Kayla merasa ucapan ibunya sangat masuk akal. Hanya saja, sepertinya dia sudah tidak bisa menunggu sampai ibunya melahirkan anak lelaki lagi.Keberadaan dua anak kecil itu mungkin akan mengancam Kayla. Jadi, dia harus menyelidiki identitas kedua anak itu! Kemudian, Kayla akan menyingkirkannya!Di Vila Kandara.“Ibu, Ibu nggak makan? Kenapa Ibu terus melihat kami?” Jerry menyadari Claire tidak makan, melainkan hanya menatap mereka bertiga saja. Jadi, dia pun memberanikan diri untuk bertanya.Jessie dan Jerry juga merasa ada yang aneh dengan ibu mereka hari ini!Claire pun bertanya pada Jessie dan Jody, “Apa kalian pernah bertemu dengan paman yang aneh?”“Paman yang aneh? Apa maksud Ibu?”Claire mengerutkan keningnya. “Bukan, maksud Ibu, kalau ada orang asing yang ingin mendekati kalian atau ingin bertanya sesuatu, kalian nggak usah hiraukan mereka. Anak yang patuh nggak boleh bicara sama orang asing. Ingat pesan Ibu!”Sepertinya Jody tahu siapa “paman aneh” yang dimaksud ibunya. Dia pun
Sementara, ayahnya Javier, Kepala Keluarga Fernando, adalah penggemar dari Prisca. Gara-gara Prisca, dia pun rela menghabiskan banyak uang untuk membeli Agensi Majestik. Kemudian, dia baru berhasil mendapatkan ibunya.Bukan hanya ayahnya Javier saja, bahkan Zefri Chaniago juga jatuh cinta terhadap Prisca. Waktu itu, masalah ini juga diketahui oleh banyak orang.“Tuan Javier, kenapa Tuan bisa datang ke sini?” Direktur Agensi Majestik bertanya dengan sungkan.“Bukankah Agensi Majestik baru mengontrak dua bintang cilik? Di mana orangnya?”Howard terbengong sejenak, lalu menjawab, “Setelah kedua anak itu foto sampul majalah bersama Cahya, ada yang mencari mereka untuk menjadi brand ambassador. Sekarang mereka lagi sibuk di studio.”Javier memicingkan matanya. “Perusahaan mana?”Howard menjawab, “Iklan dari Perusahaan Mikazo.”Setelah mengetahui keberadaan kedua anak itu, Javier langsung bergegas pergi mencari mereka.Di lokasi pemotretan, manajer dari kedua anak, Angela, sedang mendampingi
Javier melengkungkan ujung bibirnya ke atas. “Tidak kenapa-napa, cuma bertanya saja.”“Sepertinya Paman sangat tertarik dengan ibu angkat kami?” tanya Jessie dengan tersenyum.Ekspresi Javier langsung menjadi kaku.Tiba-tiba Jessie memiringkan kepalanya, lalu bertanya dengan tersenyum, “Jangan-jangan … Paman lebih tertarik dengan ibu kami?”Lagi-lagi Javier tertegun. Kemudian, dia pun menunduk, lalu menjawab, “Bagaimana kalau aku bilang iya?”Kali ini giliran Jessie dan Jody yang terkejut.“Tapi, Paman, kamu sudah punya pacar …,” ucap Jessie dengan berlagak sedang kecewa.Javier pun bertanya, “Siapa yang beri tahu kalian?”Jessie menjawab, “Dengar dari orang lain ….”“Dia … bukan pacarku.” Entah kenapa Javier malah menjelaskan kepada kedua bocah cilik ini.Jody mengerutkan keningnya. “Bukan pacarmu?Tapi, kenapa Paman bisa bersamanya? Jangan-jangan Paman itu lelaki berengsek?”Meski Javier adalah ayah mereka, mereka juga tidak tenang untuk menyerahkan ibu mereka kepadanya.Javier pun te
