Cherry menjerit dengan kuat dan memukul lengan si lelaki dengan gilanya. Si lelaki menampar Cherry, lalu memakinya, “Hei, wanita jalang, jangan nggak tahu diri, ya!”Dua lelaki lainnya datang untuk menindih Cherry. Cherry hanya bisa menangis dengan putus asa. Melihat gambaran ini, Cahya mengepal erat tangannya. Dia mengerahkan sisa tenaganya untuk menyingkirkan orang yang menahannya, lalu berlari ke sisi mereka.Dua lelaki itu ditabrak Cahya hingga jatuh. Belum sempat Cahya menstabilkan tubuhnya, wajahnya pun ditonjok oleh si lelaki. Saat Cahya jatuh, kedua tangannya menopang di sisi tubuh Cherry. Meskipun tendangan mengenai tubuhnya, Cahya tetap berusaha untuk melindungi Cherry.“Keras kepala juga! Mau jadi pahlawan kesiangan, ya?”Para lelaki menendang Cahya. Cahya hampir tidak bisa bertahan lagi. Sekujur tubuhnya telah memar akibat digebuki. Bahkan, tampak darah di ujung bibirnya.Cherry menyipitkan matanya. Melihat Cahya yang dipukuli terus, hatinya sungguh sakit. Air mata membasah
Cherry mengikuti di belakangnya. “Siapa kamu? Kenapa kamu menyelamatkanku?”Si lelaki berpakaian hitam menjawab, “Aku diutus Bos untuk menjadi anggota Lukman. Bos yang menyuruhku untuk menyelamatkanmu.”Boleh dikatakan bahwa lelaki ini diutus untuk menjadi mata-mata Lukman. Lukman mengutus beberapa orang untuk menghabisi Cherry, tetapi mereka malah memendam niat buruk.Tadi si lelaki juga terpaksa bersandiwara agar tidak menimbulkan kecurigaan. Dialah yang mengusulkan untuk membawa Cherry ke gudang, sebab ada pintu tersembunyi di dalam gudang.“Siapa bosmu?” Cherry tidak mengerti bos yang dimaksud si lelaki.“Kamu tidak usah bertanya banyak. Kita bicarakan lagi setelah keluar.”Cherry menarik tangannya. “Tapi Cahya masih ada di tangan mereka.”“Nona Cherry, Lukman tidak akan turun tangan terhadap Tuan Cahya. Dia hanya ingin membunuhmu untuk memperingati Tuan Cahya saja. Dia hanya ingin nyawamu.”Si lelaki menarik tangan Cherry. Ekspresinya terlihat sangat serius. “Kalau kita tidak perg
Pistol ditodongkan ke atas kening Cherry. Cherry ketakutan hingga tidak berani bernapas. Dia mulai memejamkan matanya.Saat Lukman hendak memerintah, tetiba Noah berbicara, “Bunuh aku dulu.”Noah menatapnya. “Hehe, kamu kira kamu bisa mengulur waktu? Kalian berdua sama saja. Ayo, turun tangan.”Kedua bawahan yang memegang pistol hendak menarik pelatuk untuk menembak mereka berdua.“Pak Lukman!” Pada saat ini, terdengar suara jeritan Darwin dari kejauhan. Dia pun berlari ke sisi Lukman. “Jangan tembak mereka!”Saat orang yang hendak menembak sedang terbengong, Noah pun mengambil kesempatan untuk menabrak orang itu. “Dorr!”Terdengar suara tembakan yang menghancurkan keheningan di dalam hutan.Cherry melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Noah telah ditembak. Saat melihat Noah jatuh telungkup ke atas lantai, hatinya seketika terasa sesak.Lukman spontan menoleh. Tampak raut wajah Darwin tampak pucat. “Celaka ….”Lukman segera merespons, lalu menjerit, “Cepat kabur!”Ketika polisi m
Javier berjalan keluar kamar pasien, lalu menyadari keberadaan mereka. “Kenapa tidak masuk?”Claire merangkul lengan Javier. “Cuma mau lihat sebentar saja.”Cahya juga menyadari keberadaan mereka.Zefri melihat ke sisi pintu, lalu berkata pada Ester, “Kita biarkan Cahya istirahat dulu. Ayo kita pulang.”Ester pun mengangguk.Mereka berjalan keluar kamar. Zefri melirik Cherry sekilas. “Aku sudah beri tahu kondisimu kepada ayahmu. Kamu tidak usah khawatir.”Cherry pun merasa terkejut. Kemudian, dia mengangguk. “Terima kasih.”Setelah mereka pergi, Claire mendorong Cherry. “Masuklah.”Cherry ingin berterima kasih secara langsung. Alhasil, dia pun memasuki kamar.Claire menutup pintu dengan perlahan. Javier menatap gerak-gerik Claire dengan tersenyum. “Apa yang ingin kamu lakukan?”Claire langsung menatap Javier, lalu mengecilkan suaranya, “Nggak ngapa-ngapain, aku cuma ingin mereka ngobrol saja.”Javier membalas, “Apa kamu yakin kamu bukan ingin mendekatkan hubungan mereka?”Claire membuk
