Charine menjerit, “Claire, kamu lagi ancam aku!”Raut wajah Claire tidak berubah sama sekali. “Aku sudah beri kamu kesempatan untuk bicara. Kalau kamu nggak bersedia ….”Sambil berbicara, Claire mengeluarkan ponselnya hendak lapor polisi. Dia memperlihatkan layar ponsel ke sisi Charine. “Aku juga ingin menjadi warga teladan.”“Hentikan!” Kali ini, Charine benar-benar panik. Tentu saja dia tahu ucapan Claire itu benar, dia … tidak ingin masuk penjara! Hanya saja, dia juga tidak berani mengkhianati ayah angkatnya!“Aku … aku nggak boleh ke kantor polisi. Aku lagi hamil!” gumam Charine.Claire pun tersenyum. “Apa hubungannya kehamilanmu sama aku? Memangnya anakku?”Kedua tangan Charine dikepalkan dengan erat. Dia pun berkata dengan geram, “Kamu juga punya anak. Apa kamu nggak merasa sikapmu sangat sadis?”“Nggak ada gunanya kamu berbicara seperti itu kepadaku. Aku hanya beri kamu waktu 10 menit saja.” Claire tidak luluh sama sekali.Charine menggigit bibirnya dengan erat. Saking eratnya,
Lukman mengantukkan rokoknya, lalu melayangkan tatapan sinis. “Dasar tidak berguna!”Si lelaki berpakaian hitam pun menunduk. Lukman memasukkan sisa rokok ke dalam asbak. “Jangan tunggu lagi! Jony baru saja meninggal. Kematiannya bisa membuat orang-orang tidak bisa mengetahui asal kedatangan barang itu. Tapi Zefri mengenalku. Kalau bukan karena anaknya lagi di tanganku, dia pasti sudah turun tangan.”Si lelaki berpakaian hitam menatap Lukman. “Kalau begitu, kita habisi dia saja. Lagi pula Keluarga Chaniago dan Keluarga Martini juga tidak akan mengetahuinya.”Ekspresi wajah Lukman semakin galak lagi. “Tidak! Kita tidak boleh menyentuh putranya Zefri. Mengenai putrinya Carlos, suruh mereka untuk habisi dia saja.” Tetiba Lukman menunjukkan senyuman sinis di wajahnya. “Biar dia merasa takut. Semakin mereka merasa aku tidak berani melakukannya, aku akan melakukannya untuk diperlihatkan kepada mereka. Aku juga tidak takut dengan Carlos. Apabila dia mencari bantuan Zefri, sepertinya Zefri j
Cherry menjerit dengan kuat dan memukul lengan si lelaki dengan gilanya. Si lelaki menampar Cherry, lalu memakinya, “Hei, wanita jalang, jangan nggak tahu diri, ya!”Dua lelaki lainnya datang untuk menindih Cherry. Cherry hanya bisa menangis dengan putus asa. Melihat gambaran ini, Cahya mengepal erat tangannya. Dia mengerahkan sisa tenaganya untuk menyingkirkan orang yang menahannya, lalu berlari ke sisi mereka.Dua lelaki itu ditabrak Cahya hingga jatuh. Belum sempat Cahya menstabilkan tubuhnya, wajahnya pun ditonjok oleh si lelaki. Saat Cahya jatuh, kedua tangannya menopang di sisi tubuh Cherry. Meskipun tendangan mengenai tubuhnya, Cahya tetap berusaha untuk melindungi Cherry.“Keras kepala juga! Mau jadi pahlawan kesiangan, ya?”Para lelaki menendang Cahya. Cahya hampir tidak bisa bertahan lagi. Sekujur tubuhnya telah memar akibat digebuki. Bahkan, tampak darah di ujung bibirnya.Cherry menyipitkan matanya. Melihat Cahya yang dipukuli terus, hatinya sungguh sakit. Air mata membasah
Cherry mengikuti di belakangnya. “Siapa kamu? Kenapa kamu menyelamatkanku?”Si lelaki berpakaian hitam menjawab, “Aku diutus Bos untuk menjadi anggota Lukman. Bos yang menyuruhku untuk menyelamatkanmu.”Boleh dikatakan bahwa lelaki ini diutus untuk menjadi mata-mata Lukman. Lukman mengutus beberapa orang untuk menghabisi Cherry, tetapi mereka malah memendam niat buruk.Tadi si lelaki juga terpaksa bersandiwara agar tidak menimbulkan kecurigaan. Dialah yang mengusulkan untuk membawa Cherry ke gudang, sebab ada pintu tersembunyi di dalam gudang.“Siapa bosmu?” Cherry tidak mengerti bos yang dimaksud si lelaki.“Kamu tidak usah bertanya banyak. Kita bicarakan lagi setelah keluar.”Cherry menarik tangannya. “Tapi Cahya masih ada di tangan mereka.”“Nona Cherry, Lukman tidak akan turun tangan terhadap Tuan Cahya. Dia hanya ingin membunuhmu untuk memperingati Tuan Cahya saja. Dia hanya ingin nyawamu.”Si lelaki menarik tangan Cherry. Ekspresinya terlihat sangat serius. “Kalau kita tidak perg
