Rosy ditendang ke ujung dinding. Marco melonggarkan dasinya. Tatapannya terlihat sangat dingin dan galak. “Dasar wanita jalang! Apa kamu merasa menyesal? Jadi, kamu ingin mengkhianatiku?”Sekujur tubuh Rosy gemetar. Dia merangkak ke sisi kaki Marco. “Nggak, aku benar-benar nggak bermaksud untuk mengkhianatimu. Claire yang menyuruh orang untuk membawaku ke sana. Dia berusaha untuk mengancamku. Tapi aku nggak beri tahu apa-apa. Aku bersumpah!”Marco membungkukkan tubuhnya, lalu mencubit dagunya. “Rosy, sekarang kamu tahu terlalu banyak rahasia. Apa kamu merasa aku akan percaya dengan omonganmu?”Tubuh Rosy semakin gemetar lagi.Marco adalah tipe lelaki curigaan dan paling membenci ada yang mengkhianatinya. Meskipun Rosy tidak mengatakan apa-apa, dia memang mengetahui terlalu banyak rahasia yang tidak seharusnya dia ketahui, termasuk masalah virus!“Aku bersumpah aku benar-benar nggak beri tahu apa-apa sama dia. Tuan Marco, mohon percaya sama aku. Aku benar-benar nggak ngomong apa-apa! Ak
Javier menunduk, lalu mengecup kening si wanita. Saat dia hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba dia terbatuk dengan kuat.Claire segera menegakkan tubuhnya dan bertanya dengan khawatir, “Javier, apa kamu baik-baik saja?”Javier menutup mulutnya sembari memalingkan kepalanya. Dia sungguh terkejut ketika merasakan ada cairan lengket di telapak tangannya. Namun, dia tidak membiarkan Claire menyadarinya, segera mengepalkan tangannya. Dia kembali melihat Claire dengan tersenyum. “Aku baik-baik saja. Mungkin hanya tersedak.”Claire mencemberutkan bibirnya. “Apa kamu lapar? Apa kamu ingin makan sesuatu?”Tatapan Javier menjadi lembut. “Setelah ditanya sama kamu, aku jadi merasa lapar. Aku ingin makan masakanmu.”Claire segera berdiri. “Oke, aku akan masak sekarang. Kamu tunggu aku, ya.”Setelah Claire berjalan ke depan pintu, kebetulan dia bertemu dengan River. Claire pun berkata, “Paman River, tolong bantu aku jaga Vier sebentar, ya.”River mengangguk.Setelah Claire berjalan pergi, River ber
Namun setelah melewati masa inkubasi, orang yang terjangkit virus akan mulai batuk darah, bahkan antibodinya akan turun drastis. Perkembangan sel kanker di tubuh akan semakin cepat. Metabolisme tubuh juga akan melambat. Bahkan, indeks darah juga akan sangat aneh. Tidak dalam hitungan tahun, orang itu pun akan meninggal.Javier tersenyum getir. “Jadi, aku masih bisa hidup berapa lama lagi?”River mengerutkan keningnya. “Dengan kondisimu sekarang, sepertinya tiga atau empat tahun.”…Claire kembali ke rumah sakit dengan masakannya. Baru saja dia memasuki kamar, tampak Javier sedang duduk sendirian sembari menatap ke luar jendela. Saat ini, tidak terlihat lagi batang hidung River lagi.“Javier, aku bawain makan malam buat kamu.” Claire berjalan ke sisi ranjang, lalu meletakkan makanan ke atas nakas.Javier mengalihkan tatapannya menatap wanitanya dengan tersenyum tipis. “Emm, kamu suap aku.”Claire juga tidak menolak. Dia membuka kotak makan, lalu duduk di samping ranjang untuk menyuapiny
Javier menjawab dengan datar, “Emm, tidak perlu tinggal di rumah sakit lagi.”Kemudian, tatapan Javier tertuju pada Roger. “Pesan tiket pesawat untuk pulang lusa pagi.”Roger tertegun. “Tapi kondisimu ….”“Aku sangat jelas dengan kondisi tubuhku sendiri.” Javier telah membulatkan tekadnya.Roger melihat Berwin dengan serbasalah. Kemudian, Berwin berkata, “Kalau dia mau pulang, pulang saja. Aku tidak bisa mengurusnya lagi!”Selesai berbicara, Berwin melambaikan tangannya berjalan meninggalkan ruangan.Claire menggigit erat bibirnya sembari berjalan ke hadapan Javier. “Lebih baik kamu dengar apa kata Kakek Berwin. Nggak usah buru-buru pulangnya.”Claire sungguh khawatir dengan kondisi Javier ketika melakukan penerbangan jarak panjang. Bagaimana jika lukanya terbuka?Javier menatap Claire dengan tatapan datar. Claire pun terkejut ketika melihat tatapan itu, sepertinya dia merasa tidak terbiasa. “Javier?”“Aku harus pulang.” Javier berdiri dan tidak melakukan penjelasan apa-apa. Dia pergi
