Hanya saja setelah Louis menyelidiki masalah yang pernah terjadi di sekolah dulu, Claire pernah bertanya alasan Louis bersikeras ingin menikahinya?Jawaban Louis adalah … dia pernah bertemu Candice sebelumnya. Ada malam acara universitas mereka, di mana dia hadir sebagai mahasiswa musik yang diundang oleh pihak sekolah.Louis menyaksikan pertunjukan musik tradisional yang dimainkan oleh Candice. Dia merasa wanita itu sangat istimewa. Mereka bertiga bertemu di belakang panggung, tetapi pada saat itu mereka tidak saling mengenal.Siapa sangka setelah bertahun-tahun, satunya menjadi adik sepupunya, kemudian yang satunya lagi menjadi calon menantunya.Candice mengedipkan matanya. Dia terlihat kaget. “Masalah ini … kenapa … kenapa kamu nggak beri tahu aku?”Claire melipat kedua tangan di depan dada. Dia menyandarkan tubuh di bangku. “Kamu juga nggak nanya. Setelah itu, aku sibuk sekali, jadi lupa.”Candice menggigit bibirnya. Dia tidak memiliki kesan apa pun. Dia juga tidak tahu lelaki yang
Liliana mengenakan terusan dengan menenteng tas kecil. Dia melirik Zefri sekilas, lalu berbisik di sisi Ester, “Bukannya kamu tidak suka berhubungan dengan anggota Keluarga Fernando?”Ester berdeham, lalu berbisik, “Semua itu sudah masa lalu.”Liliana merasa agak kaget. Kemudian, dia merangkul lengan Liliana. “Kalau begitu, kita pergi sama-sama.”Setelah Zefri dan Cahya tiba di lokasi acara, anggota Keluarga Kenata juga datang. Suasana semakin ramai saja.Beberapa saat kemudian, Jessie dan Jerry menggandeng “boneka manusia” keluar. Boneka ini membaluti orang di dalam dengan rapat. Tidak ada yang tahu orang yang di dalam sana adalah Candice.Candice sungguh kehabisan kata-kata. Ide rongsokan apa ini! Claire berjanji tidak akan membiarkan orang lain mengetahui masalah alerginya. Namun sekarang … dia malah berdandan seperti ini, sepertinya malah lebih menarik perhatian?Jerry mengangkat kepala menatap Candice. “Ibu Angkat, kamu panas nggak?”“Stt!” Candice membuat isyarat tangan. “Jangan
Ponsel Jerry berdering. “Kak Jody!”Panggilan video disambungkan. Jerry menyerahkan ponsel kepada Javier. “Ayah, Kak Jody dan Kakek Buyut ingin bicara sama Ayah!”Javier mengambil ponsel. Di dalamnya berisi ucapan selamat dari Jody dan Berwin. Claire melihat ke sisi kamera. “Jody.”Setelah Jody yang berwajah dingin melihat wajah ibunya, dia pun spontan tersenyum hangat. “Ibu, aku merindukan kalian.”“Ayah, Ibu, dan adik-adik tunggu kepulanganmu di saat liburan nanti. Apa kamu mendengar ucapan Kakek Buyut?”Jody mengangguk. “Dengar.”Javier merangkul pundak Claire, lalu melihat orang di dalam layar. “Jaga dirimu dengan baik. Jangan sampai jatuh sakit.”Ketika mendapat perhatian dari sang ayah, Jody memang tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Hanya saja, dia telah merasakannya. “Iya, cerewet.”Jody menyerahkan panggilan ke diri Berwin. Berwin pun berbincang-bincang beberapa saat, lalu mengakhiri panggilan.Pesta dimulai. Para tamu di kapal pesiar menikmati pemandangan malam yang gemerlap
