Gerakan tangan Cherry terhenti. Dua kotak makanan hanya diberi satu sendok?Cahya menurunkan kotak makannya. “Sudahlah, aku bisa bertahan meski tidak makan semalaman.”Cherry juga tidak banyak berpikir. Tetiba dia mengelap sendok dengan pakaiannya, lalu menyerahkannya kepada Cahya. “Nah, kamu makan dulu.”Cahya menatap Cherry beberapa saat, baru mengambil sendok itu.Mereka berdua hanya bisa menyantap makanan dengan mirisnya.…Hujan mengguyur malam hari ini. Lampu jalan berwarna merah terlihat kabur. Di dalam ruang baca, hanya dinyalakan sebuah lampu lantai di samping meja baca. Roger baru selesai melapor hasil penyelidikannya. Javier menutup dokumen di tangan. “Apa kata Pak Zefri?”Roger membalas, “Pak Zefri berencana mundur dan meminta Tuan Hardy untuk menggantikan posisinya. Hanya saja, aku merasa keputusan ini sangat berisiko. Bisa jadi mereka tidak akan melepaskan sandera.”Kemungkinan besar Cahya ada di tangan Lukman. Bagaimanapun, sejumlah barang itu sudah diamankan pihak kepo
“Putranya Jony.”Selesai Claire berbicara, Roger pun terkejut dan semakin kebingungan. “Anaknya Jony … petunjuk apa ini?”Javier sedang merenungkan sesuatu.Claire langsung berdiri, lalu merangkul pundak Javier. “Demi mempromosikan putranya, Jony pernah memperkenalkannya ke banyak bos besar. Hanya saja, ada banyak orang yang nggak mengetahuinya. Anaknya Jony kelihatannya suka berfoya-foya, tapi sebenarnya dia menguasai banyak rahasia di tangan.”Roger tertegun sejenak. “Kalau begitu, bocah itu bisa diandalkan.”Jony adalah orang pintar. Dia tahu penyokongnya tidak akan melepaskannya jikalau transaksi kali ini gagal. Itulah sebabnya dia memilih untuk melarikan diri.Putranya, Tobias Canadi, hanyalah seorang anak orang kaya yang kerjaannya hanya menghambur-hamburkan uang saja. Keberadaannya tidaklah mendatangkan ancaman.Meskipun mereka ingin mengancam Jony dengan Tobias, mereka juga mesti memikirkan mertua Jony, yang mana merupakan bos properti terbesar di Kota Warma.Mertuanya itu bisa
“Kamu ….”Seorang pengawal berpakaian hitam berjalan ke dalam. “Ada masalah apa?”Si penjaga pun membalas, “Bocah ini sengaja cari masalah.”Cahya masih tetap bersikap tenang. “Bukan cari masalah, tapi Nona Cherry lagi tidak enak badan, dia sakit perut. Kenapa? Apa Pak Lukman bahkan tidak bersedia memberinya sebungkus obat?”Si pengawal melirik Cahya sekilas, lalu mengeluarkan ponsel untuk menelepon. Kemudian, dia berkata pada penjaga, “Pergi belikan obat di apotek terdekat. Berikan apa yang mereka inginkan.”Si penjaga pun terbengong. Hanya saja, setelah dipikir-pikir, dirinya hanyalah seorang pesuruh, dia pun hanya bisa menuruti perintah saja.Cahya berjalan ke sisi Cherry, lalu berjongkok untuk memapahnya. “Kamu baik-baik saja?”Cherry kesakitan hingga tidak bisa menegakkan tubuhnya, apalagi berbicara. Wajahnya kelihatan sangat pucat hingga tampak keringat bercucuran di keningnya.Sepuluh menit kemudian, penjaga telah kembali dari membeli obat. Dia juga mempersiapkan air hangat untu
Baru saja Tobias meninggalkan Klub Garzia, dia pun disandera lagi.Di Grup Angkasa. Roger mengetuk pintu ruangan. Setelah mendapatkan izin, dia baru memasuki ruangan. “Tuan, dia sudah di tangan kita.”Javier menutup dokumennya. “Setelah masalah ini selesai, serahkan dia ke tangan Pak Zefri.”Roger mengangguk. Ketika Roger hendak meninggalkan ruangan, dia pun kepikiran sesuatu. “Oh ya, Tuan Javier, Nyonya Claire telah berhasil menyelidiki keberadaan Charine. Sepertinya dia dan Izza sedang di perjalanan pergi mencari Charine.”Kening Javier spontan berkerut.Saat ini, Charine tidak tahu apa yang akan dihadapinya. Dia mengira mereka tidak mungkin mengetahui dirinya terlibat dalam masalah itu, jadi dia tidak khawatir sama sekali.Charine berjalan keluar dari toko barang mewah. Tetiba dia merasa mual. Charine pun segera berlari ke toilet dan muntah di wastafel. Air keran dibuka untuk membersihkan kotoran di atas wastafel. Baru saja Charine merasa lebih nyaman, dia malah muntah lagi. Sakin
