“Bu Gina,” sapa Claire dengan tersenyum.Gina membalas senyumannya. “Dengar-dengar perusahaanmu sudah resmi beroperasional. Tentu saja aku harus datang untuk meramaikan.”Claire berjalan ke hadapannya, lalu setengah berjongkok agar Gina tidak capek untuk mengangkat kepalanya. “Dengan kedatangan Bu Gina, bisnisku ini pasti akan semakin bagus lagi. Sepertinya semua rekan bisnis satu bidang pasti akan iri banget sama aku.”Senyuman Gina semakin lebar saja. “Kamu ini memang jago bicara.”Claire mendorong kursi roda membawanya ke ruang VIP. Dia menuangkan teh yang sudah siap diseduh kepada Gina. “Bu Gina, bagaimana kabarmu? Baik-baik saja, ‘kan?”“Tenang, aku baik-baik saja.” Gina mengangkat cangkir sembari meniupnya. “Sudah lama aku tidak bertemu denganmu. Aku kira kamu sudah melupakanku.”Claire pun tersenyum. “Mana mungkin? Mana mungkin aku akan melupakanmu?”Gina menyesap tehnya, lalu berkata, “Waktu itu, kamu berjanji padaku akan membuat perhiasanmu dikenal sampai ke luar negeri. Sekar
Claire pun tertawa.Sepertinya benar apa kata Javier, berhubung Berwin mengenang budi orang tua Rosy, dia akan memilih untuk melepaskannya. Namun berbeda dengan Steven, dia tidak akan melepaskan Rosy begitu saja.Lebih baik Rosy bersembunyi dengan baik atau tidak … dia harus tinggal di balik jeruji besi.…Di sebuah hotel kecil dalam gang kecil.Rosy yang bersembunyi di dalam kamar itu melihat berita dirinya sedang diburon oleh orang-orang di seluruh kota. Raut wajahnya terlihat semakin mengerikan saja.Keluarga Fernando! Kenapa mereka malah mendesak Rosy ke jalan buntu?Sialan! Rupaya sejak awal, Rosy telah masuk ke dalam perangkap Javier dan juga Claire!Heh! Berhubung Keluarga Fernando yang duluan bersikap kejam, jangan salahkan Rosy!Rosy mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi nomor luar negeri yang tidak pernah dihubunginya. Tak lama kemudian, terdengar suara tawa sinis si lelaki dari ujung telepon. “Kenapa? Sekarang kamu baru bersedia untuk mengingatku?”Rosy menggigit bibirnya
Claire mengerutkan keningnya. “Maksudku wanita-wanita itu!”Javier tersenyum tipis. “Jadi, bagaimana sama kamu?”Claire sungguh emosi. Dia menarik rambut yang dimainkan Javier. “Aku sudah bosan untuk berhubungan sama kamu. Jadi, boleh kan aku cari cowok lain?”Raut wajah Javier menjadi dingin. “Kamu ingin berhubungan sama siapa?”Claire sengaja melihat Roger.Roger dapat merasakan sesuatu dari kaca spion tengah. Dia pun terkejut. “Nona … Nona Claire, aku … aku … aku suka sama cowok!”Selesai berbicara, Roger ingin sekali menggigit lidahnya hingga putus.“Pftz.” Claire tak sanggup menahan suara tawanya lagi.Javier melihat Claire dengan mengangkat-angkat alisnya. Dia sungguh kehabisan akal untuk menghadapi wanitanya ini. “Dasar bandel.”Malam harinya, Claire disiksa mati-matian.Melihat Claire yang sudah ketiduran akibat kecapekan itu, Javier merasa marah dan juga tidak berdaya. Dia mencondongkan tubuhnya mengecup bibir, ujung hidung, dan kening Claire. Dia sangat menyayangi wanitanya i
“Waktu itu, sewaktu aku makan bersama Pak Wilson, dia beri tahu aku bahwa ayahmu telah mematahkan satu kakinya dan mencelakai ayahnya. Aku ingin tahu apa semua ini benar?”Seandainya Berwin mengiakannya, jadi sebenarnya siapa yang bersalah dalam masalah ini?Namun hal yang paling mengejutkan Claire adalah Berwin malah terlihat sangat marah. “Semua itu dikatakan si tua bangka itu?”Claire hanya terdiam.Berwin mendengus dingin. Raut wajahnya terlihat sangat muram. “Ternyata Wilson pintar memfitnah. Waktu itu ayahku memang mengancam Keluarga Gufree dengan Wilson, tapi ayahku tidak melakukan apa-apa. Masalah kakinya itu tidak ada hubungannya dengan Keluarga Fernando.”Claire merasa kaget. “Jadi, bukan, ya?”Berwin tidak mengizinkan ada yang memfitnah ayahnya. “Omong kosong! Ayahku memang sangat membenci keluarga konglomerat yang bermuka dua itu, tapi mana mungkin dia turun tangan terhadap seorang anak kecil. Si Wilson itu memang pintar memfitnah.”Claire terdiam sejenak.Wilson bersikeras
