Tangan Claire digenggam Javier dengan sangat erat. Sepertinya dia sedang sengaja. Alhasil, Claire merasa kesakitan. “Kenapa malah marah?”Javier pun tersenyum. “Pokoknya tidak suka. Tidak ada alasan.”Claire mengeluarkan tangannya, lalu melipatnya di depan dada. “Apa kamu nggak pernah suka sama cewek lain?”Javier memutar bola matanya. “Tidak pernah.” Kemudian, Javier pun bertanya, “Bagaimana dengan kamu?”Sebelum bertemu dengan Javier, apa Claire pernah menyukai lelaki lain?Claire berpikir sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Ada, saat kuliah dulu, aku diam-diam menyukai seorang kakak seniorku.”Ketika menyadari ketidaksenangan di wajah Javier, Claire pun tersenyum. “Ada banyak cewek yang suka sama dia. Dia tampan dan nilai ujiannya juga tinggi-tinggi. Tapi dia nggak kenal sama aku.”“Heh, apa kamu masih ingin kenalan sama dia?” tanya Javier yang sedang cemburu.Claire pun tersenyum. “Nggak ingin lagi! Bukankah aku sudah ada cowok yang begitu unggul dan tampan, mana mungkin aku b
Bukankah Rosy ingin Kakek Berwin memergoki Claire pergi menemui Wilson?Javier seolah-olah sedang merenungkan ucapannya. Claire menopang dagunya sambil berpikir. “Kalau anggotanya lagi mengikutiku, apa mungkin dia hanya ingin mengikuti jejakku saja? Atau dia ingin cari waktu untuk turun tangan terhadapku?”Javier langsung berdiri. “Sepertinya dia telah memanfaatkan orang sekitar.”“Orang sekitar? Tapi ketika aku pergi ke Restoran Ocean waktu itu, selain kamu dan ….” Sepertinya Claire tahu siapa orangnya. Dia spontan menarik napas dalam-dalam.Javier malah tersenyum. “Sudah seharusnya kita pulang untuk beri dia pelajaran.”Keesokan harinya.Yvonne dipanggil Javier ke ruangan departemen administrasi. Dia masuk ke dalam ruangan sambil menggaruk kepalanya. Dia menatap Roger sekilas, lalu bertanya pada Javier, “Tuan, kamu cari aku?”“Hari itu aku suruh kamu ke Restoran Ocean untuk menjemput Claire. Kamu beri tahu masalah ini kepada siapa saja?” Javier membalikkan dokumennya tanpa mengangkat
Di vila Javier.Rosy menyuguhkan secangkir kopi ke atas meja. Menyadari sikap dingin Berwin terhadapnya dalam belakangan hari ini, dia sadar Berwin sedang mewaspadainya gara-gara masalah “kecelakaan” Javier malam itu.Jadi, Rosy berjalan ke sisinya, lalu berkata dengan ekspresi sedih, “Kakek, aku sudah menyelidiki masalah malam itu, semua itu ulah Simon.”Berwin terbengong sejenak. Dia meletakkan koran ke atas meja, lalu melihatnya. Raut wajahnya terlihat muram. “Simon? Bukannya dia itu anggotamu?”Mana mungkin Berwin tidak kenal dengan Simon? Simon adalah anggota Hunter yang pernah bekerja bersama dengan Hudson. Hanya saja, kemudian Berwin membiarkan Simon untuk mengikuti Rosy.Rosy duduk di sampingnya, lalu menjelaskan, “Iya, dia pelakunya. Kakek, aku benar-benar nggak tahu semua yang sudah dilakukan Simon.”“Tidak tahu?” Kening Berwin berkerut. “Dia itu bawahanmu. Tanpa perintahmu, mana mungkin dia melakukan hal itu.”Ketika melihat ekspresi penuh curiga di wajah Berwin, Rosy berusa