Jangan-jangan Javier telah menyadarinya?Tidak! Claire tidak akan membiarkan Javier, Imelda, dan Kayla mengetahui masalah anak-anaknya!“Claire, kamu baik-baik saja, ‘kan?” Fendra mengkhawatirkan Claire. Dia pun berjalan keluar untuk menanyakan kondisinya.Claire memalingkan kepalanya, lalu tersenyum padanya. “Nggak kenapa-napa. Mengenai nama merek, biarkan aku memikirkannya lagi. Sekarang aku masih ada sedikit urusan, aku pamit dulu.”“Oke.” Fendra mengangguk.Tanpa menunda waktu, Claire berjalan ke depan lift. Ketika dia hendak memasuki lift, dia tak sengaja menabrak lelaki yang sedang berjalan keluar dari lift.Claire mengangkat kepalanya dan dia pun terkejut.Sepertinya Javier sengaja menghalangi langkahnya. “Kamu mau ke mana?”“Aku ada urusan. Kenapa? Apa Tuan Javier mau ikut campur sama urusanku?” Claire tersenyum.“Apa kamu sudah baca berita?”Dalam sesaat, tidak terlihat lagi senyuman di wajah Claire. Namun, dia berusaha untuk menenangkan dirinya. “Berita apa?”Javier menyerahk
“Kenapa kamu bisa bilang aku pernah melahirkan?”“Jelas-jelas enam tahun lalu ….” Ketika berbicara sampai di sini, Kayla menyadari dirinya hampir keceplosan. Celaka! Jika Kayla membongkar masalah ini, bukankah Claire akan tahu siapa lelaki yang tidur bersamanya pada enam tahun silam?“Apa katamu? Enam tahun lalu?” Claire masuk ke dalam mobil. Ekspresinya terlihat sangat datar.“Nggak kenapa-napa! Awas saja kalau sampai ketahuan kedua anak itu adalah anakmu!”Setelah mendengar ucapan Kayla, Claire merasakan sesuatu, lalu bertanya dengan sinis, “Kenapa? Kamu sudah baca berita? Sekarang kamu takut posisimu akan terancam? Jadi, kami ingin turun tangan terhadap kedua anak itu?”“Berhubung anak itu bukan anakmu, kamu juga nggak usah ikut campur.” Kayla mengakhiri panggilan. Terlintas tatapan sinis di matanya.Kayla sungguh tidak percaya Claire tidak pernah melahirkan. Sebab, wanita yang berhubungan dengan Javier malam itu adalah … dia!Apalagi kedatangan anak-anak itu juga sangat kebetulan.
“Dengan status agung Tuan Javier, kalau kamu berasumsi dia bersekongkol dengan Kayla untuk mencelakaimu, sepertinya semuanya terdengar nggak begitu masuk akal.”Ucapan Candice membuat Claire terdiam beberapa saat. Kemudian, terdengar lagi suara Candice. “Kalaupun Tuan Javier tahu masalah enam tahun lalu, bukankah seharusnya dia tahu ketiga anak-anakmu adalah anaknya? Dia juga nggak perlu lakukan tes DNA lagi.”Claire menunduk. “Aku mengerti maksudmu. Mungkin dia nggak bersekongkol sama Kayla untuk mencelakaiku, tapi dia itu kekasihnya Kayla. Pokoknya aku nggak suka sama semua orang yang berhubungan sama Kayla.”Intinya, Claire membenci Javier!Tiba tiba Candice kepikiran sesuatu, lalu tersenyum. “Gimana kalau kamu pertimbangkan kakak iparku? Sepertinya, dia suka banget sama Jody dan Jessie. Seharusnya dia bersedia untuk menjadi ayah dari anak-anak.”“Hehe, selain menjebakku, kamu juga ingin menjebak kakak sepupumu sendiri?”Seandainya penggemar Cahya mendengar ucapan Candice tadi, sepe