Cherry mencoba untuk membayangkan gambaran itu. Dia pun tertawa terbahak-bahak.Cahya dan yang lain mendengar suara tawa. Seorang anak orang kaya tidak pernah bertemu dengan Cherry sebelumnya. Dia pun bertanya, “Siapa wanita di samping istrinya Tuan Javier? Sepertinya aku tidak pernah melihatnya dulu?”Hans berdeham. “Dia adalah putri dari Keluarga Martini.”“Ah, dia itu anak Keluarga Martini?”“Bukankah sebelumnya ada kabar dia membunuh ….” Belum sempat si lelaki menyelesaikan omongannya, Hans menyenggol si lelaki mengisyaratkannya untuk tidak melanjutkan omongannya.Hans melihat ke sisi Cahya. Cahya sedang menunduk sembari menggoyangkan gelas anggurnya. Memang tidak terlihat perubahan ekspresi apa-apa di wajahnya, tetapi saat mengungkit masalah Cherry membunuh, raut wajahnya terlihat masam.Liliana pergi bersulang dengan Claire. Mereka berdua mengobrol beberapa saat, kemudian tampak kedatangan Gina bersama Andreas dan Jules.Claire juga tidak menyangka Andreas akan datang bersama Gin
“Benarkah? Sayang sekali.” Zefri menghabiskan minumannya.Andreas menepuk-nepuk pundaknya, lalu mendekatinya. “Kalau tidak, bisa jadi Bu Ester telah menjadi istriku.”Zefri tidak berbicara. Hanya terlihat kerutan di keningnya.Claire dan Javier hanya menyaksikan dari sebelah. Claire berbisik di telinga Javier, “Kamu yang undang Pak Andreas ke sini?”Claire hanya mengundang Bu Gina saja. Tidak mungkin Bu Gina akan mengajak Pak Andreas untuk menghadiri acara pesta ulang tahun Javier.“Bukan.”Claire merasa bingung. “Dia datang tanpa diundang?”Javier melengkungkan ujung bibirnya ke atas. “Dia itu tidak tahu malu. Wajar kalau dia datang tanpa diundang.”Sepertinya Andreas datang untuk menitipkan Jules kepadanya. Javier kepikiran sesuatu, lalu meletakkan gelas alkoholnya. “Ada yang ingin aku katakan.”Claire tertegun sejenak. “Urusan apa?”Javier menutupi bagian punggung Claire dengan rambut panjangnya. “Dia ingin menitipkan Jules di rumah kita. Bagaimana menurutmu?”Jujur saja, Claire mer
Claire menjulurkan tangan kanannya, lalu mengangguk dengan menangis gembira. “Emm, aku bersedia!”Javier memeluk Claire, lalu mengecup bibirnya.Cahya dan Cherry spontan menutup mata kedua anak. Gina dan Liliana juga tersenyum gembira. Zefri dan yang lain juga bertepuk tangan untuk memberi doa restu.Kapal pesiar mulai berlayar di laut. Di dekat tangga di lantai dua kapal pesiar yang agak sepi itu, terdapat dua orang sedang berdiri di sana. Andreas menyulut sebatang rokok sambil memandang ke pelabuhan yang jauh. “Sepertinya kamu sudah memutuskan untuk menjalani kehidupan dengan Zefri.”Ester mengenakan selendang sutra sambil berdiri di tempat yang gelap. Cahaya lampu hanya menerangi setengah tubuhnya saja. “Iya, Zefri tahu tentang hubungan kita. Sudah tidak ada yang janggal di antara kita.”Andreas mengangkat kepala mengembuskan napasnya, lalu tersenyum. “Benarkah? Bagus kalau begitu.”“Waktu itu kamu sengaja mendekatiku, bukan karena menyukaiku.” Ester membalikkan tubuhnya membelakan
Candice terdiam. Sebentar! Candice baru merespons. “Kakak ipar? Maksudmu, calonnya Kak Cahya?”“Jadi?”Candice merasa terkejut. Kedua matanya spontan berkilauan. “Kak Cahya dan Cherry?”Mereka berdua mencondongkan kepala mereka dengan perlahan. Cherry dan Cahya berdiri di ujung koridor. Mereka sedang memandang pemandangan malam di luar sana.“Kenapa kamu nggak bersama mereka? Di bawah seharusnya ramai sekali.”Cherry memalingkan kepala untuk melihat Cahya. Di dalam kegelapan, Cahya yang mengenakan jas putih itu kelihatan sangatlah tampan.Cahya mengalihkan pandangannya, lalu bersandar di dinding. “Kalau ke bawah, aku bakal disuruh minum.”Ternyata Cahya bisa di sini karena tidak ingin minum!Ujung bibir Cherry melengkung ke atas. “Tuan Cahya seharusnya jago minum, ‘kan?”Cahya memalingkan kepalanya. “Kata siapa?”Cherry melipat kedua tangannya sembari tersenyum. “Aku nggak pernah lihat Tuan Cahya mabuk.”Cahya melonggarkan dasinya, lalu kembali tersenyum. “Kalau aku bilang sekarang ak