Yvonne tidak akan melepaskan Rosy.Raut wajah Rosy berubah. Dia segera berkata, “Yvonne, apa yang lagi kamu katakan? Siapa yang sembarangan bicara sama kamu? Aku benar-benar nggak ta ….”“Pura-pura lagi! Sebelum orang-orang itu mati, mereka sudah mengakui perbuatannya. Mereka semua mengaku semua itu adalah perintahmu. Wanda dan kedua orang tuanya juga dibunuh olehmu!”Ucapan Yvonne membuat wajah Berwin menjadi muram. Tatapannya spontan tertuju pada diri Rosy.Raut wajah Rosy sangatlah dingin. “Yvonne, apa kamu tahu kamu sudah memfitnahku. Masalah Wanda dan orang tuanya itu nggak ada hubungannya sama aku!”“Oke, kalau aku sudah fitnah kamu dalam masalah ini, jadi bagaimana masalah kecelakaan yang hampir dialami Tuan Javier?” Yvonne menatapnya, lalu berkata, “Kamu suruh Simon melakukan semua itu, ‘kan? Simon itu kan anggotamu!”Kedua tangan Rosy dikepal dengan erat. “Iya, semua itu ulah Simon. Tadi aku juga sudah jelaskan sama Kakek. Simon melakukannya tanpa sepengetahuanku! Aku nggak ta
Steven mengangkat gelas tehnya, lalu menyesapnya dan berkata dengan tersenyum, “Tidak tahu apa-apa?”Kemudian, Steven meletakkan gelas ke atas meja dan berkata dengan nada tenang, “Itu karena Simon dan lelaki itu sudah mati. Jadi, mereka tidak bisa membuktikan masalah ini ada hubungannya sama kamu, ‘kan?”Sekujur tubuh Rosy gemetar. Steven berkata pada Hudson, “Bawa orang itu ke sini.”Orang itu?Siapa?Seketika Rosy merasa sesak napas. Wajahnya juga memucat.Tak lama kemudian, Hudson membawa Instruktur Leon yang masih terluka ke dalam ruangan. Ketika melihat kedatangan lelaki itu, Rosy semakin panik lagi. Ternyata Leon masih hidup! Ternyata Simon tidak berhasil membunuhnya!Steven menatap Leon. “Ceritakan semua yang kamu ketahui.”Sebenarnya Leon juga tidak ingin mengkhianati Rosy. Namun, setelah mengetahui kabar kematian abangnya, Leon pun tidak memedulikannya lagi. “Pak Steven, Pak Berwin, dalang di balik semua masalah ini memang adalah Nona Rosy. Mengenai masalah kematian Wanda,
“Kakek, kamu tahu betapa cintanya aku sama Javier. Aku melakukan semua ini juga demi Javier!”Berwin menyingkirkan tangannya. “Demi Javier? Kamu bahkan tidak memedulikan nyawa Javier, kamu malah mengatakan kamu melakukan semua ini demi Javier?”Rosy menyipitkan matanya. “Bukan, masalah itu bukan perbuatanku. Aku akui masalah Wanda memang adalah perbuatanku, tapi masalah Javier itu ulah Simon. Aku nggak tahu apa-apa!”Kali ini Berwin tidak melihat wajahnya yang dibasahi oleh air mata itu. “Sebenarnya aku ingin percaya sama kata-katamu. Aku juga pernah bilang, aku akan menjagamu. Tapi semua yang kamu lakukan sudah melewati batas kesabaranku, apalagi Javier adalah cucuku.”Sambil berbicara, Berwin melirik sekilas wanita yang sedang berlutut di atas lantai. “Kamu bahkan berani membunuh orang, apalagi yang tidak berani kamu lakukan? Jadi, bagaimana aku bisa percaya denganmu lagi?”Meskipun masalah kecelakaan malam itu tidak ada hubungannya dengan Rosy, kesalahan yang diperbuat Rosy kali ini
Wilbert sedang bergumam.Claire menunduk, lalu bertanya, “Apa kamu sudah merasa baikan?”“Apa gunanya baikan?” Wilbert tersenyum sinis. “Istriku sudah pergi, putriku juga sudah pergi. Kenapa aku masih hidup di dunia ini?”Wilbert masih tidak bisa menerima kenyataan ini. Siapa pun yang mengalami masalah ini juga tidak bisa menerimanya.Claire menunduk. “Seharusnya kamu tahu kenapa semua ini bisa terjadi.”Wilbert tertegun sejenak. Dia menunduk, lalu membalas dengan canggung, “Benar, aku akui tidak seharusnya kami menerima uang itu.”Tiba-tiba Wilbert kepikiran sesuatu, dia melanjutkan, “Sebenarnya aku dan istriku juga sangat sedih ketika mengetahui kabar kematian putriku. Saat kami pergi ke kamp pelatihan dan mengetahui putri kami bunuh diri, kami tidak bisa menerima kenyataan pahit itu.”“Pihak kamp pelatihan telah menebus uang kompensasi kepada kami. Mereka juga menyuruh kami untuk kembali ke hotel sembari menunggu hasil autopsi. Tapi suatu hari, ada seorang wanita mencari kami.”Wilb
