Jessie pun terbengong di tempat. Tetiba dia merasa kasihan terhadap Jules.Jessie menyemangati dirinya, lalu menepuk-nepuk dadanya. “Jangan takut! Kelak aku akan menjadi temanmu. Kakakku juga adalah temanmu. Kamu nggak akan sendirian lagi.”Jules pun tersenyum. Bocah ini sungguh bodoh dan juga … imut.Langit di malam hari semakin menggelap.Claire mengenakan jaket panjang dengan sepatu bot tinggi. Rambut hitam panjang digerai ke belakang. Dia tidak merias wajahnya dengan tebal, hanya mengoles lipstik saja. Hanya tampak dua pengawal di sisinya.Pelayan membawa Claire ke depan ruangan VIP. Begitu ruangan dibuka, Andreas dan seorang lelaki spontan melihat ke sisinya.Dimas menghentikan gerakan hendak meminum alkoholnya. Tatapannya tertuju pada wajah Claire. Entah kenapa dia merasa sangat familier dengan wajah wanita ini. Dia pun melirik Claire sekilas.Andreas berkata dengan tersenyum, “Tuan Dimas, dia adalah Nyonya Claire.”“Claire.” Dimas mengerutkan keningnya. Saat ini, Claire berjalan
Langkah kaki Dimas langsung berhenti. Dia membalikkan kepalanya untuk melihatnya. “Apa maksudmu?”Claire menyesap anggurnya, lalu menatap Dimas. “Anakku hampir saja kecelakaan di sekolah karena ada yang melakukan penyerangan mendadak. Waktu itu mobilmu ada di sekolah, makanya aku menyelidikimu.”Dimas menggertakkan giginya. Raut wajahnya seketika menjadi muram.Claire sedang mengamati ekspresi wajahnya. Kelihatan sekali Dimas tidak tahu apa-apa dalam masalah ini. Hanya saja, tidak mungkin Dimas tidak tahu siapa yang mengendarai mobilnya.Claire meletakkan gelas anggurnya, lalu berdiri. “Aku harap kamu bisa mengobrol denganku.”Dimas sungguh geram saat ini. Ekspresi lembut di wajahnya hanya topeng saja. “Gimana kalau tidak?”Claire menatap kedua tatapan Dimas. “Kalau nggak, aku ingin lihat betapa besar kemampuan Keluarga Ozara untuk mengatasi masalah ini.Dimas berjalan ke sisi Claire, lalu tersenyum. “Kamu lagi mengancamku?”Claire mengangkat alisnya. Senyuman di wajahnya tampak cerah.
Herbert menjawab dengan wajah tak berekspresi, “Aku datang untuk lihat-lihat.”Kemudian, Herbert berjalan keluar gudang anggur.Jolin dan wanita itu kebetulan sedang berjalan keluar ruangan. Ketika menyadari keberadaan Herbert, Jolin spontan mengangguk. “Pak Herbert, maaf telah merepotkanmu.”“Hmph, kalian juga tahu telah membuat kerepotan untukku.” Raut wajah Herbert tidaklah bagus. “Aku hanya menyuruh kalian bawa pulang satu anak saja. Sekarang kalian malah melibatkan anggota Keluarga Fernando.”Si wanita membalas dengan suara kecil, “Pak Herbert, bocah itu bersikeras ingin ikut. Kami berpikir jika kami menyandera anak itu, bisa jadi Keluarga Fernando nggak akan bertindak gegabah.”Herbert meliriknya sekilas. “Kalian anggota Yanno Timur terlalu menyepelekan anggota Keluarga Fernando. Apa kalian tidak pernah mendengar nama Keluarga Fernando di Negara Shawana?”Jolin dan wanita itu menunduk. Mereka memang tidak sadar telah mengakibatkan kerepotan sebesar ini.Jolin bersuara, “Jadi, bes
Herbert menjawab, “Aku tidak kenal dengan ayahmu. Ayahmu juga tidak tinggal satu pulau denganku. Untuk apa aku kenal dengan dia?”Jessie mencemberutkan bibirnya. Menyadari mereka berdua tidak menggerakkan peralatan makannya, kening Herbert tampak berkerut. “Tenang saja, aku tidak menaruh racun di dalam makanan kalian. Makanlah kalau kalian tidak ingin mati kelaparan.”Begitu Jessie mendengar, tanpa menunggu Jules, dia langsung makan dengan lahapnya.Jules sungguh tidak berdaya. Kenapa Jessie masih bisa makan dengan lahap padahal dirinya sedang diculik?Meski Jessie sedang berada di tempat asing, dia malah tidak cengeng dan berani membantah. Entah kenapa Herbert juga tidak bisa membenci gadis ini?Semuanya terasa sangat ajaib. Dia bahkan mulai memperhatikan gadis asing ini.Herbert duduk di sampingnya, lalu bertanya, “Nak, siapa namamu?”Jessie mengambil paha ayam dan melahapnya. Mulutnya pun dipenuhi dengan bekas minyak.“Namaku Jessie.”“Jessie,” gumam Herbert. Dia mengangguk. “Namam
