Javier menundukkan kepalanya menahan belakang kepala Claire. Dia pun kembali membalas ciuman yang diberikan Claire. Meskipun semua itu hanyalah makna simbolis dari bianglala dan hanyalah sebuah legenda, Javier juga bersedia membiarkan wanitanya melakukan apa yang ingin dia lakukan. Setelah ciuman berakhir, wajah Claire tampak merona lantaran kehabisan napas saja. Javier mengusap belakang kepalanya, lalu berkata dengan tersenyum, “Sudah selama ini, masih tidak bisa ambil napas?”Claire mengedipkan matanya dan tidak berbicara.“Sepertinya aku mesti mengajarimu.” Javier mencubit dagu si wanita, kembali menciumnya.Beberapa saat kemudian, Claire baru meninggalkan bibirnya. Dia masih kesulitan untuk mengambil napas, tapi dia takut Javier akan melanjutkannya lagi. Jadi, Claire segera mendorongnya. “Sudahlah, aku sudah bisa!”Saking lamanya ciuman mereka, bibir Claire pun membengkak.Saat mereka berdua berjalan menuruni bianglala, seorang anak lelaki bertopi yang berusia sekitar 6-7 tahun m
Javier segera berlari ke sisinya.Claire membantu anak perempuan menahan lukanya, lalu berkata dengan wajah pucat, “Javier, dia pencar dengan orang tuanya. Dia juga lagi terluka. Kita nggak boleh biarin dia begitu saja.”“Aku tahu. Kamu bawa dia bersembunyi dulu.”“Bagaimana sama kamu?”Menyadari Javier hendak membangkitkan tubuhnya, Claire langsung menariknya. “Personel mereka banyak sekali. Mereka semua ingin menyerangmu. Jadi, kamu nggak boleh ambil risiko!”Tadi Claire sempat kedengaran bahwa orang-orang itu menginginkan nyawa Javier!Javier mengecup bibir Claire, lalu mengusap ujung matanya. “Tenang saja, aku akan baik-baik saja. Kamu sembunyi dulu dan tunggu aku.”Javier segera berdiri, lalu berjalan pergi.Saat Claire hendak menarik tangannya, Javier pun sudah pergi jauh. Anak perempuan di dalam pelukan Claire masih menangis akibat kesakitan. Dia segera menenangkan, “Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja. Aku akan bawa kamu keluar dari sini.”Anak perempuan itu berusaha
Tatapan si lelaki terus tertuju pada diri Claire. Hawa panas mulai membara. Dia spontan menelan air liurnya. Saat si lelaki sedang terbengong, Claire segera mengelak dari todongan pistol dan berlari.“Duarr!”Peluru memelesat di tempat kosong.Saat ini, Claire sudah berdiri di belakang si lelaki, lalu menggunakan sikunya untuk mencekik leher si lelaki. Tatapannya sangatlah galak. “Di mana Javier?”Entah apa yang dikatakan si lelaki. Kemudian, Claire memukul si lelaki hingga kehilangan kesadarannya. Dia merebut pistol di tangannya, lalu berlari ke dalam.Di sisi lain, beberapa lelaki berpakaian hitam di belakang ditembak Javier hingga meminta pengampunan. Javier memukul lelaki berpakaian hitam terakhir hingga jatuh terkapar di lantai. Saat si lelaki hendak mengambil pistolnya, pistolnya malah ditendang.Kemeja yang awalnya sangatlah rapi telah menjadi kusut dan juga berlubang. Ada luka di lengan dan juga punggungnya. Bahkan, rambutnya juga sudah dibasahi oleh keringat. Hanya saja, dia m
Seiring dengan suara tembakan yang tajam, peluru pun memelesat ke tubuh Javier.Claire pun terbengong dan kedua matanya mengecil.Di bawah pancaran cahaya lampu, wajah si lelaki yang tampan itu terlihat semakin muram. Dia menatap kedua mata si wanita sembari mengelus pipinya. “Claire, jangan takut, aku ….”Javier langsung menunduk untuk mencium bibir Claire. Namun, tiba-tiba Javier terjatuh tersungkur ke lantai.Claire segera menahan tubuhnya dan menyadari ada luka tembakan di belakang punggungnya. Air mata yang panas mulai bercucuran. Dia memeluk Javier sembari menjerit, “Nggak mungkin! Javier! Jangan tidur! Aku nggak akan izinin kamu buat tinggalin aku!”Roger, Yvonne, dan pihak kepolisian telah tiba di lokasi. Ketika melihat Claire memeluk Javier dengan menangis histeris, sekujur tubuhnya pun gemetar. “Tuan ….”Mobil ambulans melaju kencang di jalan. Claire duduk di samping sambil menggenggam erat tangan Javier. Dia sedang berusaha memberi kehangatan pada tangan Javier yang dingin i