“Bu Gina,” sapa Claire dengan tersenyum.Gina membalas senyumannya. “Dengar-dengar perusahaanmu sudah resmi beroperasional. Tentu saja aku harus datang untuk meramaikan.”Claire berjalan ke hadapannya, lalu setengah berjongkok agar Gina tidak capek untuk mengangkat kepalanya. “Dengan kedatangan Bu Gina, bisnisku ini pasti akan semakin bagus lagi. Sepertinya semua rekan bisnis satu bidang pasti akan iri banget sama aku.”Senyuman Gina semakin lebar saja. “Kamu ini memang jago bicara.”Claire mendorong kursi roda membawanya ke ruang VIP. Dia menuangkan teh yang sudah siap diseduh kepada Gina. “Bu Gina, bagaimana kabarmu? Baik-baik saja, ‘kan?”“Tenang, aku baik-baik saja.” Gina mengangkat cangkir sembari meniupnya. “Sudah lama aku tidak bertemu denganmu. Aku kira kamu sudah melupakanku.”Claire pun tersenyum. “Mana mungkin? Mana mungkin aku akan melupakanmu?”Gina menyesap tehnya, lalu berkata, “Waktu itu, kamu berjanji padaku akan membuat perhiasanmu dikenal sampai ke luar negeri. Sekar
Saat Wika sedang berpikir bagaimana menjelaskan masalah ini kepada Sissae, dia menyadari mobil melaju ke tempat yang sangat terpencil. Pada saat ini, Wika baru menyadari ada yang aneh. Dia pun memberanikan diri untuk bertanya, “Ini bukan jalan ke rumahku?”Pengurus rumah pria yang sedang menyetir tidak berbicara.Wika semakin gugup lagi. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu langsung menarik kemeja si pria. “Kamu mau bawa aku ke mana? Berhenti!”Mobil bergoyang dengan kencang. Pengurus rumah pria segera menginjak pedal rem, lalu menepis tangan pengurus rumah.Wika jatuh duduk di baris belakang. Kali ini pengurus rumah baru segera menghentikan mobil di samping.Saat kunci pintu mobil terbuka, Wika segera melarikan diri untuk menuruni mobil. Dia bahkan tidak peduli dengan kopernya lagi.Ketika menyadari tidak ada yang mengejarnya, Wika mengira dirinya sudah berhasil melarikan diri. Siapa sangka di depan sana, ada beberapa mobil sedang menghalangi langkahnya.Lampu mobil menyilaukannya.B
Pengurus rumah mengangguk. “Baik.”Setelah dia pergi, Jules mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Jerremy. Beberapa saat kemudian, terdengar suara Jerremy dari ujung telepon. “Kenapa kamu tidak tidur di tengah malam? Untuk apa kamu telepon aku?”“Sudah terjadi sesuatu. Sepertinya kamu perlu ke rumah sakit.”Dua puluh menit kemudian, Dacia dan Jerremy sudah tiba di rumah sakit. Jules sedang menunggu di koridor. “Ada apa dengan adikku?”Jules membalas, “Jessie baik-baik saja. Hanya saja, sudah terjadi sesuatu dengan Miya.”Dacia tertegun sejenak. “Miya?”Jules menceritakan kronologis cerita kepada mereka. Setelah Dacia mendengarnya, raut wajahnya berubah muram. “Pasti ada masalah dengan pengurus rumah wanita itu. Aku sudah menyadari ada yang aneh sama dia saat pertama kali bertemu.”Jerremy berjalan mendekati Jules. “Jules, untung saja Jessie baik-baik saja. Kalau tidak, aku pasti tidak akan melepaskanmu.”“Aku tahu.” Jules kelihatan sangat tenang. “Aku akan mencari dalang di balik pe
