Claire menatap mereka. Dia juga bisa menebak sepertinya ada yang terjadi. Hanya saja, Claire tidak bertanya.River membalikkan kepalanya, lalu meletakkan tangan ke atas pundak Claire. “Aku dan Martin masih ada urusan. Claire, kami pulang dulu.”Claire mengangguk, lalu melihat kepergian mereka berdua.Saat ini Yvonne berlari kemari. “Kak Claire.”Yvonne terengah-engah. “Ternyata kamu di sini. Aku kira kamu ke mana.”“Ada apa?”Setelah Yvonne mengatur napasnya, dia pun berkata dengan gugup, “Kondisi Tuan Javier semakin memburuk. Pak Berwin panggil kamu ke sana.”Claire bersama Yvonne segera berlari ke kamar. Di dalam sana, selain Roger dan Berwin, juga ada beberapa lelaki yang tidak pernah dijumpai Claire. Sepertinya mereka adalah anggota Hunter.Javier sedang berbaring di atas ranjang. Wajahnya tampak memucat. Keningnya juga dipenuhi dengan keringat dingin. Berwin mencari dokter pribadi yang berpengalaman untuk mengobatinya. Saat ini, dokter sedang mengukur suhu tubuhnya.Saat dokter me
“Emm.” Claire menunduk. “Maaf, aku nggak tahu kamu lagi demam.”Javier mengelus tangan Claire yang dingin. Dia pun tersenyum sembari berkata, “Aku juga tidak ingin kamu mencemaskanku, makanya aku tidak beri tahu kamu. Claire, aku yang seharusnya minta maaf.”Sebab, Javier telah menyembunyikannya dari Claire. Dia tahu dirinya tertular virus. Jadi, dia mungkin akan sering demam, batuk, dan kondisi tubuhnya akan semakin buruk. Waktunya hanya tersisa tiga atau empat tahun lagi.Saat Claire hendak berbicara sesuatu, Berwin pun datang. “Javier, kamu sudah bangun?”“Emm.” Javier mengangguk.Berwin melihat Claire sekilas. “Kamu keluar sana. Ada yang ingin aku bicarakan dengan Javier.”Claire menggigit bibirnya dan tidak berbicara. Dia berdiri, lalu berjalan keluar. Tatapan Javier tertuju pada bayangan punggung si wanita dan menjadi muram dalam seketika.Setelah hanya tersisa mereka berdua di dalam kamar, Berwin baru bertanya, “Kamu jujur sama aku. Sebenarnya apa yang terjadi?”Saat membahas ko
Beberapa saat kemudian, Javier pun berkata dengan perlahan, “Claire, kita bercerai saja.”Claire tertegun di tempat. Pikirannya menjadi hampa. Dia melihat Javier dengan tatapan tidak percaya. “Kamu … apa yang lagi kamu katakan?”Javier mengalihkan pandangannya melirik ke sisi Claire. Tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajahnya. “Aku bilang … kita bercerai saja.”Bercerai ….Kata itu sangat menusuk hati. Sebab, dia tidak pernah kepikiran suatu hari nanti Javier akan mengajukan cerai.Claire menggigit bibirnya berusaha untuk menenangkan perasaannya. “Alasannya?”Kedua mata berlinangkan air mata menatap ke sisi Javier. Dia ingin membaca setiap ekspresi di wajahnya. Hanya saja, tidak ada perubahan ekspresi apa pun di atas wajah pucatnya. “Tidak ada alasan. Cuma … sudah bosan.”Tangan di dua sisi tubuh Claire refleks dikepal erat. Keningnya juga terlihat berkerut. Hatinya terasa sakit hingga kesulitan untuk bernapas. “Bo … Bosan?”Javier tidak berbicara.Claire melangkah ke hadapan Javier.
