Tak peduli ucapan Wilson tadi adalah ancaman atau hanya sekadar peringatan. Claire tidak sedikit pun merasa takut.Claire tersenyum, lalu berkata, “Pak Wilson harap tenang. Meski semua orang di dunia ini adalah musuh Javier, setidaknya aku tidak akan menjadi musuhnya.”Claire tidak bermaksud untuk makan bersama. Dia berpamitan dengan kedua orang di dalam ruangan, lalu berjalan keluar ruangan. Siapa sangka, dia malah bertemu dengan Rosy dan Berwin.Sepertinya Rosy tidak peduli dengan masalah semalam. Tatapannya ketika melihat Claire masih sangat sinis. “Kebetulan sekali bisa ketemu Nona Claire di sini. Apa Nona Claire janjian sama orang di sini?”Claire tersenyum tipis. “Iya, aku sudah selesai makan. Aku pamit dulu.”Berwin sedang berada di sini. Jika Louis dan Wilson keluar dari ruangan, Rosy pasti akan menabur minyak di atas kobaran api. Pada saat itu, Claire juga tidak tahu bagaimana menjelaskan masalah ini.Jadi, Claire menganggukkan sedikit kepalanya kepada Berwin dan hendak mening
“Sudahlah.” Berwin mengangkat tangannya memotong penjelasan Claire. “Bagus kalau kamu masih ingat dengan kata-kataku.”Kemudian, Berwin berjalan masuk ke dalam ruangan.Rosy menyadari ekspresi muram dan tidak puas dari wajah Claire. Dia pun mendekati Claire dengan senyum gembira. “Claire, ternyata Kakek lebih sayang sama aku. Kamu nggak usah buang-buang waktu lagi, deh.”Claire melihatnya, lalu mendengus dingin. “Iya, Nona Rosy bisa mendapat kasih sayang Pak Berwin juga karena memprovokasi hubungan kami. Kalau kamu ingin tinggal di Kediaman Fernando, gimana kalau kamu ganti namamu jadi Rosy Fernando saja? Dengan begitu, kamu resmi bisa jadi adiknya Javier.”Raut wajah Rosy langsung berubah. Dia menggertakkan giginya. “Claire, kamu jangan bangga dulu.”Rosy menabrak pundak Claire, lalu segera mengejar langkah Berwin.Claire berjalan keluar gedung, lalu tampak Yvonne sedang menunggunya di dalam mobil. Claire segera memasuki mobil. Suara tutup pintu terdengar agak kuat. Menyadari ekspresi
Meskipun tidak ada orang di dalam perusahaan, siapa tahu tiba-tiba Paman Fendra menampakkan diri. Jadi Claire segera mengalihkan pembicaraan, “Ngomong-ngomong, apa kalian sudah menemukan siapa orang yang ingin dilindungi lelaki itu?”Javier mengangkat kepalanya. Tatapannya seketika berubah dingin. “Anggota kamp pelatihan.”“Anggota kamp pelatihan. Jangan-jangan ….”“Kamu juga kenal.” Javier menundukkan kepalanya untuk mencium leher putih si wanita. Dia sengaja meninggalkan bekas merah di atasnya.Kedua tangan Claire diletakkan di atas pundaknya. Dia sedang larut dalam kelembutan ini. “Apa dia satu tingkatan sama Yvonne dan yang la … ergh.”“Ergh?” Gerakan Javier terhenti, sepertinya dia sedang sengaja.Claire menggigit bibirnya, lalu mengalihkan pandangannya dengan canggung. “Bisa nggak jawab pertanyaanku dengan baik!”Javier tersenyum. “Kamu jangan asal keluar suara aneh. Berbahaya sekali.”Claire hampir emosi setengah mati.Namun, Javier juga tidak berani bercanda lagi. Dia membalas,
Tiba-tiba lampu di dalam ruangan dinyalakan. Dia berusaha membuka kedua matanya melihat Roger yang berjalan ke dalam ruangan dengan membawa laptop.“Aku … aku nggak akan mengatakan apa-apa.”Meskipun si lelaki kelaparan setengah mati, dia tetap memilih untuk bungkam.Roger berkata, “Aku bukan datang untuk interogasi kamu.”Si lelaki terbengong. Dia sudah kehabisan tenaga untuk berbicara lagi.Roger menarik bangku, lalu duduk di atasnya. Dia meletakkan sebotol air mineral di ujung kakinya. “Sebenarnya tidak masalah kamu ingin mengatakannya atau tidak. Meski kamu tidak ingin mengatakannya, ada orang lain yang akan mengatakannya.”Tatapan si lelaki tertuju pada botol minuman itu. Wajahnya sangat pucat saat ini. Dia merasa dirinya bagai sedang berada di gurun pasir yang mendambakan setetes air saja. Saking hausnya, tenggorokannya bahkan terasa sakit ketika menelan ludah.Roger membuka laptop, lalu memperlihatkan layar kepadanya. “Aku penasaran, apa nyali orang ini juga sebesar kamu?”Sekuj
