“Kamu suruh aku berhenti?” Kedua mata Ester tampak memerah. “Dia itu putraku. Aku tidak ingin masalah di Pulau Yanno terulang kembali!”“Kamu kira aku ingin!” Zefri mengangkat kepalanya. Dia masih berusaha menenangkan dirinya. “Mereka sedang menargetkanku. Aku akan membawa Cahya kembali.”Ester pun terbengong sejenak. “Apa maksudmu? Mereka menargetkanmu?”Zefri tidak berbicara.Tidak mungkin! Andreas tidak akan berbuat seperti ini.“Jangan-jangan?” Zefri menatapnya. Ester pun terbengong tidak berani bersuara.Sepertinya Zefri bisa membaca isi hatinya. Dia pun berkata, “Kamu berpikir kebanyakan, ini masalah pemerintahan.”Raut wajah Ester semakin memucat. “Kamu tahu siapa yang lagi aku pikirkan ….”Zefri langsung berdiri, lalu berjalan keluar. “Jangan berpikir kebanyakan! Cahya akan baik-baik saja.”Ester menghentikan Zefri. “Apa kamu mengetahuinya?”Gerakan Zefri memegang gagang pintu pun terhenti. Langkahnya juga ikut berhenti.Ester membalikkan tubuhnya untuk melihatnya. Melihat Zefr
“Cherry.”Pelayan itu kenal dengan Cherry. Dia pun tersenyum. “Hari ini Nona Cherry tidak datang ke sini.”Kening Claire berkerut. “Dia nggak ke sini?”“Iya, kalau dia datang, kami pasti mengetahuinya,” balas si pelayan. Sepertinya pelayan itu tidak sedang berbohong. Claire mengamati ruangan sembari berpikir. Cherry tidak berada di Klub Garzia. Ponselnya juga sedang tidak aktif. Di mana dia sekarang?Manajer berjalan keluar lift. Dia memerintah mereka untuk membersihkan ruangan VIP. Ketika membalikkan kepalanya, dia tak sengaja melihat keberadaan Claire. Dia pun terkejut.Pelayan pergi melapor kepada manajer, “Dia datang untuk mencari Nona Cherry.”“Cari Nona Cherry?” Manajer melirik Claire, lalu berjalan ke sisi mereka. “Nona Cherry tidak ke sini. Ada urusan apa kamu mencari Nona Cherry?”Claire menjawab dengan datar, “Ponselnya nggak bisa dihubungi. Dia juga nggak balas WhatsApp-ku. Aku kira dia lagi di klub.”Manajer terbengong, lalu bertanya dengan sedikit syok, “Ponselnya tidak b
“Kamu adalah bos dari Klub Garzia?”Si lelaki melebarkan mulutnya dengan perlahan. “Seperti yang kamu lihat, aku pernah mendengarmu, kamu adalah Claire, istrinya Javier, temannya Shelly.”Claire tertegun.Lelaki ini memanggil Cherry dengan panggilan “Shelly”. Sepertinya hubungan mereka sangatlah akrab, akan tetapi Cherry malah tidak pernah bertemu dengannya.Claire menunduk. “Berhubung kamu sudah mengetahuinya, aku nggak bertele-tele lagi. Aku datang untuk mencarinya. Mungkin telah terjadi sesuatu dengan dia. Aku curiga ….”Kedua tangan si lelaki diletakkan di atas meja. “Kamu mencurigai kami? Benarkah?”Kali ini, Claire tidak menjawab.Si lelaki membalas dengan serius, “Aku bisa melukai siapa pun, tapi aku tidak akan pernah melukai Shelly. Aku menyuruhnya untuk tidak ikut campur dalam masalah Jony juga demi kebaikannya. Kalau aku tidak salah tebak, sepertinya memang telah terjadi sesuatu dengannya.”Claire spontan menatap Lukman. “Apa Nona Karen ada di tanganmu?”Si lelaki juga tidak
Gerakan tangan Cherry terhenti. Dua kotak makanan hanya diberi satu sendok?Cahya menurunkan kotak makannya. “Sudahlah, aku bisa bertahan meski tidak makan semalaman.”Cherry juga tidak banyak berpikir. Tetiba dia mengelap sendok dengan pakaiannya, lalu menyerahkannya kepada Cahya. “Nah, kamu makan dulu.”Cahya menatap Cherry beberapa saat, baru mengambil sendok itu.Mereka berdua hanya bisa menyantap makanan dengan mirisnya.…Hujan mengguyur malam hari ini. Lampu jalan berwarna merah terlihat kabur. Di dalam ruang baca, hanya dinyalakan sebuah lampu lantai di samping meja baca. Roger baru selesai melapor hasil penyelidikannya. Javier menutup dokumen di tangan. “Apa kata Pak Zefri?”Roger membalas, “Pak Zefri berencana mundur dan meminta Tuan Hardy untuk menggantikan posisinya. Hanya saja, aku merasa keputusan ini sangat berisiko. Bisa jadi mereka tidak akan melepaskan sandera.”Kemungkinan besar Cahya ada di tangan Lukman. Bagaimanapun, sejumlah barang itu sudah diamankan pihak kepo