Charine menjerit, “Claire, kamu lagi ancam aku!”Raut wajah Claire tidak berubah sama sekali. “Aku sudah beri kamu kesempatan untuk bicara. Kalau kamu nggak bersedia ….”Sambil berbicara, Claire mengeluarkan ponselnya hendak lapor polisi. Dia memperlihatkan layar ponsel ke sisi Charine. “Aku juga ingin menjadi warga teladan.”“Hentikan!” Kali ini, Charine benar-benar panik. Tentu saja dia tahu ucapan Claire itu benar, dia … tidak ingin masuk penjara! Hanya saja, dia juga tidak berani mengkhianati ayah angkatnya!“Aku … aku nggak boleh ke kantor polisi. Aku lagi hamil!” gumam Charine.Claire pun tersenyum. “Apa hubungannya kehamilanmu sama aku? Memangnya anakku?”Kedua tangan Charine dikepalkan dengan erat. Dia pun berkata dengan geram, “Kamu juga punya anak. Apa kamu nggak merasa sikapmu sangat sadis?”“Nggak ada gunanya kamu berbicara seperti itu kepadaku. Aku hanya beri kamu waktu 10 menit saja.” Claire tidak luluh sama sekali.Charine menggigit bibirnya dengan erat. Saking eratnya,
Lukman mengantukkan rokoknya, lalu melayangkan tatapan sinis. “Dasar tidak berguna!”Si lelaki berpakaian hitam pun menunduk. Lukman memasukkan sisa rokok ke dalam asbak. “Jangan tunggu lagi! Jony baru saja meninggal. Kematiannya bisa membuat orang-orang tidak bisa mengetahui asal kedatangan barang itu. Tapi Zefri mengenalku. Kalau bukan karena anaknya lagi di tanganku, dia pasti sudah turun tangan.”Si lelaki berpakaian hitam menatap Lukman. “Kalau begitu, kita habisi dia saja. Lagi pula Keluarga Chaniago dan Keluarga Martini juga tidak akan mengetahuinya.”Ekspresi wajah Lukman semakin galak lagi. “Tidak! Kita tidak boleh menyentuh putranya Zefri. Mengenai putrinya Carlos, suruh mereka untuk habisi dia saja.” Tetiba Lukman menunjukkan senyuman sinis di wajahnya. “Biar dia merasa takut. Semakin mereka merasa aku tidak berani melakukannya, aku akan melakukannya untuk diperlihatkan kepada mereka. Aku juga tidak takut dengan Carlos. Apabila dia mencari bantuan Zefri, sepertinya Zefri j
Cherry menjerit dengan kuat dan memukul lengan si lelaki dengan gilanya. Si lelaki menampar Cherry, lalu memakinya, “Hei, wanita jalang, jangan nggak tahu diri, ya!”Dua lelaki lainnya datang untuk menindih Cherry. Cherry hanya bisa menangis dengan putus asa. Melihat gambaran ini, Cahya mengepal erat tangannya. Dia mengerahkan sisa tenaganya untuk menyingkirkan orang yang menahannya, lalu berlari ke sisi mereka.Dua lelaki itu ditabrak Cahya hingga jatuh. Belum sempat Cahya menstabilkan tubuhnya, wajahnya pun ditonjok oleh si lelaki. Saat Cahya jatuh, kedua tangannya menopang di sisi tubuh Cherry. Meskipun tendangan mengenai tubuhnya, Cahya tetap berusaha untuk melindungi Cherry.“Keras kepala juga! Mau jadi pahlawan kesiangan, ya?”Para lelaki menendang Cahya. Cahya hampir tidak bisa bertahan lagi. Sekujur tubuhnya telah memar akibat digebuki. Bahkan, tampak darah di ujung bibirnya.Cherry menyipitkan matanya. Melihat Cahya yang dipukuli terus, hatinya sungguh sakit. Air mata membasah
Cherry mengikuti di belakangnya. “Siapa kamu? Kenapa kamu menyelamatkanku?”Si lelaki berpakaian hitam menjawab, “Aku diutus Bos untuk menjadi anggota Lukman. Bos yang menyuruhku untuk menyelamatkanmu.”Boleh dikatakan bahwa lelaki ini diutus untuk menjadi mata-mata Lukman. Lukman mengutus beberapa orang untuk menghabisi Cherry, tetapi mereka malah memendam niat buruk.Tadi si lelaki juga terpaksa bersandiwara agar tidak menimbulkan kecurigaan. Dialah yang mengusulkan untuk membawa Cherry ke gudang, sebab ada pintu tersembunyi di dalam gudang.“Siapa bosmu?” Cherry tidak mengerti bos yang dimaksud si lelaki.“Kamu tidak usah bertanya banyak. Kita bicarakan lagi setelah keluar.”Cherry menarik tangannya. “Tapi Cahya masih ada di tangan mereka.”“Nona Cherry, Lukman tidak akan turun tangan terhadap Tuan Cahya. Dia hanya ingin membunuhmu untuk memperingati Tuan Cahya saja. Dia hanya ingin nyawamu.”Si lelaki menarik tangan Cherry. Ekspresinya terlihat sangat serius. “Kalau kita tidak perg