Candice melihat Claire dengan menarik napas dalam-dalam. Dia menahan rasa sakit di hati, lalu mengangguk. “Oke.”Candice yakin. Seandainya mereka berdua bisa berciuman malam ini, semua itu pasti inisiatif Kak Cahya!Entah karena pemandangan malam ini terlalu indah atau alkohol telah memabukkan mereka, kedua bibir semakin mendekat. Tetiba Cahya bagai dibangunkan oleh akal sehatnya. Dia pun berhenti.Saat Cahya hendak mundur, Cherry menarik dasinya, lalu menempelkan bibirnya di atas bibir si lelaki.Cahya menatapnya. Belum sempat Cahya merespons, Cherry pun menunjukkan senyuman gembira. “Tuan Cahya yang menggodaku duluan. Aku tidak bisa menahan diri, makanya aku menciummu. Mohon maafkan aku, Tuan Cahya.”Cherry tersenyum, lalu membalikkan tubuhnya dan melarikan diri.Candice pun terbengong di tempat. Ternyata bukan Cahya yang mengambil inisiatif, Kak Cahya-nya malah dipermainkan oleh Cherry.Semuanya sungguh tidak masuk akal!Claire menepuk-nepuk pundaknya. “Aku sudah lama mengenal Cherr
Dacia menyadari maksud dari ucapan polisi itu. Dia pun melihat ke sisi Diago. “Aku bisa menjamin bahwa masalah ini nggak ada hubungannya dengan Pangeran.”Kening si pria berkerut. Dia tidak berbicara.Diago memperkenalkan si pria dengan tersenyum. “Pak Arthur, dia muridku. Kebetulan dia juga ingin menyelidiki kasus ini.”Polisi yang bernama Arthur mengerutkan keningnya. Dia merasa bingung. “Apa hubungan dia dengan korban?”“Bukan, dia berhubungan dengan Pangeran. Dia adalah putrinya Lidya Ozara.”Arthur mengangguk. “Ternyata seperti itu.”Dacia melihat ke sisi Arthur, lalu bertanya, “Apa aku boleh tanya satu pertanyaan? Kenapa kamu merasa masalah ini ada hubungannya dengan Pangeran? Apa karena saat korban meninggal, anggota Pangeran kebetulan ada di tempat?”Arthur terdiam beberapa detik. “Memang tidak bisa membuktikan ada kaitan langsung dengan Yang Mulia, tapi Yang Mulia adalah orang pertama yang mencurigai bahwa Brayden meracuni makanan. Kematian Brayden jelas adalah tindakan pembun
“Aku mengerti perasaan kamu ingin membantunya.” Diago mengenakan kacamatanya, lalu membereskan dokumen di atas meja. “Hanya saja, kalau kamu terlibat dalam masalah ini, nantinya malah akan mendatangkan kerepotan untukmu.”Dacia mengangguk. “Aku mengerti. Seorang tahanan diracuni di dalam tahanan. Pasti ada orang kuat di belakangnya. Tapi kekuatan orang itu akan mendatangkan ancaman bagi keluarga kerajaan.”Pengawasan di penjara sangat ketat. Jika ingin berbuat hingga tahap seperti ini, meski ada mata-mata di dalam, orang biasa juga tidak sanggup untuk melakukannya.Lagi pula, jika masalah pembunuhan di dalam penjara diselidiki, pasti akan mendatangkan kerepotan yang sangat besar. Hanya saja, berhubung orang itu berani melakukannya, dia pasti punya cara untuk menyingkirkan kerepotan.Sepasang tangan Diago saling bertautan. Dia pun bertanya, “Apa kamu sudah memutuskannya?”Dacia membalas dengan serius, “Sudah. Meskipun aku nggak bisa menduga siapa orang di belakang masalah ini, setidakn