“Kak Cahya.” Candice mendekatinya. “Kenapa kamu juga keluar rumah sakit?”Cahya tertegun sejenak, lalu memalingkan kepalanya melirik Cherry dan Claire. “Lukaku tidak parah. Masih ada yang perlu aku kerjakan.”Claire melihat Cherry yang menunduk dan tidak bersuara itu. Dia pun menyenggol pundak Cherry. “Kenapa?”Cherry kebingungan. “Apanya kenapa?”“Kenapa kamu nggak sapa Cahya?” Claire menyipitkan matanya. Kenapa mereka bagai orang asing saja?Cherry menggerakkan matanya. Sebenarnya setelah hari itu, Cherry tidak pergi menjenguk Cahya lagi. Dia sungguh berterima kasih atas bantuan Cahya lantaran rela mengorbankan nyawa demi melindunginya. Jujur saja, sebenarnya hati Cherry sempat tergerak.Jika waktu insiden Jude dulu, ada orang yang bisa maju untuk melindunginya. Sepertinya Cherry tidak akan ragu untuk menikah dengan penyelamatnya. Setelah mendengar ucapan Cahya, Cherry pun tidak tahu bagaimana menghadapinya.Cherry sungguh terharu ketika mendengar ucapan Cahya waktu itu. Hanya saja,
Charine mengirim pesan kepada Kapten Juno, lalu mematikan layar ponsel dengan bangganya.“Claire, kamu kira dengan memberi bukti rekaman suara kepada polisi, aku pun akan dijebloskan ke penjara?”Hmph! Bukankah Charine sudah dilepaskan? Hanya saja, Charine akan mengingat dendam ini! Dia pasti akan membalasnya!Malam harinya, Cherry pergi ke Klub Garzia untuk mencari manajer dan bos. Namun, dia malah diberi tahu bahwa manajer dan bos sedang tidak ada di tempat.Cherry pun menanyakan keberadaan mereka, tetapi pelayan juga tidak mengetahuinya.Setelah keluar dari Klub Garzia, kebetulan turun hujan. Hujan di malam hari ini sangatlah deras. Dia membungkus tubuhnya dengan jaket, lalu berdiri di bawah atap menatap mobil yang lalu lalang di tengah hujan.Sebuah mobil hitam berhenti di kejauhan. Jendela mobil di baris belakang diturunkan setengah. Tampak wajah lelaki berkacamata hitam di dalam mobil.Sopir menatapnya. “Bos, bukankah itu Nona Cherry?”Gilbert mengalihkan pandangannya. “Telepon a
Claire meletakkan tangan di atas pundak Cherry. “Kita bicarakan di atas.”Cherry tersadar dari bengongnya, lalu mengikuti Claire dan Izza berjalan ke dalam lift.Interior ruangan kantor di lantai lima masih sama seperti dulu. Sepertinya tidak ada yang dibawa pergi.Cherry berdiri di depan pintu. Claire memanggilnya, alhasil Cherry baru tersadar dari bengongnya. Dia memasuki ruangan, lalu duduk di atas sofa yang empuk.Izza menutup pintu, lalu bersama pengawal menunggu di depan pintu.Claire menyerahkan secangkir teh untuknya. “Sewaktu aku nggak bisa menemukanmu, aku datang ke sini untuk mencarimu. Tuan Gilbert bersedia menemuiku dan berjanji untuk memberiku sebuah petunjuk. Tapi persyaratannya, aku harus membantunya.”Tangan Cherry yang diletakkan di atas paha dikepal erat. “Kenapa kamu nggak beri tahu aku ketika di rumah sakit?”“Maaf, aku sudah janji sama Tuan Gilbert untuk beri tahu kamu setelah aku mengambil alih Klub Garzia.” Claire menunduk. “Dia tahu mungkin kamu nggak ingin ket
Pada waktu itu, Cherry merasa dunianya telah runtuh. Dia bahkan tidak bisa bernapas lagi. Tidak ada orang yang menyelamatkannya malam itu. Dia bahkan telah menjadi seorang “pembunuh”.Claire menghela napas merasa disayangkan. “Dia tahu terjadi sesuatu sama kamu di keesokan hari kejadian itu. Dia baru tahu ternyata orang yang berada di dalam ruangan itu adalah kamu. Jadi … itulah sebabnya dia nggak punya keberanian buat menghadapi kamu. Dia tahu kamu telah melihatnya. Dia tahu mungkin kamu akan membencinya.”Cherry duduk terbengong di tempat. Pikirannya seketika terasa hampa.“Dia nggak sanggup muncul di hadapanmu. Dia hanya bisa menghubungimu melalui telepon. Dia tahu kamu ingin balas dendam, makanya dia memberimu petunjuk. Yang bisa dia lakukan adalah memberi bantuan dengan identitas orang asing.”Claire memalingkan kepala untuk melihatnya. “Waktu itu dia adalah mata-mata dari pihak kepolisian. Dia tahu transaksi gelap yang dilakukan Lukman dan Jony. Dia mendekati mereka karena ingin