Vina juga menjawab lewat tatapannya."Kapan bisa dimulai, aku sudah sangat lapar ini." Zoya menunjukkan wajah memelas, yang di balas Vina dengan mengusap dadanya sendiri.Kedua gadis itu masih terus berkomunikasi lewat cara mereka, mengabaikan Melly si ratu kepo yang duduk disamping Vina. Melly terus memperhatikan kedua sahabatnya dengan tatapan heran, sampai akhirnya…"Ehem, ehem." sengaja gadis itu berdehem untuk menarik perhatian Zoya maupun Vina."Ehem.." namun suda
Cukup lama Danu duduk tercenung di ruangan itu yang dulu merupakan ruang kerja sang ayah, tempat dimana banyak kenangan bersama almarhum sebelum peristiwa dua puluh dua tahun lalu terjadi. Peristiwa naas yang mengharuskan dirinya kehilangan figur ayah di usia remaja. Disaat dirinya terus menatap foto sang ayah, tanpa sadar, terkadang sudut bibir Danu tertarik ke atas begitu mengingat kenangan indah bersama pria yang selama ini selalu dia jadikan tauladan. "Danu akan berusaha membuat ibu bahagia yah, meskipun pada akhirnya Danu harus menikahi gadis itu. Danu terima dengan ikhlas, asal bisa melihat senyum bahagia ibu sepanjang waktu. Apapun itu, pasti akan Danu lakukan. Sudah cukup ibu menderita selama ini." Lirihnya seraya menghela nafas panjang."Harapan Danu hanya satu, ingin tau keberadaan Chika saat ini dimana. Karena setelah hari itu, Danu sudah berusaha keras mencarinya dengan meminta bantuan semua pihak. Namun, hingga detik ini tidak pernah sekalipun ada kejelasan tentang baga
"Pakai ponsel aku aja." ucap Vina seraya merogoh ponsel miliknya.Vina menghidupkan dan menyambungkan bluetooth di speaker aktif, lalu memilih lagu yang akan diputar."Eh-eh-eh bang jonoKenapa kau tak pulang-pulang?Pamit pergi cari uangTapi kini malah menghilang" Awalnya Zoya masih enggan untuk berdiri, namun begitu lagu mulai dilantunkan, gadis itu langsung berjingkrak bangun dan memulai aksinya. Kini tanpa ragu lagi Zoya langsung menggerakkan tubuh dengan semua gaya yang dia bisa, mengabaikan wajah juga rambutnya yang dipenuhi bedak. "Ayo guys.. ramaikan!" teriak Zoya seraya menarik tangan kedua sahabatnya untuk ikut menggila bersama dirinya."Tariikk sis.." seru Melly mulai mengangkat kedua tangan ke atas kepala."Semongko.." saut Vina dan langsung memposisikan tubuhnya sedikit membungkuk, lalu sedetik kemudian gadis itu memutar kepala hingga rambut panjangnya ikut berputar-putar.Aksi ketiga gadis itu sukses membuat Lisa menitikan air mata, bukan karena kesedihan, melainkan t
Saat pagi hari Danu hendak terbangun, pria itu heran ketika merasa sebelah kakinya berat hingga sulit digerakkan. Dia berusaha membuka mata perlahan serta mengerjapkan beberapa kali guna memperjelas pandangan. Merasa penasaran, Danu mengangkat sedikit kepala lalu menunduk untuk memeriksa apa yang ada di atas kakinya, dan betapa terkejutnya pria itu begitu tahu apa yang menimpa setengah tubuhnya."Zoya!" pekiknya dengan mulut menganga dan kedua mata terbelalak seolah akan lepas dari cangkangnya."Ya tuhan.. kesialan apalagi ini? kenapa kau menyentuhnya!" Danu menggeram kesal seraya menatap sendu tangan Zoya yang bertengger manis tepat di atas pusakanya."Malang sekali nasibmu sob, pantas saja rasanya sesak." gumamnya ngilu begitu sesuatu yang menjadi andalannya tidak bisa bergerak bebas. "Hei, bangun!" sentak Danu berusaha mengguncang bahu gadis itu agar terbangun."Hmmm.. berisik banget sih kamu Vin." gumam Zoya tanpa membuka mata.Danu yang dipanggil Vin semakin geram, lantaran dirin
Zoya ragu saat melangkahkan kaki masuk kedalam kamar Lisa, walaupun dia tau tujuan awal wanita itu memboyong dirinya juga kedua sahabatnya tinggal di istana Atmadja, tidak lain ingin mendekatkan dia dengan Danu. Namun entah mengapa begitu mendengar kata 'menikah' dari mulut Lisa langsung, timbul rasa insecure dalam dirinya, hingga keyakinan untuk bersanding dengan seorang Danu semakin jauh di awang. "Haah.. Aku sudah tidak bisa lagi mengelak." desahnya seraya berjalan dengan malas menuju pintu yang tinggal beberapa langkah lagi."Pagi tan." seru Zoya disertai senyum canggung saat dirinya berdiri diambang pintu."Sayang, sini masuk nak." jawab Lisa begitu melihat kehadiran orang yang sudah dia nantikan.Mendapat sambutan baik Lisa meskipun raut wajahnya tidak sehangat biasanya, Zoya memberanikan diri melangkah ke dalam."Duduk sayang." "Iya tan." ucapnya seraya melirik sinis sosok yang masih duduk memenuhi sofa berukuran lebih panjang.Dikamar Lisa terdapat dua sofa yang berjarak cuku
Zoya berjalan malas saat kembali ke kamarnya, lenyap sudah rasa lapar yang sebelumnya gadis itu rasakan, mengingat jika hari pernikahannya hanya tinggal lusa. Setelah drama menguras air mata berakhir, Lisa langsung mengutarakan niatnya jika hari pernikahan mereka hanya dua hari lagi. Meski ingin mengusulkan niatnya, namun Zoya merasa percuma hingga akhirnya hanya bisa pasrah mengikuti keinginan wanita itu.Lalu bagaimana tanggapan Danu?Pria itu hanya diam, tidak menolak ataupun mengiyakan ucapan ibunya. Kehadirannya tak hanya seperti makhluk tak kasat mata.'Dasar mental kerupuk gampang melempem!' Zoya sempat memberi kode agar Danu bicara, tapi semua tidak dipedulikan, dia tetap diam memilih menjadi pendengar setia. Zoya hanya ingin Danu membuktikan ucapannya yang ingin menolak pernikahan mereka, namun nyatanya? Mengingat itu, Zoya yang sudah duduk ditepi ranjang menghela nafas sebelum akhirnya menghempaskan kasar tubuhnya diatas kasur yang empuk. Gadis itu mencoba memejamkan mata g