Audry menarik mundur langkahnya ke belakang. Ia bersikap lebih waspada dari sebelumnya.Sementara seseorang yang baru saja keluar dari mobil mengunci Audry dengan tatapannya. Semakin Audry menghindar tatapannya semakin lekat. "Sedang apa di sini, Sayang?"Audry membuang muka, berpaling dari laki-laki tinggi tegap yang saat ini sedang berdiri tepat di hadapannya."Sebentar. Apa kamu ingin menemui anak kita? Aku tidak sengaja lewat di sini dan kebetulan melihatmu makanya aku berhenti. Tidak masalah kalau kamu ingin bertemu Tania, aku mengizinkannya."Jeff yang terdengar ramah dan bersahabat membuat Audry mengembalikan pandangan ke arah laki-laki itu.Jeff melengkungkan bibir, menguatkan pernyataannya barusan."Aku boleh bertemu dengan Tania?""Tentu saja, dia kan juga anakmu. Dia anak kita berdua."Audry menyipit sambil menatap dengan lekat pria yang hingga saat ini masih resmi berstatus sebagai suaminya. Apa Jeff benar-benar bisa dipercaya? "Sayang, aku tahu kejadian kemarin membuatm
"Dyp, ini beneran kamu yang ngomong? Ini datang dari hati yang paling dalam?" Audry tidak percaya jika Dypta mengucapkannya dengan penuh kesadaran."Aku udah nggak punya solusi. Aku udah coba tapi yang ada hanya jalan buntu.""Sebuntu apa pun tapi kembali pada Jeff bukan pilihan yang tepat, Dyp. Kamu sendiri yang bilang kalau dia berbahaya. Dia rajanya para setan, tuhannya para iblis. Apa kamu lupa itu, Dyp? Kamu kok oleng gini sih?""Maaf, Yang, aku lagi nggak bisa mikir jernih." Dypta mengusap mukanya seakan dengan begitu bisa menghilangkan semua kesemrawutan.Dypta sudah mencoba tapi tidak seorang pun bersedia membantu. Kalau pun ada yang terketuk hatinya, itu pun hanya sebatas simpati karena mereka juga memiliki keterbatasan.Tadi Ello juga mengabari Dypta. Ello bilang di perusahaan orang tua kekasihnya sedang tidak membuka lowongan kerja. Mereka juga tidak kekurangan karyawan."Sorry banget ya, Dyp. Ntar kalo ada gue bakal kabari lo lagi." Itu kata Ello sebelum menyudahi percakap
Dypta membawa Audry keluar dari ruangan NICU agar mereka leluasa berbicara.Audry menyentak tangannya dari Dypta. Ia menunjukkan sikap denial agar Dypta tahu bahwa Audry tidak menyetujui rencana laki-laki itu.Dypta hanya memandang pada Audry dengan sorot teduh yang khas. "Aku tahu kamu marah. Sekarang aku akan ceritakan semuanya agar kamu mengerti."Audry bersedekap menanti apa yang akan Dypta sampaikan. Caranya menatap laki-laki itu sudah berubah. Tidak ada lagi sorot mata lembut penuh cinta. Semuanya berganti dengan rasa kecewa yang begitu dalam."Kemarin sebelum pulang kerja aku ketemu dengan Audi di resto. Dia cukup sering datang ke sana, lebih tepatnya sejak dia tahu aku kerja di sana. Dulu waktu kamu ditahan dia pernah nawarin bantuan buat ngebebasin kamu dengan syarat aku harus menikahi dia. Aku menolak karena yakin masih ada cara lain agar kamu bebas dari semua tuduhan. Dan kemarin dia menawarkan lagi bantuan buat kita. Dia tahu keadaan Rogen. Dia tahu saat ini kita sedang
Masih berdiri di sisi pintu, Dypta mengeluarkan sesuatu dari balik jaket. Ia kemudian memberikan pada Jeff."Apa ini?" tanya Jeff."Om buka aja dulu."Jeff kemudian membuka amplop coklat seukuran kertas HVS yang diberikan Dypta padanya. Ada selembar kertas di dalam amplop itu."Surat perjanjian?" Jeff memandangi Dypta setelah membaca tulisan di kertas tersebut."Benar, Om. Itu isinya adalah surat perjanjian. Aku akan berikan Tante Audry dengan syarat Om menandatangani surat itu.""Jadi kamu tidak percaya padaku?""Aku hanya ingin menjamin keselamatan Tante Audry dan anakku saat tinggal bersama Om. Itu saja.""Ck ck ck! Tapi kenapa harus melibatkan pengacaraku segala?" Jeff terkekeh sambil geleng-geleng kepala."Agar surat ini sah, legal dan berkekuatan hukum. Aku nggak main-main dalam hal ini, Om.""Baik, akan kutelepon pengacaraku dulu."Dypta dan Audry kemudian masuk ke rumah lalu duduk di ruang tamu sedangkan Jeff menelepon pengacaranya. Tak lama kemudian, sang kuasa hukum pun data
