Meskipun tidak ada orang di dalam perusahaan, siapa tahu tiba-tiba Paman Fendra menampakkan diri. Jadi Claire segera mengalihkan pembicaraan, “Ngomong-ngomong, apa kalian sudah menemukan siapa orang yang ingin dilindungi lelaki itu?”Javier mengangkat kepalanya. Tatapannya seketika berubah dingin. “Anggota kamp pelatihan.”“Anggota kamp pelatihan. Jangan-jangan ….”“Kamu juga kenal.” Javier menundukkan kepalanya untuk mencium leher putih si wanita. Dia sengaja meninggalkan bekas merah di atasnya.Kedua tangan Claire diletakkan di atas pundaknya. Dia sedang larut dalam kelembutan ini. “Apa dia satu tingkatan sama Yvonne dan yang la … ergh.”“Ergh?” Gerakan Javier terhenti, sepertinya dia sedang sengaja.Claire menggigit bibirnya, lalu mengalihkan pandangannya dengan canggung. “Bisa nggak jawab pertanyaanku dengan baik!”Javier tersenyum. “Kamu jangan asal keluar suara aneh. Berbahaya sekali.”Claire hampir emosi setengah mati.Namun, Javier juga tidak berani bercanda lagi. Dia membalas,
Tiba-tiba lampu di dalam ruangan dinyalakan. Dia berusaha membuka kedua matanya melihat Roger yang berjalan ke dalam ruangan dengan membawa laptop.“Aku … aku nggak akan mengatakan apa-apa.”Meskipun si lelaki kelaparan setengah mati, dia tetap memilih untuk bungkam.Roger berkata, “Aku bukan datang untuk interogasi kamu.”Si lelaki terbengong. Dia sudah kehabisan tenaga untuk berbicara lagi.Roger menarik bangku, lalu duduk di atasnya. Dia meletakkan sebotol air mineral di ujung kakinya. “Sebenarnya tidak masalah kamu ingin mengatakannya atau tidak. Meski kamu tidak ingin mengatakannya, ada orang lain yang akan mengatakannya.”Tatapan si lelaki tertuju pada botol minuman itu. Wajahnya sangat pucat saat ini. Dia merasa dirinya bagai sedang berada di gurun pasir yang mendambakan setetes air saja. Saking hausnya, tenggorokannya bahkan terasa sakit ketika menelan ludah.Roger membuka laptop, lalu memperlihatkan layar kepadanya. “Aku penasaran, apa nyali orang ini juga sebesar kamu?”Sekuj
Di kamp pelatihan.“Tuan Hardy, bidadarimu sudah pergi begitu lama. Jangan-jangan kamu masih merindukannya?”Hardy baru selesai main bola bersama teman-temannya. Tampak keringat bercucuran di tubuhnya. Dia sedang duduk di bangku panjang sambil meneguk botol minumnya. Saat temannya datang menepuk-nepuk pundaknya dan menyindir, Hardy langsung menepis tangan itu. “Pergi sana! Jangan ganggu aku.”Si lelaki melangkahi bangku, lalu duduk di sampingnya. Dia mengangkat satu kakinya sembari membuka tutup botol minuman. “Sejak bidadarimu meninggalkan kamp, kamu selalu kelihatan nggak fokus. Kamu bahkan nggak rajin untuk main bola lagi.” Dia meminum minumannya, lalu menyindir, “Apa rohmu sudah diambil sama dia?”Hardy berdecak. “Roh apaan? Aku serius, aku ingin segera pulang.”Temannya malah tidak percaya. “Apa kamu bisa hidup bebas setelah pulang nanti? Bukankah kamu akan diatur oleh orang tuamu? Lebih baik tinggal di kamp saja, lebih enak.”“Memang lebih enak.” Hardy melihatnya. “Tapi bisa enak
Javier mengangkat panggilan. “Bagaimana?”“Tuan, Simon menusuk Pak Leon sewaktu di kamp pelatihan. Tapi Pak Leon tidak meninggal karena berhasil diselamatkan oleh Tuan Hardy. Tapi ….”Javier membuang rokoknya ke dalam kaleng minuman. Tatapannya menjadi muram. “Tapi apa?”“Kami berencana untuk menangkap Simon di depan kamp pelatihan. Tapi tiba-tiba mobil Simon meledak. Simon … dia sudah meninggal.”Ucapan Hudson sungguh mengejutkan Javier. Dia terdiam beberapa saat, lalu bertanya, “Meledak? Apa mobilnya dipasang peledak?”Hudson membalas, “Seharusnya seperti itu. Sepertinya ada yang ingin melenyapkan saksi mata.”Javier tersenyum dan tidak berbicara.Rosy bahkan tidak berencana melepaskan anak buahnya sendiri. Jelas sekali, dia mengira Simon telah mengkhianatinya. Rosy juga sengaja menyuruh Simon untuk membunuh Leon. Dia pasti tidak menyangka Leon masih belum meninggal.“Apa yang terjadi?” Ucapan Claire memotong pemikiran Javier.Javier mengakhiri panggilan, lalu memalingkan kepalanya m