Pistol ditodongkan ke atas kening Cherry. Cherry ketakutan hingga tidak berani bernapas. Dia mulai memejamkan matanya.Saat Lukman hendak memerintah, tetiba Noah berbicara, “Bunuh aku dulu.”Noah menatapnya. “Hehe, kamu kira kamu bisa mengulur waktu? Kalian berdua sama saja. Ayo, turun tangan.”Kedua bawahan yang memegang pistol hendak menarik pelatuk untuk menembak mereka berdua.“Pak Lukman!” Pada saat ini, terdengar suara jeritan Darwin dari kejauhan. Dia pun berlari ke sisi Lukman. “Jangan tembak mereka!”Saat orang yang hendak menembak sedang terbengong, Noah pun mengambil kesempatan untuk menabrak orang itu. “Dorr!”Terdengar suara tembakan yang menghancurkan keheningan di dalam hutan.Cherry melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Noah telah ditembak. Saat melihat Noah jatuh telungkup ke atas lantai, hatinya seketika terasa sesak.Lukman spontan menoleh. Tampak raut wajah Darwin tampak pucat. “Celaka ….”Lukman segera merespons, lalu menjerit, “Cepat kabur!”Ketika polisi m
Javier berjalan keluar kamar pasien, lalu menyadari keberadaan mereka. “Kenapa tidak masuk?”Claire merangkul lengan Javier. “Cuma mau lihat sebentar saja.”Cahya juga menyadari keberadaan mereka.Zefri melihat ke sisi pintu, lalu berkata pada Ester, “Kita biarkan Cahya istirahat dulu. Ayo kita pulang.”Ester pun mengangguk.Mereka berjalan keluar kamar. Zefri melirik Cherry sekilas. “Aku sudah beri tahu kondisimu kepada ayahmu. Kamu tidak usah khawatir.”Cherry pun merasa terkejut. Kemudian, dia mengangguk. “Terima kasih.”Setelah mereka pergi, Claire mendorong Cherry. “Masuklah.”Cherry ingin berterima kasih secara langsung. Alhasil, dia pun memasuki kamar.Claire menutup pintu dengan perlahan. Javier menatap gerak-gerik Claire dengan tersenyum. “Apa yang ingin kamu lakukan?”Claire langsung menatap Javier, lalu mengecilkan suaranya, “Nggak ngapa-ngapain, aku cuma ingin mereka ngobrol saja.”Javier membalas, “Apa kamu yakin kamu bukan ingin mendekatkan hubungan mereka?”Claire membuk
“Kak Cahya.” Candice mendekatinya. “Kenapa kamu juga keluar rumah sakit?”Cahya tertegun sejenak, lalu memalingkan kepalanya melirik Cherry dan Claire. “Lukaku tidak parah. Masih ada yang perlu aku kerjakan.”Claire melihat Cherry yang menunduk dan tidak bersuara itu. Dia pun menyenggol pundak Cherry. “Kenapa?”Cherry kebingungan. “Apanya kenapa?”“Kenapa kamu nggak sapa Cahya?” Claire menyipitkan matanya. Kenapa mereka bagai orang asing saja?Cherry menggerakkan matanya. Sebenarnya setelah hari itu, Cherry tidak pergi menjenguk Cahya lagi. Dia sungguh berterima kasih atas bantuan Cahya lantaran rela mengorbankan nyawa demi melindunginya. Jujur saja, sebenarnya hati Cherry sempat tergerak.Jika waktu insiden Jude dulu, ada orang yang bisa maju untuk melindunginya. Sepertinya Cherry tidak akan ragu untuk menikah dengan penyelamatnya. Setelah mendengar ucapan Cahya, Cherry pun tidak tahu bagaimana menghadapinya.Cherry sungguh terharu ketika mendengar ucapan Cahya waktu itu. Hanya saja,
Charine mengirim pesan kepada Kapten Juno, lalu mematikan layar ponsel dengan bangganya.“Claire, kamu kira dengan memberi bukti rekaman suara kepada polisi, aku pun akan dijebloskan ke penjara?”Hmph! Bukankah Charine sudah dilepaskan? Hanya saja, Charine akan mengingat dendam ini! Dia pasti akan membalasnya!Malam harinya, Cherry pergi ke Klub Garzia untuk mencari manajer dan bos. Namun, dia malah diberi tahu bahwa manajer dan bos sedang tidak ada di tempat.Cherry pun menanyakan keberadaan mereka, tetapi pelayan juga tidak mengetahuinya.Setelah keluar dari Klub Garzia, kebetulan turun hujan. Hujan di malam hari ini sangatlah deras. Dia membungkus tubuhnya dengan jaket, lalu berdiri di bawah atap menatap mobil yang lalu lalang di tengah hujan.Sebuah mobil hitam berhenti di kejauhan. Jendela mobil di baris belakang diturunkan setengah. Tampak wajah lelaki berkacamata hitam di dalam mobil.Sopir menatapnya. “Bos, bukankah itu Nona Cherry?”Gilbert mengalihkan pandangannya. “Telepon a