“Aku juga berharap seperti itu.” Jules meletakkan cangkir teh, lalu berdiri. Dia mengancingi lengan pakaiannya dengan perlahan, lalu meninggalkan tempat.Reyhan menatap bayangan punggung Jules yang semakin menjauh dengan mengepal erat tangannya.Pengurus rumah menghela napas lega, hanya saja dia masih saja merasa trauma. “Tuan, apa yang harus kita lakukan kali ini ….”Reyhan berhenti di samping tubuh pengurus rumah, lalu memperingatinya, “Ini masalahmu. Pikirkan cara untuk selesaikan masalah ini. Kalau kamu tidak berhasil menyelesaikannya, aku akan habisi kamu.”Raut wajah pengurus rumah kelihatan panik. Dia tidak berani bersuara.Derrick yang sedang berdiri di depan pintu melihat Jules berjalan keluar Kediaman Keluarga Taylor. Dia membukakan pintu mobil belakang mempersilakan Jules ke dalam. Setelah mereka berdua memasuki mobil, Derrick langsung mengendarai mobil meninggalkan tempat.Di tengah jalan, Derrick melihat ke kaca spion luar jendela. “Tuan Muda, kunjunganmu kali ini pasti ak
Di Kediaman Keluarga Taylor.Sissae membuang makanan yang diantar pelayan. “Keluar! Keluar kalian semua!”Reyhan dan Risella sedang berdiri di depan pintu kamar. Ketika melihat makanan berantakan di atas lantai, Reyhan mengerutkan keningnya. Dia menyuruh pelayan untuk meninggalkan ruangan.Risella berjalan ke dalam kamar, lalu duduk di samping ranjang. Dia menatap wajah putrinya yang masih membengkak itu. “Sissae, kamu tenangkan dirimu dulu.”“Bagaimana aku bisa tenang? Wanita murahan itu suruh anggotanya untuk pukul aku. Dia bahkan berani suruh pengawal murahannya untuk turun tangan sama aku!”Sissae tidak pernah merasa dihina seperti ini. Wajar jika dia merasa sangat murka.Reyhan berjalan ke dalam kamar. Raut wajahnya kelihatan muram. “Aku rasa kamu masih belum belajar dari pengalaman sebelumnya. Sissae, kalau kamu berani bersikap semena-mena lagi, aku akan usir kamu dari rumah!”Mata Sissae langsung memerah. Padahal dia telah dipukul, Reyhan bukannya menghiburnya, melainkan malah m
Tatapan Jules menjadi serius. “Sepertinya pelajaran yang kuberikan terlalu ringan. Dia masih saja berani berulah.”Seandainya bukan karena Jules mengutus pengawal untuk mengikuti Jessie, sepertinya Sissae pasti akan turun tangan terhadap Jessie.“Nona Sissae bisa bersikap arogan juga karena mengandalkan ayahnya. Semua itu juga karena Keluarga Taylor.” Filbert paham bagaimanapun ada banyak anak yang bersikap semena-mena karena mengandalkan kekuatan keluarganya.Jules memutar pena di tangannya. Pada saat ini, Jules menerima pesan singkat dari Derrick.Di sisi lain, Derrick melakukan pengejaran ke sisi dua pengawal berpakaian hitam. Hanya saja, mereka menghilang di dalam kerumunan.Derrick berdecak sembari menggertakkan giginya. Dia segera kembali ke lokasi untuk memeriksa Brayden yang tertembak. Peluru menembus di bagian dadanya. Dia melebarkan matanya yang kosong itu. Brayden juga sudah kehabisan napasnya.Derrick segera lapor polisi.Derrick mengikuti polisi untuk memberi pernyataan di
Pengawal berjalan mendekati Jessie.Miya pun menjerit, “Tolong!”Pengawal dari Vila Laguna kedengaran suara Miya. Mereka menyadari sepertinya telah terjadi sesuatu, mereka pun berlari dengan buru-buru. Pengawal yang dibawa mereka lebih banyak daripada pengawal Sissae.Miya menunjuk ke sisi Sissae. “Wanita itu mau menggebuki Bos. Apa yang harus kita lakukan?”Sissae tidak menyangka mereka akan membawa pengawal sebanyak ini. Dia menggertakkan giginya. Masih terdengar rasa arogan di dalam ucapannya. “Memangnya kenapa kalau aku suruh anggotaku untuk memukul kalian? Memangnya anggotamu berani untuk menyentuhku? Aku itu putri dari Keluarga Taylor. Kalau kalian menyinggungku, aku akan membuat kalian tidak betah untuk tinggal di Negara Hyugana lagi.”Jessie tertawa sembari melihat ke sisi pengawal. “Turun tangan.”Sepertinya pengawal tidak merasa Sissae sulit untuk dihadapi. Mereka benar-benar ingin turun tangan terhadap anggotanya. Pengawal yang direkrut Jules cukup profesional. Dengan gampan