Di kamp pelatihan.“Tuan Hardy, bidadarimu sudah pergi begitu lama. Jangan-jangan kamu masih merindukannya?”Hardy baru selesai main bola bersama teman-temannya. Tampak keringat bercucuran di tubuhnya. Dia sedang duduk di bangku panjang sambil meneguk botol minumnya. Saat temannya datang menepuk-nepuk pundaknya dan menyindir, Hardy langsung menepis tangan itu. “Pergi sana! Jangan ganggu aku.”Si lelaki melangkahi bangku, lalu duduk di sampingnya. Dia mengangkat satu kakinya sembari membuka tutup botol minuman. “Sejak bidadarimu meninggalkan kamp, kamu selalu kelihatan nggak fokus. Kamu bahkan nggak rajin untuk main bola lagi.” Dia meminum minumannya, lalu menyindir, “Apa rohmu sudah diambil sama dia?”Hardy berdecak. “Roh apaan? Aku serius, aku ingin segera pulang.”Temannya malah tidak percaya. “Apa kamu bisa hidup bebas setelah pulang nanti? Bukankah kamu akan diatur oleh orang tuamu? Lebih baik tinggal di kamp saja, lebih enak.”“Memang lebih enak.” Hardy melihatnya. “Tapi bisa enak
Javier mengangkat panggilan. “Bagaimana?”“Tuan, Simon menusuk Pak Leon sewaktu di kamp pelatihan. Tapi Pak Leon tidak meninggal karena berhasil diselamatkan oleh Tuan Hardy. Tapi ….”Javier membuang rokoknya ke dalam kaleng minuman. Tatapannya menjadi muram. “Tapi apa?”“Kami berencana untuk menangkap Simon di depan kamp pelatihan. Tapi tiba-tiba mobil Simon meledak. Simon … dia sudah meninggal.”Ucapan Hudson sungguh mengejutkan Javier. Dia terdiam beberapa saat, lalu bertanya, “Meledak? Apa mobilnya dipasang peledak?”Hudson membalas, “Seharusnya seperti itu. Sepertinya ada yang ingin melenyapkan saksi mata.”Javier tersenyum dan tidak berbicara.Rosy bahkan tidak berencana melepaskan anak buahnya sendiri. Jelas sekali, dia mengira Simon telah mengkhianatinya. Rosy juga sengaja menyuruh Simon untuk membunuh Leon. Dia pasti tidak menyangka Leon masih belum meninggal.“Apa yang terjadi?” Ucapan Claire memotong pemikiran Javier.Javier mengakhiri panggilan, lalu memalingkan kepalanya m
Javier mengirim pesan kepada Roger. Beberapa saat kemudian, sepertinya Roger sudah berhasil menyelidikinya dan segera membalasnya.Javier melempar ponsel ke atas meja. “Apa wanita ini?”Si lelaki melihat sejenak, lalu mengangguk.Claire melihat tampilan ponsel ini. Bukankah karyawan ini namanya … Monica? Bukankah dia adalah karyawan departemen administrasi? Apa dia telah menyinggung Rosy?Claire melihat Javier. “Kenapa kamu bisa menebak dia orangnya?”Javier menjawab dengan perlahan, “Dia sudah lama tidak masuk kerja tanpa izin sama sekali. Tidaklah susah untuk menyelidiki masalah ini.”Monica bolos kerja dan rekan kerjanya juga tidak mengetahui keberadaannya, dia bahkan tidak bisa dihubungi. Barang-barangnya juga masih berada di meja kerjanya. Sebelumnya, kepala departemen administrasi pernah menyampaikan masalah ini kepada Roger. Jadi, masalah ini bisa terungkap dengan cepat.Si lelaki kembali melanjutkan, “Simon telah membunuhnya, lalu menyuruhku untuk mengurus jasadnya. Aku mengubu
Tangan Claire digenggam Javier dengan sangat erat. Sepertinya dia sedang sengaja. Alhasil, Claire merasa kesakitan. “Kenapa malah marah?”Javier pun tersenyum. “Pokoknya tidak suka. Tidak ada alasan.”Claire mengeluarkan tangannya, lalu melipatnya di depan dada. “Apa kamu nggak pernah suka sama cewek lain?”Javier memutar bola matanya. “Tidak pernah.” Kemudian, Javier pun bertanya, “Bagaimana dengan kamu?”Sebelum bertemu dengan Javier, apa Claire pernah menyukai lelaki lain?Claire berpikir sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Ada, saat kuliah dulu, aku diam-diam menyukai seorang kakak seniorku.”Ketika menyadari ketidaksenangan di wajah Javier, Claire pun tersenyum. “Ada banyak cewek yang suka sama dia. Dia tampan dan nilai ujiannya juga tinggi-tinggi. Tapi dia nggak kenal sama aku.”“Heh, apa kamu masih ingin kenalan sama dia?” tanya Javier yang sedang cemburu.Claire pun tersenyum. “Nggak ingin lagi! Bukankah aku sudah ada cowok yang begitu unggul dan tampan, mana mungkin aku b
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me