Jules menunduk. Belum sempat Jessie berbicara, tetiba muncul seorang wanita di dekat tangga. “Tuan Jules.”Jules memalingkan kepalanya melihat wanita yang berjalan ke sisinya. Dia mengerutkan keningnya menatap si wanita.Si wanita pun tersenyum. “Pak Andreas suruh aku untuk menjemputmu.”Jules meningkatkan kewaspadaannya. Dia spontan menggeser Jessie ke belakangnya. “Aku tidak pernah bertemu kamu sebelumnya.”Si wanita tersenyum. “Tuan Jules memang pintar. Sebenarnya aku mendapat perintah dari nenek buyutmu.”Saat ini Jessie berjalan maju. “Kamu pasti penipu. Paman Andreas nggak akan suruh orang untuk jemput Jules. Dia akan jemput Jules sendiri.”“Jessie, kamu pulang dulu.” Jules menarik Jessie ke belakang.Raut wajah Jessie menjadi serius. “Nggak boleh! Kamu dalam bahaya. Kamu harus pulang sama aku.”Sepertinya si wanita telah kehilangan kesabarannya. “Tuan Jules, jangan persulit aku.”Saat Jules hendak pergi bersamanya, tetiba Jessie berkata, “Aku pergi bersamamu.”Jules merasa kaget
Pada akhirnya, Jules diangkat si pengawal, lalu dibawa ke dalam vila.Di dalam ruangan, tampak seorang wanita beruban di dalam layar monitor. Dia tampak sedang menyisir anjing pomerania di dalam pelukannya.Si wanita berjalan ke dalam ruangan, lalu berdiri di depan komputer. Wanita yang berdiri di samping laptop itu tak lain adalah Jolin.Wanita memberi hormat ke depan layar. “Bu, kami sudah berhasil membawa Tuan Muda. Hanya saja, ada seorang anak perempuan yang mengikutinya. Dengar-dengar latar belakang anak perempuan itu tidak sederhana.Gerakan tangan Lidora yang sedang mengusap anjingnya berhenti. Dia mengangkat kepalanya menunjukkan ekspresi dingin. “Apa latar belakang gadis itu?”Wanita itu menggeleng, lalu mengatakan anak perempuan itu adalah teman satu sekolah Jules.Jolin mengerutkan keningnya. “Dia adalah putri dari Tuan Javier. Kenapa kamu bawa dia kemari?”Si wanita merasa syok. “Aku … aku nggak tahu identitasnya. Dia yang bersikeras ingin mengikuti Jules.”Saat Jolin henda
Tetiba Javier menerima panggilan dari Andreas. Andreas bertanya, “Jules dan putrimu dibawa pergi?”Javier menggertakkan giginya. “Semuanya sudah terlambat kalau menunggu kabar darimu. Sekarang mereka berada di Pelabuhan Kandara.”Andreas bergumam, “Pelabuhan Kandara ….” Akhirnya dia mengerti. “Celaka, mereka ingin membawa anak-anak ke area kekuasaan Keluarga Ozara.”…Dalam kondisi kacau, Jessy berlari menyelundup ke dalam vila. Dia bersembunyi di balik dinding, tampak dua orang pengawal membawa Jules berjalan keluar vila.Melihat Jules hendak dibawa pergi oleh mereka, Jessie pun merasa panik. Entah apa yang harus dia lakukan? Pada saat ini, Jessie tidak menyadari ada yang sedang mendekatinya dari belakang.Dalam sesaat, Jules mendengar suara jeritan Jessie. Dia membalikkan tubuhnya, lalu tampak seorang lelaki berpakaian hitam mengapit Jessie di bawah lengannya, kemudian membawanya keluar.Jessie tak berhenti meronta. Namun apa daya, kekuatan Jessie tidak sanggup menandinginya.“Dasar
Claire meremas tasnya dengan erat. Tatapannya kelihatan semakin galak lagi. “Apa kamu tahu Jolin adalah mata-mata ibumu?”“Tahu.”“Jadi, kamu biarkan anak-anak dalam bahaya?”Beberapa saat kemudian, Andreas mengangkat kepalanya untuk melihat Claire. “Bu Claire, semuanya bukan di bawah kendaliku. Awalnya aku hanya mencurigai Jolin saja, aku tidak yakin dia adalah mata-mata ibuku. Masalah pada hari Natal itu memang adalah perangkapku. Sejak saat itu, aku baru memastikan semua itu berhubungan dengan Jolin.”“Aku akui aku bisa melibatkan Javier dalam masalah ini karena dia cukup berkuasa di ibu kota. Dengan adanya campur tangan Keluarga Fernando, mereka pasti tidak akan berani sembarangan bergerak. Hanya saja, aku sungguh tidak menyangka mereka akan turun tangan secara mendadak, bahkan membawa anak ke area Andes.”Andreas juga buka maha tahu. Dia juga ingin menjamin keselamatan semua orang. Hanya saja, semua tindakan mereka hari ini di luar dugaan Andreas. Dia mengutus orang untuk memantau