“Putranya Jony.”Selesai Claire berbicara, Roger pun terkejut dan semakin kebingungan. “Anaknya Jony … petunjuk apa ini?”Javier sedang merenungkan sesuatu.Claire langsung berdiri, lalu merangkul pundak Javier. “Demi mempromosikan putranya, Jony pernah memperkenalkannya ke banyak bos besar. Hanya saja, ada banyak orang yang nggak mengetahuinya. Anaknya Jony kelihatannya suka berfoya-foya, tapi sebenarnya dia menguasai banyak rahasia di tangan.”Roger tertegun sejenak. “Kalau begitu, bocah itu bisa diandalkan.”Jony adalah orang pintar. Dia tahu penyokongnya tidak akan melepaskannya jikalau transaksi kali ini gagal. Itulah sebabnya dia memilih untuk melarikan diri.Putranya, Tobias Canadi, hanyalah seorang anak orang kaya yang kerjaannya hanya menghambur-hamburkan uang saja. Keberadaannya tidaklah mendatangkan ancaman.Meskipun mereka ingin mengancam Jony dengan Tobias, mereka juga mesti memikirkan mertua Jony, yang mana merupakan bos properti terbesar di Kota Warma.Mertuanya itu bisa
“Kamu ….”Seorang pengawal berpakaian hitam berjalan ke dalam. “Ada masalah apa?”Si penjaga pun membalas, “Bocah ini sengaja cari masalah.”Cahya masih tetap bersikap tenang. “Bukan cari masalah, tapi Nona Cherry lagi tidak enak badan, dia sakit perut. Kenapa? Apa Pak Lukman bahkan tidak bersedia memberinya sebungkus obat?”Si pengawal melirik Cahya sekilas, lalu mengeluarkan ponsel untuk menelepon. Kemudian, dia berkata pada penjaga, “Pergi belikan obat di apotek terdekat. Berikan apa yang mereka inginkan.”Si penjaga pun terbengong. Hanya saja, setelah dipikir-pikir, dirinya hanyalah seorang pesuruh, dia pun hanya bisa menuruti perintah saja.Cahya berjalan ke sisi Cherry, lalu berjongkok untuk memapahnya. “Kamu baik-baik saja?”Cherry kesakitan hingga tidak bisa menegakkan tubuhnya, apalagi berbicara. Wajahnya kelihatan sangat pucat hingga tampak keringat bercucuran di keningnya.Sepuluh menit kemudian, penjaga telah kembali dari membeli obat. Dia juga mempersiapkan air hangat untu
Baru saja Tobias meninggalkan Klub Garzia, dia pun disandera lagi.Di Grup Angkasa. Roger mengetuk pintu ruangan. Setelah mendapatkan izin, dia baru memasuki ruangan. “Tuan, dia sudah di tangan kita.”Javier menutup dokumennya. “Setelah masalah ini selesai, serahkan dia ke tangan Pak Zefri.”Roger mengangguk. Ketika Roger hendak meninggalkan ruangan, dia pun kepikiran sesuatu. “Oh ya, Tuan Javier, Nyonya Claire telah berhasil menyelidiki keberadaan Charine. Sepertinya dia dan Izza sedang di perjalanan pergi mencari Charine.”Kening Javier spontan berkerut.Saat ini, Charine tidak tahu apa yang akan dihadapinya. Dia mengira mereka tidak mungkin mengetahui dirinya terlibat dalam masalah itu, jadi dia tidak khawatir sama sekali.Charine berjalan keluar dari toko barang mewah. Tetiba dia merasa mual. Charine pun segera berlari ke toilet dan muntah di wastafel. Air keran dibuka untuk membersihkan kotoran di atas wastafel. Baru saja Charine merasa lebih nyaman, dia malah muntah lagi. Sakin
Charine menjerit, “Claire, kamu lagi ancam aku!”Raut wajah Claire tidak berubah sama sekali. “Aku sudah beri kamu kesempatan untuk bicara. Kalau kamu nggak bersedia ….”Sambil berbicara, Claire mengeluarkan ponselnya hendak lapor polisi. Dia memperlihatkan layar ponsel ke sisi Charine. “Aku juga ingin menjadi warga teladan.”“Hentikan!” Kali ini, Charine benar-benar panik. Tentu saja dia tahu ucapan Claire itu benar, dia … tidak ingin masuk penjara! Hanya saja, dia juga tidak berani mengkhianati ayah angkatnya!“Aku … aku nggak boleh ke kantor polisi. Aku lagi hamil!” gumam Charine.Claire pun tersenyum. “Apa hubungannya kehamilanmu sama aku? Memangnya anakku?”Kedua tangan Charine dikepalkan dengan erat. Dia pun berkata dengan geram, “Kamu juga punya anak. Apa kamu nggak merasa sikapmu sangat sadis?”“Nggak ada gunanya kamu berbicara seperti itu kepadaku. Aku hanya beri kamu waktu 10 menit saja.” Claire tidak luluh sama sekali.Charine menggigit bibirnya dengan erat. Saking eratnya,