Javier mengirim pesan kepada Roger. Beberapa saat kemudian, sepertinya Roger sudah berhasil menyelidikinya dan segera membalasnya.Javier melempar ponsel ke atas meja. “Apa wanita ini?”Si lelaki melihat sejenak, lalu mengangguk.Claire melihat tampilan ponsel ini. Bukankah karyawan ini namanya … Monica? Bukankah dia adalah karyawan departemen administrasi? Apa dia telah menyinggung Rosy?Claire melihat Javier. “Kenapa kamu bisa menebak dia orangnya?”Javier menjawab dengan perlahan, “Dia sudah lama tidak masuk kerja tanpa izin sama sekali. Tidaklah susah untuk menyelidiki masalah ini.”Monica bolos kerja dan rekan kerjanya juga tidak mengetahui keberadaannya, dia bahkan tidak bisa dihubungi. Barang-barangnya juga masih berada di meja kerjanya. Sebelumnya, kepala departemen administrasi pernah menyampaikan masalah ini kepada Roger. Jadi, masalah ini bisa terungkap dengan cepat.Si lelaki kembali melanjutkan, “Simon telah membunuhnya, lalu menyuruhku untuk mengurus jasadnya. Aku mengubu
Tangan Claire digenggam Javier dengan sangat erat. Sepertinya dia sedang sengaja. Alhasil, Claire merasa kesakitan. “Kenapa malah marah?”Javier pun tersenyum. “Pokoknya tidak suka. Tidak ada alasan.”Claire mengeluarkan tangannya, lalu melipatnya di depan dada. “Apa kamu nggak pernah suka sama cewek lain?”Javier memutar bola matanya. “Tidak pernah.” Kemudian, Javier pun bertanya, “Bagaimana dengan kamu?”Sebelum bertemu dengan Javier, apa Claire pernah menyukai lelaki lain?Claire berpikir sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Ada, saat kuliah dulu, aku diam-diam menyukai seorang kakak seniorku.”Ketika menyadari ketidaksenangan di wajah Javier, Claire pun tersenyum. “Ada banyak cewek yang suka sama dia. Dia tampan dan nilai ujiannya juga tinggi-tinggi. Tapi dia nggak kenal sama aku.”“Heh, apa kamu masih ingin kenalan sama dia?” tanya Javier yang sedang cemburu.Claire pun tersenyum. “Nggak ingin lagi! Bukankah aku sudah ada cowok yang begitu unggul dan tampan, mana mungkin aku b
Bukankah Rosy ingin Kakek Berwin memergoki Claire pergi menemui Wilson?Javier seolah-olah sedang merenungkan ucapannya. Claire menopang dagunya sambil berpikir. “Kalau anggotanya lagi mengikutiku, apa mungkin dia hanya ingin mengikuti jejakku saja? Atau dia ingin cari waktu untuk turun tangan terhadapku?”Javier langsung berdiri. “Sepertinya dia telah memanfaatkan orang sekitar.”“Orang sekitar? Tapi ketika aku pergi ke Restoran Ocean waktu itu, selain kamu dan ….” Sepertinya Claire tahu siapa orangnya. Dia spontan menarik napas dalam-dalam.Javier malah tersenyum. “Sudah seharusnya kita pulang untuk beri dia pelajaran.”Keesokan harinya.Yvonne dipanggil Javier ke ruangan departemen administrasi. Dia masuk ke dalam ruangan sambil menggaruk kepalanya. Dia menatap Roger sekilas, lalu bertanya pada Javier, “Tuan, kamu cari aku?”“Hari itu aku suruh kamu ke Restoran Ocean untuk menjemput Claire. Kamu beri tahu masalah ini kepada siapa saja?” Javier membalikkan dokumennya tanpa mengangkat
Di vila Javier.Rosy menyuguhkan secangkir kopi ke atas meja. Menyadari sikap dingin Berwin terhadapnya dalam belakangan hari ini, dia sadar Berwin sedang mewaspadainya gara-gara masalah “kecelakaan” Javier malam itu.Jadi, Rosy berjalan ke sisinya, lalu berkata dengan ekspresi sedih, “Kakek, aku sudah menyelidiki masalah malam itu, semua itu ulah Simon.”Berwin terbengong sejenak. Dia meletakkan koran ke atas meja, lalu melihatnya. Raut wajahnya terlihat muram. “Simon? Bukannya dia itu anggotamu?”Mana mungkin Berwin tidak kenal dengan Simon? Simon adalah anggota Hunter yang pernah bekerja bersama dengan Hudson. Hanya saja, kemudian Berwin membiarkan Simon untuk mengikuti Rosy.Rosy duduk di sampingnya, lalu menjelaskan, “Iya, dia pelakunya. Kakek, aku benar-benar nggak tahu semua yang sudah dilakukan Simon.”“Tidak tahu?” Kening Berwin berkerut. “Dia itu bawahanmu. Tanpa perintahmu, mana mungkin dia melakukan hal itu.”Ketika melihat ekspresi penuh curiga di wajah Berwin, Rosy berusa