Setelah River menyadari Claire keluar dari ruangan, dia berbicara sesuatu pada dokter, lalu berjalan menghampiri Claire. “Claire, ternyata kamu lagi di rumah sakit.”Claire tersenyum getir. “Memangnya aku bisa ke mana lagi kalau bukan ke rumah sakit.” Selesai ucapan dilontarkan, dia melihat River. “Apa yang Paman bicarakan dengan dokter?”River tertegun sejenak, lalu membalas dengan tersenyum, “Hanya membahas masalah kondisi Javier.”“Apa kondisinya sangat rumit?” tanya Claire. Menyadari River terdiam, dia pun menunduk dan berbicara dengan suara serak, “Apa kondisinya sangat parah?”“Sedikit.” Raut wajah River juga sangat kacau. Masalah ini bukan hanya sekadar tembakan peluru biasa, kondisi Javier malah lebih parah daripada luka tembakan.Saat Claire hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba dia menerima panggilan dari ayahnya.Claire ragu sejenak. Pada akhirnya, dia memilih untuk mengangkatnya. “Ayah?”“Claire, apa kamu baik-baik saja di luar sana? Aku dengar ada penembakan di Negara Shawa
Bukan hanya sumber air di hotel itu saja, bahkan sumber air yang tersedia di tempat lain pun telah terjangkit virus. Wabah yang merebak itu bukanlah bencana alam, melainkan ulah manusia.Jika Javier benar-benar terinfeksi, itu berarti kekhawatirannya itu memang benar. Ada yang masih tidak gentar untuk melakukan penelitian virus genetik lagi.…Setelah Claire kembali ke hotel, dia pun terkejut ketika melihat kedatangan Berwin dan Roger.Saat Berwin melihatnya, dia pun semakin marah lagi. “Apa kamu sudah melupakan apa yang pernah kamu janjikan padaku? Sekarang gara-gara kamu, Javier dirawat di rumah sakit. Apa kamu puas sekarang?”Claire menunduk. “Maaf ….”Sekarang Claire tidak tahu harus berkata apa lagi. Sebab Javier memang bisa ditembak demi menyelamatkannya.Raut wajah Berwin semakin muram lagi. “Javier sudah cukup berbahaya ketika bersamamu. Seandainya kamu memang memikirkan Javier, aku harap kamu bisa meninggalkannya.”Claire terbengong sejenak, lalu berkata, “Aku nggak akan tingg
Padahal Claire hanya ingin menemaninya saja. Dia hanya tidak ingin meninggalkan Javier seorang diri. Pada akhirnya, Claire malah telah melukainya.Menyadari Claire yang putus asa itu, Yvonne meletakkan kedua tangan di atas pundaknya, lalu berkata dengan serius, “Kak, janganlah takut ketika menghadapi cobaan. Kalian harus menghadapi masalah ini bersama. Memangnya Kak Claire yang bersalah atas luka yang diterima Tuan Javer?”Sebenarnya bukan! Musuh mereka adalah orang-orang itu. Meskipun Claire tidak datang, Javier tetap akan dalam bahaya.Setelah mendengar ucapan Yvonne, Claire pun tersenyum. “Tak disangka kamu pintar dalam menghibur.”Yvonne pun tersenyum canggung sembari menggaruk kepalanya.Claire duduk di sofa. “Oh ya, apa sekarang Rosy lagi bersama mereka?”“Emm, kakakku sudah menyelidikinya. Nggak disangka, Kak … Rosy benar-benar berhubungan dengan orang-orang itu. Dia malah merahasiakannya dengan begitu ketat. Pantas saja dia bisa membunuh Wanda.”Yvonne duduk di hadapannya. Raut
Rosy merasa gemetar dan mengelak pandangannya. “Aku nggak tahu apa yang lagi kamu katakan.”“Kamu benar-benar nggak tahu atau lagi pura-pura nggak tahu?” Claire mendekatinya. “Gimana kalau aku tanya majikan baru kamu, Tuan Marco?”“Claire, apa maksudmu?” Kobaran kebencian seketika terlihat di mata Rosy.Claire mengangkat-angkat pundaknya dengan tidak acuh. “Maksudku sama seperti yang kamu pikirkan. Pak Berwin begitu menyayangimu, tapi pada akhirnya kamu malah mengkhianati Keluarga Fernando dan memilih Marco. Jangan-jangan kamu kira Marco akan melindungimu?”Kedua tangan Rosy dikepal dengan erat. Dia pun tersenyum sinis. “Kenapa? jangan-jangan Nona Claire ingin melindungiku? Sayangnya, aku nggak punya jalan lain lagi. Lebih baik aku tinggal di sisi Tuan Marco saja.”Menyadari Claire tidak berbicara, Rosy tersenyum dingin. “Memangnya kenapa kalau kamu tahu masalah Tante Prisca? Kamu kira Pak Berwin akan percaya Keluarga Gufree nggak bersalah dalam masalah itu?”“Claire, kamu jangan terla