Operasi terhadap baby Rogen sudah berlangsung sejak beberapa saat yang lalu. Audry, Dypta dan Jeff menanti dengan perasaan khawatir. Namun yang paling cemas di antara ketiganya adalah Audry. Bagaimana jika operasi tersebut berujung dengan kegagalan? Tidak hanya akan kehilangan Rogen namun ia juga kehilangan Dypta lantaran laki-laki itu sudah terlanjur mengembalikannya pada Jeff.Jeff menepuk pundak Dypta dari belakang. ”Kamu pergi saja dulu, biar aku dan Audry yang di sini.”“Aku juga ingin tahu keadaannya, Om.” Dypta menolak dan memilih bertahan di tempat itu. Ia akan menunggu hingga proses operasi Rogen selesai.“Bukannya kamu harus kerja? Kasihan piring kotormu sudah menunggu.” Jeff tersenyum mengejek.Jika saja Dypta tidak membutuhkan bantuan dari laki-laki itu maka detik ini juga akan mendaratkan bogem mentah di wajah Jeff. Sayangnya keselamatan sang putra bergantung pada laki-laki itu.‘Tahan, Dyp. Jangan emosi. Kamu butuh dia.’ Suara dari dalam hatinya berbisik mengingatkan D
The person who gives you all that security can’t be the same person who gives you the thrill~***“Mmuuahh … adek wangi banget …”Dari tadi tak henti-hentinya Tania menciumi adiknya. Sejak kehadiran Rogen di rumah mereka, hari-hari menjadi lebih berwarna. Tania tidak lagi merasa kesepian seperti dulu.Rumah besar itu menjadi lebih ramai. Kadang terdengar suara tangisan. Di saat yang lain terdengar suara tawa Tania yang mencandai adiknya.“Mommy, biar Tata yang kasih minyak rambut adek ya,” pinta Tania. Saat itu Rogen baru saja selesai mandi.“Oke, Kakak …” Audry memberi botol berisi minyak rambut bayi pada Tania. Ia kemudian mengulas senyum menyaksikan interaksi kedua kesayangannya itu. Keduanya begitu harmonis dan tampak manis. Tania memang sangat menyayangi Rogen, meskipun anak laki-laki yang saat ini berumur tujuh bulan itu adalah saudara tirinya. Namun tentu saja ia tidak mengetahui akan hal tersebut. Ia hanya tahu bahwa Rogen adalah adik yang lucu dan menggemaskan.It seems like
Jeff melepaskan tubuhnya dari perempuan itu kemudian mendorong dengan kasar.Perempuan itu memberengut dan menggeser kakinya agar Jeff bisa lewat.Bukannya duduk, Jeff langsung memutar tubuh kembali mengarah pada perempuan itu dan menangkup pipinya dengan kasar.“Perlu berapa kali lagi kukatakan jangan pernah meneleponku apalagi kalau aku sedang di rumah.”“Maaf, Pak, tapi saya tidak tahu kalau Bapak sedang di rumah. Saya menelepon cuma ingin memberitahu pada Bapak bahwa bulan depan anak kita akan lahir,” ucap perempuan itu.Perempuan yang sedang hamil tersebut adalah Nora. Setelah kasus yang menimpanya dulu, Jeff memberhentikan Nora dari perusahaannya. Ia mengasingkan perempuan itu ke tempat tinggal yang baru setelah memindahkannya dari apartemen yang lama.“Aku tidak butuh informasi itu. Dan sekali lagi kuingatkan dia bukanlah anakku. Kamu jangan mengada-ngada!” kecam lelaki itu marah.”Bapak boleh mengingkarinya sejuta kali. Tapi faktanya anak ini memang anak Bapak. Saya bersedia t
"Sudah kubilang, tempatnya tidak steril. Lebih baik kita cari yang lain saja.""Kamu tahu dari mana kalau tempatnya tidak steril? Meskipun itu cuma warung pinggiran tapi bukan jaminan steril atau bukan. Lihat sendiri tuh tempatnya ramai. Itu artinya di sana makanannya enak."Sepasang suami istri itu tak henti berdebat mempertahankan keinginan dan pendirian masing-masing."Sudahlah, Sayang. Kalau kamu mau ayam kampung nanti biar kusuruh Bibi ke pasar dan memasakkannya untukmu.""Nggak usah, lupakan," jawab Audry. Ia hanya ingin makan ayam goreng kampung yang ada di warung tadi. Audry memandang spion. Dari sana ia bisa melihat keramaian di warung yang tertinggal bermeter-meter di belakangnya. Jeff memandang Audry sekilas dan mendapati rona kecewa di wajah istrinya itu. Jeff tidak mengerti kenapa tiba-tiba Audry menginginkan makanan pinggir jalan. Sepanjang ingatan Jeff, mereka hampir tidak pernah makan di tempat seperti itu."Sayang, Rogen sudah tujuh bulan. Dokter bilang padaku paling