Claire berdiri di dalam ruang tamu. Dia mengamati sekeliling, baru duduk di atas sofa. “Gimana kalau Tuan Dimas ganti pakaian dulu, baru kita mulai bicara?”Dimas berjalan ke sisi Claire, lalu duduk di sampingnya. Dia seolah-olah sedang mendekati Claire. “Pakaianku cukup nyaman.”Claire mengangkat kepalanya, lalu tersenyum. “Sepertinya Tuan Dimas memanggilku ke sini bukan untuk mengobrol?”Dimas menghirup aroma harum rambutnya, lalu memainkannya. “Kenapa kamu berani ke sini?”Claire menyingkirkan tangannya, lalu menyandarkan lengannya di atas sofa. Dia menatap Dimas dengan tersenyum. “Kalau Tuan Dimas nggak ingin ngobrol, aku akan buat Tuan Dimas bersedia untuk ngobrol sama aku.”Dimas mendekatkan bibirnya.Tangan Claire spontan mengadang. Dia menutup mulut yang hendak menciumnya. “Tuan Dimas, apa kamu yakin ingin berbuat seperti ini?”“Kenapa kamu semprot parfum?” Dimas memeluk Claire. Tatapannya terlihat sangat bergairah. “Tak disangka setelah beberapa tahun tidak bertemu, ternyata k
Claire tersenyum. “Apa yang aku takutkan?” Kedua tangan Claire diangkat tinggi. Sikapnya masih terlihat acuh tak acuh. “Aku malah galau lantaran Keluarga Ozara nggak mencariku. Seandainya video berhubungan Tuan Dimas dengan lelaki beredar di area Andes, reputasi Keluarga Ozara pasti akan hancur? Jadi, kenapa aku mesti takut sama kamu?”“Perbuatanmu ini melanggar hukum!”Tidak terlihat lagi senyuman di wajah Claire. Dia pun berkata dengan muram, “Melanggar hukum atau tidak, kita bicarakan lagi nanti. Kalian telanjangi dia.”Keempat pengawal mengerutkan kening mereka. Mereka baru saja mendekat, Dimas pun menjerit, “Sebentar!” Keringat dingin seketika bercucuran. Dia berkata dengan napas terengah-engah, “Claire, bukankah ada yang ingin kamu bahas sama aku? Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”Claire melambaikan tangan meminta para pengawal untuk mundur. Dia mencondongkan tubuhnya, lalu mencubit dagunya. “Kamu kasih Jolin pakai mobil itu?”“Iya.” Selesai berbicara, Dimas menambahkan, “
Claire menatap anggur merah di dalam gelasnya. “Keuntungan apa yang diberikan Bu Lidora kepada kakekmu? Kenapa kakekmu bisa membantunya?”Dimas terkekeh. “Mana aku tahu? Semua yang seharusnya aku ketahui sudah aku beri tahu kepadamu.” Seusai berbicara, dia membalikkan kepala untuk melihat Claire. “Gimana kalau kamu tanya kakekku saja?”Claire mengangkat-angkat alisnya. “Nggak perlu aku yang bertanya. Sekarang suamiku sudah turun tangan. Seandainya terjadi sedikit kecelakaan pada putriku di kota Andes.” Claire mengangkat gelas anggurnya. Tetiba dia melepaskannya. Gelas anggur langsung jatuh menghantam karpet. “Aku bisa meratakan Keluarga Ozara yang bukan apa-apa itu.”Dimas seketika merasa terbengong. Sebenarnya siapa si Claire ini? Kenapa dia bisa berbicara seperti ini?Saking penasarannya, Dimas kembali bertanya, “Sebenarnya kamu itu siapa?”Claire memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya. Dia berdiri, lalu tersenyum. “Aku itu Claire.”Dimas kembali bertanya, “Apa latar belakan
Herbert memanggil seorang pelayan kemari, “Suruh orang antar Nona Jessie kemari.”Pelayan pun terbengong sejenak. Hanya saja, dia juga tidak berani bertanya terlalu banyak. Dia terpaksa berlari keluar.Herbert kembali melihat Javier dengan mengerutkan keningnya. “Kamu itu Tuan Javier Fernando?”Sebelumnya Herbert pernah mendengar namanya, hanya saja dia tidak pernah bertemu dengan Javier secara langsung. Terlebih, dirinya sangat jarang mengamati berita dalam negeri.Javier merapikan pakaiannya. Ekspresi dingin di wajahnya mulai memudar. “Iya, aku tidak bermaksud untuk melukai anggota Keluarga Ozara.”Tetiba Herbert bertanya, “Siapa nama ibumu?”Javier menyipitkan matanya. “Hubungan kamu dengan Bu Lidora sangat bagus. Kenapa dia tidak beri tahu siapa nama ibuku?”Herbert tidak berbicara.Javier menepuk-nepuk kotoran di lengan pakaiannya. “Ibuku adalah anak yang diadopsi Keluarga Tanzil. Namanya Prisca Tanzil.”Herbert kembali tertegun. Tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya, tetiba ra