Kaki Jessie terasa lemas. Dia langsung jatuh ke dalam pelukan Jules. Jules pun segera memapahnya.Setelah dokter meninggalkan tempat, Jessie segera memasuki kamar pasien. “Miya!”Miya sedang berbaring di atas ranjang sembari diinfus. Raut wajahnya tidak sepucat tadi lagi. Hanya saja, dia masih tetap kelihatan lemas. “Bos, aku baik-baik saja ….”Jessie bertanya, “Miya, coba kamu beri tahu aku, kamu makan obat apa?”Miya merasa sangat bingung. “Obat? Aku nggak lagi makan obat.”Jessie menatapnya dengan saksama. Sepertinya Miya tidak sedang berbohong. Seandainya dia sedang mengonsumsi obat, tidak mungkin dia tidak tahu obat apa yang sedang dikonsumsinya. Namun, jika Miya tidak mengonsumsi obat, bagaimana dia bisa ….Miya berkata, “Aku hanya mulai merasa nggak enak badan setelah makan.”Raut wajah Jessie langsung berubah. “Makanan yang kamu bawa ke kamarku?”Miya mengangguk. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu. “Untung saja bukan kamu yang makan. Kalau nggak, aku pasti akan mencelakaimu. Tapi
Jules membuka pintu kamar. Saat ini, Jessie sedang duduk bersandar di atas sofa sembari menonton film. Dia memang tidak memiliki selera makan, tapi dia masih bisa ngemil keripik.Jules menggantung jas, lalu melipat lengan kemejanya ke atas. Dia berjalan ke sisi Jessie. “Selera makanmu lumayan bagus hari ini.”Jessie menjilat ujung bibirnya. “Hari ini aku makan mie masakan Miya. Aku menghabiskannya.”Jules tertawa sembari mencubit pipi gendutnya. “Jadi, enakan masakan aku atau masakan dia?”Jessie menegakkan tubuhnya. “Kamu malah mau dibandingkan sama dia?”Jules menggendong Jessie, membiarkannya duduk di atas paha. Kemudian, dia mulai membelai rambut Jessie. “Jawab pertanyaanku.”Jessie melirik keripik kentang, lalu melingkari leher Jules. “Kamu malah cemburu sama seorang wanita?”“Tentu saja.”Jessie tertawa. “Masakan suamiku juara satu di dunia ini, puas?”Jules mencium pipi Jessie. Dia sungguh bahagia saat ini. “Mulutmu memang manis.”“Suamiku, hari ini kamu masih mau dirias, nggak?
“Oke.” Filbert langsung maju untuk menarik Sissae. Sissae pun menjerit, “Coba saja kalau kamu berani! Jules, kalau kamu berani bersikap seperti ini sama aku, itu berarti kamu mau melawan Keluarga Taylor!”Meski Sissae menjerit, tetap saja tidak ada yang menghiraukannya.Hingga Sissae dibawa keluar gedung perusahaan, dia baru terdiam. Betapa inginnya dia membakar gedung itu. Seumur hidupnya, dia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Dia pasti tidak akan melepaskan mereka!Sissae berkata dengan galak, “Mengenai Jules, aku punya cara agar kamu bisa menyelamatkannya!”Di sisi lain, di Vila Laguna.Miya sudah selesai mempersiapkan makan malam. Dia mengantar makan malam ke lantai atas. Begitu pintu kamar dibuka, Miya berkata, “Bos, makan malam sudah selesai.”Jessie menatap makan malam yang begitu mewah. Dia mulai merasa mual lagi. Miya menatapnya. “Bagaimana sekarang? Apa kamu masih mual-mual? Padahal aku sudah memasukkan perasan buah lemon.”Jessie bersandar di sofa. “Aku masih saja nggak
Jules menyipitkan matanya sembari memikirkan sesuatu. “Dia pergi bertemu dengan seorang wanita?”Filbert mengusap dagunya. “Aku juga tidak tahu apa yang lagi mereka obrolkan. Mereka kelihatan sangat misterius, tapi pasti bukan hal bagus.”Pintu diketuk. Filbert berdiri, lalu pergi membukakan pintu. Orang yang berada di luar pintu adalah Sissae.Sissae mengabaikan Filbert, lalu memeluk dokumen berjalan ke dalam ruangan. “Yang Mulia.”Sissae menyerahkan dokumen kepada Filbert. Jules tidak mengambilnya. “Keluar setelah letakkan di atas meja.”Setelah meletakkannya, Sissae pun membungkukkan tubuhnya sembari tersenyum. Dia membungkukkan setengah tubuhnya ke sisi Jules. “Apa perlu Yang Mulia bersikap sekejam ini? Waktu itu, aku memang nggak seharusnya mengancammu dengan nama ayahku. Aku bersalah. Aku minta maaf terhadap Yang Mulia.”Filbert yang berdiri di depan pintu pun merinding. Suara manja si wanita membuat seluruh bulu kuduknya berdiri.Jules mengangkat kelopak matanya. Dia tidak berge