Jessie pun terbengong di tempat. Tetiba dia merasa kasihan terhadap Jules.Jessie menyemangati dirinya, lalu menepuk-nepuk dadanya. “Jangan takut! Kelak aku akan menjadi temanmu. Kakakku juga adalah temanmu. Kamu nggak akan sendirian lagi.”Jules pun tersenyum. Bocah ini sungguh bodoh dan juga … imut.Langit di malam hari semakin menggelap.Claire mengenakan jaket panjang dengan sepatu bot tinggi. Rambut hitam panjang digerai ke belakang. Dia tidak merias wajahnya dengan tebal, hanya mengoles lipstik saja. Hanya tampak dua pengawal di sisinya.Pelayan membawa Claire ke depan ruangan VIP. Begitu ruangan dibuka, Andreas dan seorang lelaki spontan melihat ke sisinya.Dimas menghentikan gerakan hendak meminum alkoholnya. Tatapannya tertuju pada wajah Claire. Entah kenapa dia merasa sangat familier dengan wajah wanita ini. Dia pun melirik Claire sekilas.Andreas berkata dengan tersenyum, “Tuan Dimas, dia adalah Nyonya Claire.”“Claire.” Dimas mengerutkan keningnya. Saat ini, Claire berjalan
Langkah kaki Dimas langsung berhenti. Dia membalikkan kepalanya untuk melihatnya. “Apa maksudmu?”Claire menyesap anggurnya, lalu menatap Dimas. “Anakku hampir saja kecelakaan di sekolah karena ada yang melakukan penyerangan mendadak. Waktu itu mobilmu ada di sekolah, makanya aku menyelidikimu.”Dimas menggertakkan giginya. Raut wajahnya seketika menjadi muram.Claire sedang mengamati ekspresi wajahnya. Kelihatan sekali Dimas tidak tahu apa-apa dalam masalah ini. Hanya saja, tidak mungkin Dimas tidak tahu siapa yang mengendarai mobilnya.Claire meletakkan gelas anggurnya, lalu berdiri. “Aku harap kamu bisa mengobrol denganku.”Dimas sungguh geram saat ini. Ekspresi lembut di wajahnya hanya topeng saja. “Gimana kalau tidak?”Claire menatap kedua tatapan Dimas. “Kalau nggak, aku ingin lihat betapa besar kemampuan Keluarga Ozara untuk mengatasi masalah ini.Dimas berjalan ke sisi Claire, lalu tersenyum. “Kamu lagi mengancamku?”Claire mengangkat alisnya. Senyuman di wajahnya tampak cerah.
Herbert menjawab dengan wajah tak berekspresi, “Aku datang untuk lihat-lihat.”Kemudian, Herbert berjalan keluar gudang anggur.Jolin dan wanita itu kebetulan sedang berjalan keluar ruangan. Ketika menyadari keberadaan Herbert, Jolin spontan mengangguk. “Pak Herbert, maaf telah merepotkanmu.”“Hmph, kalian juga tahu telah membuat kerepotan untukku.” Raut wajah Herbert tidaklah bagus. “Aku hanya menyuruh kalian bawa pulang satu anak saja. Sekarang kalian malah melibatkan anggota Keluarga Fernando.”Si wanita membalas dengan suara kecil, “Pak Herbert, bocah itu bersikeras ingin ikut. Kami berpikir jika kami menyandera anak itu, bisa jadi Keluarga Fernando nggak akan bertindak gegabah.”Herbert meliriknya sekilas. “Kalian anggota Yanno Timur terlalu menyepelekan anggota Keluarga Fernando. Apa kalian tidak pernah mendengar nama Keluarga Fernando di Negara Shawana?”Jolin dan wanita itu menunduk. Mereka memang tidak sadar telah mengakibatkan kerepotan sebesar ini.Jolin bersuara, “Jadi, bes
Herbert menjawab, “Aku tidak kenal dengan ayahmu. Ayahmu juga tidak tinggal satu pulau denganku. Untuk apa aku kenal dengan dia?”Jessie mencemberutkan bibirnya. Menyadari mereka berdua tidak menggerakkan peralatan makannya, kening Herbert tampak berkerut. “Tenang saja, aku tidak menaruh racun di dalam makanan kalian. Makanlah kalau kalian tidak ingin mati kelaparan.”Begitu Jessie mendengar, tanpa menunggu Jules, dia langsung makan dengan lahapnya.Jules sungguh tidak berdaya. Kenapa Jessie masih bisa makan dengan lahap padahal dirinya sedang diculik?Meski Jessie sedang berada di tempat asing, dia malah tidak cengeng dan berani membantah. Entah kenapa Herbert juga tidak bisa membenci gadis ini?Semuanya terasa sangat ajaib. Dia bahkan mulai memperhatikan gadis asing ini.Herbert duduk di sampingnya, lalu bertanya, “Nak, siapa namamu?”Jessie mengambil paha ayam dan melahapnya. Mulutnya pun dipenuhi dengan bekas minyak.“Namaku Jessie.”“Jessie,” gumam Herbert. Dia mengangguk. “Namam