Javier menjawab dengan datar, “Emm, tidak perlu tinggal di rumah sakit lagi.”Kemudian, tatapan Javier tertuju pada Roger. “Pesan tiket pesawat untuk pulang lusa pagi.”Roger tertegun. “Tapi kondisimu ….”“Aku sangat jelas dengan kondisi tubuhku sendiri.” Javier telah membulatkan tekadnya.Roger melihat Berwin dengan serbasalah. Kemudian, Berwin berkata, “Kalau dia mau pulang, pulang saja. Aku tidak bisa mengurusnya lagi!”Selesai berbicara, Berwin melambaikan tangannya berjalan meninggalkan ruangan.Claire menggigit erat bibirnya sembari berjalan ke hadapan Javier. “Lebih baik kamu dengar apa kata Kakek Berwin. Nggak usah buru-buru pulangnya.”Claire sungguh khawatir dengan kondisi Javier ketika melakukan penerbangan jarak panjang. Bagaimana jika lukanya terbuka?Javier menatap Claire dengan tatapan datar. Claire pun terkejut ketika melihat tatapan itu, sepertinya dia merasa tidak terbiasa. “Javier?”“Aku harus pulang.” Javier berdiri dan tidak melakukan penjelasan apa-apa. Dia pergi
Gerakan tangan Claire yang sedang memegang gelas teh pun berhenti. Dia menunduk, lalu menjawab, “Bukan, sama rekan kerja samaku.”Sejak Javier keluar rumah sakit, Claire pun tidak melihat batang hidungnya lagi. Bahkan, Yvonne juga tidak tahu apa yang sedang dia lakukan.Baru saja menyesap teh, tiba-tiba dia merasa mual. Dia pun menutup mulutnya segera berlari ke toilet.“Nona Zora?”Claire tahu Jaxon sedang memanggilnya. Hanya saja, dia tidak bisa merespons sama sekali. Dia langsung berlari ke toilet, lalu memuntahkannya di wastafel. Dia bahkan memuntahkan semua yang dimakannya pada siang hari tadi.Kemudian, Claire membuka keran air untuk membersihkan wastafel. Hanya saja, dia merasa mual lagi, tetapi tidak ada yang bisa dimuntahkannya lagi. Claire membasuh wajahnya, lalu menyeka dengan tisu.Setelah keluar toilet, Claire menyadari Jaxon sedang menunggunya di luar. Jaxon pun bertanya ketika melihat wajah pucatnya, “Kamu tidak enak badan?”“Aku baik-baik saja. Mungkin aku kemakan makan
Claire memeluk Javier, lalu membenamkan kepalanya ke depan dada Javier. “Emm, aku percaya sama kamu.”Javier menunduk dan tatapannya menjadi sangat muram.…Sepertinya Marco menerima suatu pesan. Dia pun membanting ponsel ke dinding.Bawahan yang berdiri di belakangnya menunduk dan tidak berbicara. Saat ini, salah satu lelaki berkata dengan penuh hati-hati, “River juga ikut campur dalam masalah ini. Ditambah lagi, sekarang Berwin juga sudah kembali dan mengetahui kabar cucunya terluka. Sepertinya dia tidak akan melepaskan kita.”Marco mengisap rokok elektrik di depan jendela. Asap perlahan-lahan mengepul di jendela memburamkan tatapannya. “Sepertinya orang-orang itu tidak akan kembali setelah jatuh ke tangan Berwin.”Raut wajah si lelaki juga terlihat sangat tidak bagus. “Jadi, apa yang harus kita lakukan?”Marco mengembuskan asap rokok, lalu bertanya, “Apa yang dikatakan Rega?”Si lelaki membalas, “Dia bilang Tuan saja yang mengurus masalah ini. Selain itu, sepertinya pihak rumah saki
Claire menatap mereka. Dia juga bisa menebak sepertinya ada yang terjadi. Hanya saja, Claire tidak bertanya.River membalikkan kepalanya, lalu meletakkan tangan ke atas pundak Claire. “Aku dan Martin masih ada urusan. Claire, kami pulang dulu.”Claire mengangguk, lalu melihat kepergian mereka berdua.Saat ini Yvonne berlari kemari. “Kak Claire.”Yvonne terengah-engah. “Ternyata kamu di sini. Aku kira kamu ke mana.”“Ada apa?”Setelah Yvonne mengatur napasnya, dia pun berkata dengan gugup, “Kondisi Tuan Javier semakin memburuk. Pak Berwin panggil kamu ke sana.”Claire bersama Yvonne segera berlari ke kamar. Di dalam sana, selain Roger dan Berwin, juga ada beberapa lelaki yang tidak pernah dijumpai Claire. Sepertinya mereka adalah anggota Hunter.Javier sedang berbaring di atas ranjang. Wajahnya tampak memucat. Keningnya juga dipenuhi dengan keringat dingin. Berwin mencari dokter pribadi yang berpengalaman untuk mengobatinya. Saat ini, dokter sedang mengukur suhu tubuhnya.Saat dokter me