Claire terpaksa berbohong. Meski dia tahu lelaki pada enam tahun silam adalah Javier, dia juga tidak bisa menerima kenyataan itu ….Semakin dekat anak-anak dengan Javier, semakin besar kemungkinan Imelda dan Kayla akan melukai mereka.Jody menoleh untuk melihatnya. “Ibu, kenapa kamu takut kami mendekati paman itu?”Claire tidak menjawab. Tentu saja karena Claire takut Javier akan mengetahui kenyataan mereka bertiga adalah darah dagingnya! Dia juga khawatir Imelda dan Kayla akan melukai anak-anaknya.“Ibu, kamu sedang mengerutkan dahimu, itu berarti kamu merasa tidak tenang atau takut. Jangan-jangan paman itu ada hubungan apa-apa dengan kami?”Kali ini Claire langsung membantah, “Dia benar-benar nggak ada hubungan apa-apa sama kalian!”Jody mengangkat-angkat pundaknya. “Perubahan nada bicara Ibu sudah mengkhianatimu. Ibu sedang merasa takut!”“Aku ….” Claire sungguh tidak tahu harus berkata apa lagi.Kenapa Claire melupakan Jody yang masih kecil ini lebih tertarik dengan ilmu psikologi
Claire sengaja melambatkan langkahnya untuk menguping pembicaraan mereka. Keningnya spontan berkerut. Javier malah mempublikasikan masalah tes DNA?Tatapan Claire tertuju pada beberapa karyawan yang sedang menunggu di depan lift. Sepertinya mereka sedang fokus dengan gosip yang cukup mengejutkan itu. “Serius? Kamu jangan asal ngomong.”“Asistennya sendiri yang ngomong, kok. Dia kan orang kepercayaan Tuan Javier. Mana mungkin dia asal bicara?”“Tapi Tuan Javier aneh juga. Kenapa dia melakukan tes DNA di Pusat Laboratorium Forensik di Kota Jimbar? Kenapa nggak di dalam kota saja?”Claire berjalan dengan gugup. Ada apa ini? Jangan-jangan Javier tidak percaya dengan hasil tes DNA itu?Padahal George juga sudah melakukannya dengan sangat hati-hati. Lagi pula, bukankah Javier hanya ingin membuktikannya saja? Setelah mengetahui anak-anak tidak ada hubungannya dengannya, bukankah Javier seharusnya tidak curiga lagi?Jika Javier benar-benar melakukan tes DNA di Pusat Laboratorium Forensik Kota
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah
Yogi tersenyum. “Sekarang sudah tidak tergolong benci.”“Semua ini juga bukan tergantung kemauanmu. Yogi, selama masih ada darah Keluarga Amkasa di dirimu, kamu mesti pulang bersamaku!”Benny langsung melayangkan perintah kasar. Meskipun dengan diculik, dia juga tidak akan mengizinkan Yogi menolak permintaannya.Devin dan yang lain juga tidak tinggal diam. Mereka takut orang-orang itu akan membawa Yogi secara paksa.Pada saat ini, Tobias yang berjalan dengan menopang tongkat dan juga dipapah Dessy berjalan ke dalam. Salah satu tangannya diletakkan di belakang punggung sembari memegang tasbih. “Lho, pagi-pagi malah sudah seramai ini. Ternyata Pak Benny juga lagi di sini.”Langsung terlukis ekspresi tidak bersahabat di atas wajah Yogi. “Pak Tobias, kenapa kamu juga ada di ibu kota?”“Ariel sedang berada di ibu kota. Tentu saja aku juga mesti bersamanya. Hari ini aku kepikiran untuk melihat muridku. Siapa sangka aku akan bertemu kamu di sini.”Tobias menunjukkan senyuman bersahabat. Dia m
Gerakan Hiro berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya. “Kenapa kamu bertanya seperti ini?”Emilia menggaruk wajahnya. “Kamu sudah tinggal lama di penginapan ini, apalagi kamu juga sudah akrab dengan orang-orang di penginapan. Tiba-tiba kamu mau pergi, mungkin mereka akan nggak merelakanmu.”Tiba-tiba Hiro tertawa. “Terkadang aku masih akan kembali.”“Ah … begitu, ya?” Emilia tertawa canggung.Hiro melihat ke sisi Kiumi. “Kalau begitu, malam ini Kiumi tidur di tempatku saja.”Emilia mengangguk. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu waktu istirahatmu lagi.”Emilia membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan tempat. Langkah kakinya sangat cepat ketika menuruni tangga. Kebetulan dia bertemu dengan Mike, dia pun merasa kaget. “Bos?”Ketika Mike tidak melihat Kiumu, dia tahu apa yang telah Emilia lakukan. Mike spontan tersenyum. “Kenapa kamu malah merasa gugup? Apa kamu tidak merelakan kepergiannya?”“Nggak, ah!”“Sudahlah, aku sudah kenal lama sama kamu, apa mungkin aku tidak memahamimu? Apa kam