Mie itu kelihatan sangat enak, aromanya juga wangi. Lantaran kepikiran Jessie sedang kehilangan selera makan, dia sengaja meletakkan dua lembar lemon di atas mie.Mangkuk diletakkan di hadapan Jessie. “Bos, coba lihat.”Jessie mengendus aroma wangi mie yang bercampur aduk dengan aroma segar buah lemon. Dia pun tidak sabaran segera mencicipinya. Rasa asam lemon berpadu dengan sup yang kental dan gurih. Selera makan Jessie langsung membaik. Tekstur mie juga sangat kenyal, tidak keras sama sekali.Miya melihat Jessie yang tidak berhenti menyantap masakannya. “Gimana? Apa cocok dengan seleramu?”Jessie mengangguk, lalu mengacungkan jempol. “Enak sekali! Sekarang aku nggak merasa mual. Bagaimana kamu bisa melakukannya?”Bahkan, pelayan rumah juga tidak percaya dengan mata mereka.Bagaimanapun, koki yang direkrut adalah koki dari hotel berbintang. Apalagi berhubung Jessie sedang hamil, selera makannya sangat buruk. Biasanya dia selalu memuntahkan semua makanannya.Berbeda dengan sekarang, Je
Pelayan itu mengangkat kepalanya dengan perlahan. “Gimana kalau aku telepon Bu Wika untuk segera kemari?”Jessie tersenyum. “Nggak usah. Aku nggak sanggup untuk memanggilnya kemari.” Usai berbicara, Jessie pergi ke dapur. Miya segera menghalanginya. “Kamu mau ngapain?”“Bikin sarapan sendiri.”“Nggak boleh!” Miya menarik Jessie, lalu menyuruhnya untuk duduk di ruang makan. “Meski nggak ada koki, masih ada aku, kok. Aku pernah menjadi koki di restoran. Tenang saja, meski sudah lama aku nggak memasak, aku jamin rasanya pasti enak!”Kemudian, Miya memasuki dapur dengan lenggak-lenggok.Kedua pelayan khawatir Miya akan mengacaukan dapur. Hanya saja, berhubung ada majikan mereka di sini, mereka juga tidak berani mengatakan apa pun. Mereka berdua saling bertatapan, lalu memberi isyarat mata.Pelayan yang satu lagi segera pergi ke halaman untuk menghubungi Wika. “Bu Wika, kamu cepat kembali. Nyonya sudah bangun dan sangat marah. Kalau sampai Tuan tahu, kami pasti akan dipecat.”Di sisi lain,
“Iya, dia memang cocok untuk menjadi pengurus rumah.” Jessie menunduk. “Tadi ketika Dacia cari aku, dia menghalangi Dacia, nggak izinin Dacia untuk ketemu sama aku. Ketika aku mau Miya tinggal di rumah, dia juga suruh aku minta izin sama kamu. Aku tahu dia itu orang yang kamu rekrut. Wajar kalau dia dengar apa katamu. Tapi, aku merasa aku dipojokkan bagai aku itu orang luar di rumah ini. Aku nggak bisa melakukan keputusan apa pun dengan bebas.”Hati Jules terasa tegang. Dia memangku Jessie, lalu berkata, “Kenapa kamu berpikir sembarangan?” Jules mendekatinya. Napas hangat mengenai pipi Jessie. “Kalau kamu tidak suka, lain kali kamu tidak usah dengar apa katanya. Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan. Tapi, kalau kamu mau keluar rumah, kamu mesti dikawal oleh pengawal.”Usai berbicara, Jules memeluk Jessie. “Aku benar-benar takut kamu bosan di rumah. Jessie, aku tidak berharap kamu tidak senang. Kalau kamu benar-benar merasa tidak senang, aku ….”Jessie menatap Jules. “Apa yang