Gerakan tangan Claire yang sedang memegang gelas teh pun berhenti. Dia menunduk, lalu menjawab, “Bukan, sama rekan kerja samaku.”Sejak Javier keluar rumah sakit, Claire pun tidak melihat batang hidungnya lagi. Bahkan, Yvonne juga tidak tahu apa yang sedang dia lakukan.Baru saja menyesap teh, tiba-tiba dia merasa mual. Dia pun menutup mulutnya segera berlari ke toilet.“Nona Zora?”Claire tahu Jaxon sedang memanggilnya. Hanya saja, dia tidak bisa merespons sama sekali. Dia langsung berlari ke toilet, lalu memuntahkannya di wastafel. Dia bahkan memuntahkan semua yang dimakannya pada siang hari tadi.Kemudian, Claire membuka keran air untuk membersihkan wastafel. Hanya saja, dia merasa mual lagi, tetapi tidak ada yang bisa dimuntahkannya lagi. Claire membasuh wajahnya, lalu menyeka dengan tisu.Setelah keluar toilet, Claire menyadari Jaxon sedang menunggunya di luar. Jaxon pun bertanya ketika melihat wajah pucatnya, “Kamu tidak enak badan?”“Aku baik-baik saja. Mungkin aku kemakan makan
Claire memeluk Javier, lalu membenamkan kepalanya ke depan dada Javier. “Emm, aku percaya sama kamu.”Javier menunduk dan tatapannya menjadi sangat muram.…Sepertinya Marco menerima suatu pesan. Dia pun membanting ponsel ke dinding.Bawahan yang berdiri di belakangnya menunduk dan tidak berbicara. Saat ini, salah satu lelaki berkata dengan penuh hati-hati, “River juga ikut campur dalam masalah ini. Ditambah lagi, sekarang Berwin juga sudah kembali dan mengetahui kabar cucunya terluka. Sepertinya dia tidak akan melepaskan kita.”Marco mengisap rokok elektrik di depan jendela. Asap perlahan-lahan mengepul di jendela memburamkan tatapannya. “Sepertinya orang-orang itu tidak akan kembali setelah jatuh ke tangan Berwin.”Raut wajah si lelaki juga terlihat sangat tidak bagus. “Jadi, apa yang harus kita lakukan?”Marco mengembuskan asap rokok, lalu bertanya, “Apa yang dikatakan Rega?”Si lelaki membalas, “Dia bilang Tuan saja yang mengurus masalah ini. Selain itu, sepertinya pihak rumah saki
Claire menatap mereka. Dia juga bisa menebak sepertinya ada yang terjadi. Hanya saja, Claire tidak bertanya.River membalikkan kepalanya, lalu meletakkan tangan ke atas pundak Claire. “Aku dan Martin masih ada urusan. Claire, kami pulang dulu.”Claire mengangguk, lalu melihat kepergian mereka berdua.Saat ini Yvonne berlari kemari. “Kak Claire.”Yvonne terengah-engah. “Ternyata kamu di sini. Aku kira kamu ke mana.”“Ada apa?”Setelah Yvonne mengatur napasnya, dia pun berkata dengan gugup, “Kondisi Tuan Javier semakin memburuk. Pak Berwin panggil kamu ke sana.”Claire bersama Yvonne segera berlari ke kamar. Di dalam sana, selain Roger dan Berwin, juga ada beberapa lelaki yang tidak pernah dijumpai Claire. Sepertinya mereka adalah anggota Hunter.Javier sedang berbaring di atas ranjang. Wajahnya tampak memucat. Keningnya juga dipenuhi dengan keringat dingin. Berwin mencari dokter pribadi yang berpengalaman untuk mengobatinya. Saat ini, dokter sedang mengukur suhu tubuhnya.Saat dokter me
“Emm.” Claire menunduk. “Maaf, aku nggak tahu kamu lagi demam.”Javier mengelus tangan Claire yang dingin. Dia pun tersenyum sembari berkata, “Aku juga tidak ingin kamu mencemaskanku, makanya aku tidak beri tahu kamu. Claire, aku yang seharusnya minta maaf.”Sebab, Javier telah menyembunyikannya dari Claire. Dia tahu dirinya tertular virus. Jadi, dia mungkin akan sering demam, batuk, dan kondisi tubuhnya akan semakin buruk. Waktunya hanya tersisa tiga atau empat tahun lagi.Saat Claire hendak berbicara sesuatu, Berwin pun datang. “Javier, kamu sudah bangun?”“Emm.” Javier mengangguk.Berwin melihat Claire sekilas. “Kamu keluar sana. Ada yang ingin aku bicarakan dengan Javier.”Claire menggigit bibirnya dan tidak berbicara. Dia berdiri, lalu berjalan keluar. Tatapan Javier tertuju pada bayangan punggung si wanita dan menjadi muram dalam seketika.Setelah hanya tersisa mereka berdua di dalam kamar, Berwin baru bertanya, “Kamu jujur sama aku. Sebenarnya apa yang terjadi?”Saat membahas ko