Orang yang berada di tepi menelepon polisi. Dia sekalian mengulurkan bantuan menarik mereka ke pinggir danau.Emilia segera berjalan ke belakang Hiro. Hiro membantu pria itu untuk melakukan CPR. Beberapa saat kemudian, pria itu terbatuk-batuk dan memuntahkan air. Kali ini, dia baru siuman.Setelah melihat kondisi ini, Emilia pun langsung menghela napas lega.Polisi juga segera tiba di lokasi. Setelah orang-orang di sekitar memahami kondisi, dia berjalan ke hadapan Hiro. “Permisi, Tuan, bisa ikut kami untuk melakukan catatan?”Hiro mengangguk.Di dalam kantor polisi, Emilia sedang menunggu di koridor. Ketika melihat Hiro keluar setelah memberi catatan, Emilia berjalan mendekatinya. “Apa kamu baik-baik saja? Gimana kalau kita kembali ke penginapan buat ganti baju?”Hiro membalas, “Oke.”Setelah kembali ke penginapan, Mike merasa bingung ketika mendengar kabar ada orang bunuh diri. “Kenapa malah bunuh diri?”“Siapa juga yang tahu? Mungkin dia lagi ada masalah, merasa tidak pantas untuk hi
Bukannya Ariel tidak ingin menggendong anak-anak, tetapi ayahnya dan Jodhiva tidak mengizinkannya. Tobias takut Ariel tidak bisa mengendalikan tenaganya, nantinya malah akan menyakiti anak-anak ….Dacia pun tertawa. “Aku mengerti. Tapi semuanya juga bukan masalah. Kamu mesti lebih banyak istirahat pada tiga bulan pertama. Selain memberi ASI, biasanya cuma perlu tiduran saja.”Ariel mengedipkan matanya. “Ternyata orang yang sudah jadi ibu lebih berpengalaman.”Jerremy dan Dacia tinggal beberapa saat sebelum meninggalkan tempat. Ariel berjongkok di samping ranjang bayi sembari menatap kedua bocah. Dia menggunakan jari tangannya untuk menoel pipi mereka. Rasanya empuk sekali. Kulit anak-anak memang lembut.“Kenapa tidak pakai sepatu?” Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di depan pintu. Ariel pun menoleh dan berkata, “Aku datang untuk lihat anak-anak saja.”Jodhiva mengambil sandal, lalu meletakkannya di hadapan Ariel. “Dipakai. Kamu lagi masa nifas, jangan sampai masuk angin.”Ariel memakai
Dessy juga berkata, “Iya, Nona. Kami semua ada di luar untuk menemanimu.”Ariel melihat ke sisi Jodhiva. Jodhiva mengangkat tangannya untuk merapikan rambut yang menempel di pipi Ariel. “Ariel sudah bekerja keras.”…Kabar Ariel melahirkan anak kembar telah tersebar sampai ke luar negeri. Jessie dan Jules langsung menelepon Jodhiva untuk memberi ucapan selamat.Setelah menutup telepon, Jodhiva membawa Ariel ke ruangan kaca untuk melihat kedua bayi itu.Ariel bersandar di jendela, menatap dua makhluk kecil yang masih keriput itu. Dia spontan tersenyum. “Mereka kecil sekali …. Kalau sudah besar nanti, pasti bakal mirip sama kamu.”Kalau anak-anak mirip ayah mereka, mereka berdua pasti akan sangat tampan.Jodhiva tersenyum dengan pelan, lalu merangkul bahunya. “Apa kamu mau istirahat?”“Nggak mau. Aku mau lihat mereka.”“Oke, kalau begitu, aku temani kamu.”Setelah selesai melihat anak-anak, mereka berdua kembali ke kamar. Mereka menyadari Jerremy dan Dacia datang dengan membawa banyak su