Claire berterima kasih dengan tersenyum. Kemudian, dia kembali ke kamarnya sendiri. Saat ini tampak Yvonne sedang mengemas barang bawaannya. “Coba kamu tanya Roger, ke mana perginya Javier.”Yvonne pun tertegun sejenak, baru mengeluarkan ponsel untuk menelepon Roger. Entah apa yang dikatakan Roger, Yvonne pun terlihat agak syok. “Bukannya kalian jadwal penerbangan kalian sore?”Setelah Yvonne mengakhiri panggilan, dia pun memalingkan kepalanya dan berkata dengan bingung, “Tuan Javier sudah pulang.”Menyadari ekspresi muram di wajah Claire, Yvonne pun bertanya dengan penuh hati-hati, “Kak Claire, ada apa dengan kamu dan Tuan Javier? Apa yang terjadi semalam?”Semalam setelah Claire kembali dari kamar Javier, dia kelihatan sangat marah hingga melewatkan makan malamnya. Yvonne sempat bertanya pada Roger, tetapi Roger juga tidak memberitahunya.“Dia ingin cerai sama aku.”“Ce … apa?” Yvonne berjalan ke hadapannya. “Apa Tuan Javier ingin minta cerai sama kamu? Apa dia sedang bercanda?”Bahk
Namun Rendy tidak ingin putrinya larut dalam kesedihan, dia pun berkata sebelum meninggalkan kamar, “Claire, jangan memaksakan diri sendiri. Meskipun kalian bercerai, Keluarga Adhitama selamanya adalah keluargamu. Ayah akan menyambut kepulanganmu setiap saat.”Claire tertegun sejenak, lalu menunduk sembari tersenyum. Dia tahu ayahnya berbicara seperti ini demi kebaikannya. Rendy tidak ingin Claire merasa sedih, tapi dia harus mencari tahu alasan Javier ingin bercerai dengannya. Sebelum alasannya ditemukan, Claire tidak mungkin akan melepaskan pernikahannya begitu saja!Dulu Javier yang selalu menempel di sisinya. Sekarang giliran Claire!Keesokan harinya, di Grup Angkasa.Setelah mengetahui kabar Javier sedang berada di perusahaan, Claire pun merias dirinya, lalu pergi ke perusahaan dengan membawakan bekal makanan.Kebetulan Roger sedang berjalan keluar ruangannya. Tampak seorang wanita berpenampilan cantik dan anggun sedang berjalan ke sisinya. Roger pun terkejut. “No … Nona Claire, k
Claire mencium bibir dingin itu, lalu menempelkan tubuhnya ke tubuh si lelaki. Dia kira dia bisa menggoda Javier. Sayangnya, dugaannya salah.Javier masih tidak bergerak. Seandainya bukan karena Javier sedang menahan gairahnya, itu berarti Javier memang sudah tidak tertarik dengan Claire lagi.Kali ini, Claire meninggalkan bibir Javier. Sepertinya dia percaya bahwa lelaki ini benar-benar telah bosan dan tidak mencintainya lagi. Atau … ini adalah cara Javier agar Claire bisa meninggalkannya?Claire mengepal erat tangannya. “Javier, gimana kalau aku masih nggak menyerah?”Javier sungguh terkejut. Hanya saja, dia tetap menunjukkan wajah muramnya. Javier pun membalikkan kepalanya. “Kamu pulang dulu.”Claire maju untuk memeluk Javier. Tubuh Javier seketika menjadi tegang. Dia mengepal erat tangannya berusaha menahan hasratnya untuk memeluk si wanita.Suara Claire terdengar sangat ringan. “Javier, aku nggak percaya kamu nggak cinta lagi sama aku. Meskipun kamu nggak cinta, aku juga akan … bi
Javier memindahkan asbak ke samping, lalu mengantukkan meja. “Apa Wilson mengetahuinya?”Maksud Javier adalah masalah yang terjadi pada Claire sewaktu di Negara Shawana.Roger terdiam sejenak, lalu membalas, “Aku rasa seharusnya Wilson sudah mengetahuinya.”…Tak lama kemudian, Claire pun dijemput ke Kediaman Kenata. Dia bisa menebak bahwa Wilson ingin mencarinya. Liliana membawanya ke ruang baca, lalu tampak Wilson sedang berdiri di depan jendela. Tanpa menoleh, dia pun berkata, “Apa kamu dan Javier diserang sewaktu di Negara Shawana?”Claire tersenyum datar. “Informasimu cepat juga.”“Hehe, bagaimanapun Negara Shawana adalah areaku. Ada anggotaku di sana. Sepertinya orang-orang itu sudah tidak bersabar lagi.”Wilson membalikkan tubuhnya dengan perlahan, lalu tatapannya tertuju pada diri Claire. “Apa kataku, aku memang tidak akan menggunakanmu untuk melawan Javier, tapi orang lain belum tentu.”Claire berjalan maju. “Pak Wilson, mengenai masalah Keluarga Gufree dengan Keluarga Fernand
Claire terdiam sejenak, baru menjawab, “Dia kenalan ibuku. Dia juga beri tahu aku ibumu mati karena terjangkit virus Moza.”Liliana sungguh syok hingga menutup mulutnya.Wilson menyuruh Liliana untuk membawa Claire keluar ruangan. Dia ingin menenangkan diri di dalam ruang baca. Entah apa yang ada di benaknya saat ini, raut wajah Wilson pun kelihatan semakin muram lagi.Liliana membawa Claire berjalan ke lantai bawah. Tiba-tiba dia bertanya, “Claire, apa yang kamu katakan tadi benar? Ibumu benar-benar ….”“Emm. Paman River nggak bakal bohongi aku.”Claire tahu River tidak mungkin membohonginya apalagi mengenai masalah kematian ibunya. Hanya saja, ketika kepikiran dengan ekspresi Wilson tadi, Claire merasa sedikit bingung. “Tante, apa kamu bisa beri tahu aku kenapa Kakek kelihatan sangat kaget ketika mendengar masalah virus itu?” Liliana sungguh gembira dipanggil “Tante” oleh Claire. Beberapa saat kemudian, dia pun menjawab dengan tidak berdaya, “Aku juga tidak jelas. Kakekmu memang tid