“Emm.” Claire menunduk. “Maaf, aku nggak tahu kamu lagi demam.”Javier mengelus tangan Claire yang dingin. Dia pun tersenyum sembari berkata, “Aku juga tidak ingin kamu mencemaskanku, makanya aku tidak beri tahu kamu. Claire, aku yang seharusnya minta maaf.”Sebab, Javier telah menyembunyikannya dari Claire. Dia tahu dirinya tertular virus. Jadi, dia mungkin akan sering demam, batuk, dan kondisi tubuhnya akan semakin buruk. Waktunya hanya tersisa tiga atau empat tahun lagi.Saat Claire hendak berbicara sesuatu, Berwin pun datang. “Javier, kamu sudah bangun?”“Emm.” Javier mengangguk.Berwin melihat Claire sekilas. “Kamu keluar sana. Ada yang ingin aku bicarakan dengan Javier.”Claire menggigit bibirnya dan tidak berbicara. Dia berdiri, lalu berjalan keluar. Tatapan Javier tertuju pada bayangan punggung si wanita dan menjadi muram dalam seketika.Setelah hanya tersisa mereka berdua di dalam kamar, Berwin baru bertanya, “Kamu jujur sama aku. Sebenarnya apa yang terjadi?”Saat membahas ko
Beberapa saat kemudian, Javier pun berkata dengan perlahan, “Claire, kita bercerai saja.”Claire tertegun di tempat. Pikirannya menjadi hampa. Dia melihat Javier dengan tatapan tidak percaya. “Kamu … apa yang lagi kamu katakan?”Javier mengalihkan pandangannya melirik ke sisi Claire. Tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajahnya. “Aku bilang … kita bercerai saja.”Bercerai ….Kata itu sangat menusuk hati. Sebab, dia tidak pernah kepikiran suatu hari nanti Javier akan mengajukan cerai.Claire menggigit bibirnya berusaha untuk menenangkan perasaannya. “Alasannya?”Kedua mata berlinangkan air mata menatap ke sisi Javier. Dia ingin membaca setiap ekspresi di wajahnya. Hanya saja, tidak ada perubahan ekspresi apa pun di atas wajah pucatnya. “Tidak ada alasan. Cuma … sudah bosan.”Tangan di dua sisi tubuh Claire refleks dikepal erat. Keningnya juga terlihat berkerut. Hatinya terasa sakit hingga kesulitan untuk bernapas. “Bo … Bosan?”Javier tidak berbicara.Claire melangkah ke hadapan Javier.
Claire berterima kasih dengan tersenyum. Kemudian, dia kembali ke kamarnya sendiri. Saat ini tampak Yvonne sedang mengemas barang bawaannya. “Coba kamu tanya Roger, ke mana perginya Javier.”Yvonne pun tertegun sejenak, baru mengeluarkan ponsel untuk menelepon Roger. Entah apa yang dikatakan Roger, Yvonne pun terlihat agak syok. “Bukannya kalian jadwal penerbangan kalian sore?”Setelah Yvonne mengakhiri panggilan, dia pun memalingkan kepalanya dan berkata dengan bingung, “Tuan Javier sudah pulang.”Menyadari ekspresi muram di wajah Claire, Yvonne pun bertanya dengan penuh hati-hati, “Kak Claire, ada apa dengan kamu dan Tuan Javier? Apa yang terjadi semalam?”Semalam setelah Claire kembali dari kamar Javier, dia kelihatan sangat marah hingga melewatkan makan malamnya. Yvonne sempat bertanya pada Roger, tetapi Roger juga tidak memberitahunya.“Dia ingin cerai sama aku.”“Ce … apa?” Yvonne berjalan ke hadapannya. “Apa Tuan Javier ingin minta cerai sama kamu? Apa dia sedang bercanda?”Bahk
Namun Rendy tidak ingin putrinya larut dalam kesedihan, dia pun berkata sebelum meninggalkan kamar, “Claire, jangan memaksakan diri sendiri. Meskipun kalian bercerai, Keluarga Adhitama selamanya adalah keluargamu. Ayah akan menyambut kepulanganmu setiap saat.”Claire tertegun sejenak, lalu menunduk sembari tersenyum. Dia tahu ayahnya berbicara seperti ini demi kebaikannya. Rendy tidak ingin Claire merasa sedih, tapi dia harus mencari tahu alasan Javier ingin bercerai dengannya. Sebelum alasannya ditemukan, Claire tidak mungkin akan melepaskan pernikahannya begitu saja!Dulu Javier yang selalu menempel di sisinya. Sekarang giliran Claire!Keesokan harinya, di Grup Angkasa.Setelah mengetahui kabar Javier sedang berada di perusahaan, Claire pun merias dirinya, lalu pergi ke perusahaan dengan membawakan bekal makanan.Kebetulan Roger sedang berjalan keluar ruangannya. Tampak seorang wanita berpenampilan cantik dan anggun sedang berjalan ke sisinya. Roger pun terkejut. “No … Nona Claire, k