“Le … Levin?” panggil Yunita dengan suara kecil. Dia juga mengangkat tangan untuk mendorong Levin, tetapi dia tidak merespons sama sekali, tidurnya sangat nyenyak.Kali ini, giliran Yunita yang tidak bisa tidur. Dia hanya bisa bertahan hingga pagi hari.Saat matahari mulai bersinar, kegelapan di dalam kamar sudah mulai menghilang. Saat Levin membuka matanya dan melihat wajah yang begitu dekat dengan dirinya, dia spontan tertegun.Levin mengangkat kepalanya dan langsung menarik napas dalam-dalam. Selagi Yunita masih belum bangun, dia segera memindahkan tangannya dengan perlahan.“Pose tidurmu memang keren sekali.” Entah sejak kapan Yunita bangun. Dia sedang menatap Levin.Levin langsung duduk di tempat. Dia menekan keningnya dengan membelakangi Yunita. “Aku … aku sudah terbiasa untuk tidur sendirian.”Yunita juga ikut berdiri. Berhubung terus mempertahankan satu pose saja, lengannya terasa pegal. Dia menatap Levin. “Aku pergi mandi dulu.”Setelah Yunita memasuki kamar mandi, Levin langs
Levin mendorong pintu kamar, lalu berjalan ke dalam. Ketika melihat Yunita sedang mengambil foto albumnya, dia segera menghentikan Yunita. “Jangan dilihat!”Ketika melihat Levin begitu melindungi foto album itu, Yunita pun menyipitkan matanya. “Jangan-jangan ada foto yang nggak boleh dilihat di dalam album?”“Nggak ada hubungannya sama kamu. Ayahku suruh kamu tidur di kamarku, tapi aku tidak suruh kamu untuk sembarangan sentuh barangku!”“Malahan aku mau sentuh.” Yunita mengulurkan tangannya hendak merebut foto album. Levin menggenggam pergelangan tangan Yunita. “Apa kamu bersikeras ingin melihat fotoku? Jangan-jangan kamu suka sama aku?”Yunita terdiam membisu.Beberapa saat kemudian, Levin spontan kepikiran dirinya masih meraih tangan Yunita. Dia segera melepaskannya, lalu menggenggam foto album dengan erat. “Kamu boleh sentuh yang lain.”Levin membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi. Siapa sangka Girman malah memasuki kamar dengan santai. “Mau foto album? Ada banyak di tempatku.
Yunita bertanya, “Apa boleh aku menyentuhnya?”Girman mengangguk. “Tentu saja boleh. Kacang, kemari.”Setelah mendengar suara Girman, Kacang melompat menuruni sofa, lalu berjalan ke hadapan Girman.Girman mengelus kepalanya.Yunita juga mengulurkan tangannya dengan penuh hati-hati. Kacang mengangkat kepalanya untuk mengendus tangan Yunita. Ia juga tidak menolak untuk dibelai Yunita.Saat kepalanya dielus, Kacang menjulurkan lidahnya dan menyipitkan matanya. Ia kelihatan sangat menikmatinya.Girman berkata, “Kacang penurut sekali, ‘kan?”Yunita ikut tersenyum. “Iya, penurut sekali.”Levin berdeham, hendak memanggil Kacang ke sisinya. Siapa sangka Kacang hanya memalingkan kepalanya melirik Levin sekilas, tetapi tidak bergerak sama sekali.Kening Levin berkerut. “Dasar tidak patuh. Cepat ke sini.”Kacang mendengus. Ia kelihatan sangat penat.Girman memelototi Levin, lalu berkata pada Yunita, “Yunita, kalau kamu belum makan, malam ini kamu makan di rumah saja.”Yunita terdiam sejenak, lalu