Claire bertanya dengan suara kecil, “Kapan perginya?”Javier menatap wajahnya, lalu membalas, “Besok.” Dia mengangkat-angkat alisnya. “Kamu nempel sekali sama aku?”Claire menggigit bibirnya dan tidak bersuara. Gerakan ini malah terasa menggoda di mata Javier. Dia memeluk pinggang Claire, lalu berbalik untuk ganti posisi.“Javier, kamu belum beri tahu aku, kamu mau ke mana.” Claire meronta dengan memukul dan juga menendangnya. Namun, kedua tangannya malah ditahan.…Keesokan harinya.Secercah cahaya menembus ke dalam kamar. Claire dibangunkan oleh silaunya cahaya itu. Ketika Claire bangun, dia terbiasa untuk menjulurkan tangannya memeluk lelaki di sampingnya. Namun, hari ini malah tidak ada apa-apa di sampingnya. Claire membangkitkan tubuhnya menatap kekosongan di atas ranjang.Kemudian, Claire berjalan menuruni tangga. Seperti biasanya, sarapan sudah disediakan, tapi tidak terlihat batang hidungnya lagi. Hanya ada selembar memo ditimpa di bawah gelas susu. Tulisan ini masih terlihat r
Akhirnya Yvonne mengerti. “Ternyata begini, tapi apa Tuan Javier mengetahuinya?”Claire menarik kopernya ke depan mobil. “Dia nggak tahu. Jadi, aku berencana kasih ‘kejutan’ buat dia.”Pukul 23:50. Jadwal penerbangan menuju Kota Sentosa, Negara Shawana, berangkat tepat waktu. Perjalanan memakan waktu sekitar sepuluh jam. Mereka akan tiba di tempat tujuan sekitar jam sepuluh esok pagi.Setelah bangun dari perjalanan yang panjang itu, langit di luar jendela sana tampak sudah terang. Awan tebal berwarna putih menutupi langit di luar sana, membentang jauh di depan mata.Pada pukul sepuluh, pesawat sudah mulai mendarat di atas kota di Negara Shawana. Ketika melihat ke bawah, tampak gedung-gedung tinggi yang tersebar di mana-mana.Sekitar setengah jam kemudian, pesawat pun mendarat di landasan terbang Bandara Sentosa.“Setelah duduk pesawat semalaman, pinggang dan kakiku sakit sekali.” Yvonne menarik koper, lalu berjalan ke sisi Claire. Ini adalah pertama kalinya dia duduk pesawat selama in
“Iya, sekarang aku sudah mendirikan merek perhiasanku sendiri. Oh ya ….” Claire memperkenalkan, “Dia temanku, Yvonne.”Aldrich mengangguk sembari tersenyum padanya.Yvonne juga segera membalas senyumannya.Claire memperkenalkannya kepada Yvonne, “Dia adalah Tuan Aldrich, pemegang saham Perusahaan Luxury. Dulu dia selalu menjagaku ketika aku masih bekerja di Perusahaan Luxury.”“Tuan Aldrich, apa kamu sudah makan?” Claire kembali menatap Aldrich, lalu bertanya dengan bahasa asing.Aldrich mengangguk. “Baru selesai makan. Aku dan Tuan Jaxon lagi menjamu seorang tamu VIP. Oh ya, tamu itu juga adalah pebisnis dari Negara Makronesia. Dia masih sangat muda dan juga sangat tampan.”Sepertinya Claire bisa menebak siapa yang dimaksud Aldrich.Tiba-tiba tatapan Claire tertuju ke beberapa orang yang berjalan di belakang Aldrich.Mereka sedang berjalan sambil mengobrol. Lelaki yang berdiri di paling tengah mengenakan setelan jas yang sangat rapi. Dia kelihatan tampan dan juga berkarisma.Ketika si
Aldrich melihat Claire dengan terkejut. “Zora, kamu sudah menikah?”Claire tersenyum. “Iya.”“Oh begitu, apa suamimu lagi di Kota Sentosa? Gimana kalau kamu ajak dia untuk makan bersama?” Aldrich juga ingin tahu lelaki beruntung mana yang bisa menikahi istri cantik dan berbakat seperti Zora.Claire berlagak menghela napasnya. “Aku juga ingin ajak dia, tapi aku nggak tahu suamiku lagi tidur di dalam pelukan cewek mana. Aku masih belum bisa menghubunginya.”Javier terdiam, begitu pula dengan Yvonne dan juga Roger.Orang lainnya, termasuk Aldrich, juga melihat Claire dengan tatapan iba. “Ternyata kamu mengalami hal seperti ini. Tapi, wanita cantik dan unggul seperti Nona Zora pasti bisa bertemu dengan lelaki yang lebih baik lagi.”Senyuman di wajah Claire semakin lebar lagi. “Terima kasih doanya. Bagaimana kalau kamu perkenalkan kepadaku?”Aldrich pun tersenyum. “Bukannya tidak bisa juga.”Raut wajah Javier bagai diselimuti salju saja. Dia tersenyum pada orang di sampingnya, lalu berkata,