Hanya saja, Jessie yakin Jules bisa menyelesaikannya dengan baik.Setelah berjalan ke dalam ruang pemeriksaan kandungan, Jessie menoleh untuk berkata kepada Miya, “Kamu tunggu di luar saja.”Miya mengangguk, lalu melihatnya memasuki ruangan.Miya sedang berjalan mondar-mandir di koridor. Sekitar 15 menit kemudian, dia melihat Jessie berjalan keluar ruangan. Miya segera mendekatinya. “Bagaimana?”Jessie menyerahkan hasil USG kepadanya. Miya melihatnya dan merasa kaget. “Astaga! Anak kembar?”Jessie mengisyaratkan Miya untuk diam. “Kamu bantu aku rahasiakan masalah ini dulu, ya. Jangan sampai semua orang tahu masalah anakku masih ada di dalam kandunganku.”Sebelumnya, Jules mengabarkan ke publik bahwa Wika dan Sissae mencelakai Jessie hingga keguguran. Tentu saja Jules melakukannya karena pemikirannya sendiri. Semua dilakukan juga demi anak di dalam kandungan. Jadi, tentu saja Jessie mesti bekerja sama untuk bersandiwara.Miya menutup mulutnya sembari mengangguk. “Aku mengerti.”Baru sa
Awalnya, Reyhan berpikir bahwa dengan kematian Wrenka, semua hal yang pernah dilakukan atas perintah putrinya akan lenyap tanpa bukti. Sementara, saat Jules memblokir berita tersebut, orang-orang yang mereka atur sudah lebih dulu meninggalkan penjara. Namun, jika masalah ini dipublikasikan dan menarik perhatian internal penjara, mereka pasti akan melakukan penyelidikan, situasi akan jauh lebih merepotkan. Pengurus rumah terbengong. Keringat dingin mulai membasahi punggungnya. “Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?”Reyhan duduk dengan raut muram. “Terpaksa dilenyapkan.”Kaki pengurus rumah terasa lemas. Dia sungguh bingung harus berbuat apa. “Tuan, tapi dia itu ….”Reyhan tidak memberi pengurus rumah kesempatan untuk berbicara. “Kalau dia mati, kamu pun mesti mati. Apa kamu mengerti?”Saat ini, pengurus rumah merasa lehernya bagai dicekik saja. Dia tidak bersuara sama sekali.Langit di luar sana sudah semakin menggelap. Lampu di dalam ruang baca Vila Laguna masih menyala. Derric
Wartawan mulai membubarkan diri. Filbert mengikuti langkah Jules berjalan ke dalam aula. “Kak Jules, sebenarnya apa yang terjadi? Apa Wika sudah mati?”Filbert tidak mengetahui masalah ini.Jules berhenti di depan lift, lalu mengiakan. “Dia sudah mati.”Akhirnya Filbert paham. “Jadi, ada orang yang sengaja menyuruh wartawan itu kemari untuk mencelakaimu? Siapa yang tidak punya otak. Bukannya dia sudah memicu rasa curiga?”Jules telah memblokir informasi ini. Lagi pula, hanya orang-orang di penjara dan pusat laboratorium forensik yang mengetahui masalah ini. Begitu informasi terbongkar, itu berarti ada “masalah” dengan internal dua pihak itu?Jules menatap Filbert sembari menepuk-nepuk pundaknya. “Kamu memang pintar.”“Sudah lama aku bersamamu. Apa mungkin aku tidak pintar?” Filbert tersenyum cengengesan.Jules mengangguk. “Tidak ada yang memicu rasa curiga. Semua ini skenarioku.”Kali ini, Filbert tidak tersenyum lagi. Dia mengikuti langkah Jules untuk memasuki lift. “Kamu tidak bercan