Claire bertanya dengan suara kecil, “Kapan perginya?”Javier menatap wajahnya, lalu membalas, “Besok.” Dia mengangkat-angkat alisnya. “Kamu nempel sekali sama aku?”Claire menggigit bibirnya dan tidak bersuara. Gerakan ini malah terasa menggoda di mata Javier. Dia memeluk pinggang Claire, lalu berbalik untuk ganti posisi.“Javier, kamu belum beri tahu aku, kamu mau ke mana.” Claire meronta dengan memukul dan juga menendangnya. Namun, kedua tangannya malah ditahan.…Keesokan harinya.Secercah cahaya menembus ke dalam kamar. Claire dibangunkan oleh silaunya cahaya itu. Ketika Claire bangun, dia terbiasa untuk menjulurkan tangannya memeluk lelaki di sampingnya. Namun, hari ini malah tidak ada apa-apa di sampingnya. Claire membangkitkan tubuhnya menatap kekosongan di atas ranjang.Kemudian, Claire berjalan menuruni tangga. Seperti biasanya, sarapan sudah disediakan, tapi tidak terlihat batang hidungnya lagi. Hanya ada selembar memo ditimpa di bawah gelas susu. Tulisan ini masih terlihat r
Akhirnya Yvonne mengerti. “Ternyata begini, tapi apa Tuan Javier mengetahuinya?”Claire menarik kopernya ke depan mobil. “Dia nggak tahu. Jadi, aku berencana kasih ‘kejutan’ buat dia.”Pukul 23:50. Jadwal penerbangan menuju Kota Sentosa, Negara Shawana, berangkat tepat waktu. Perjalanan memakan waktu sekitar sepuluh jam. Mereka akan tiba di tempat tujuan sekitar jam sepuluh esok pagi.Setelah bangun dari perjalanan yang panjang itu, langit di luar jendela sana tampak sudah terang. Awan tebal berwarna putih menutupi langit di luar sana, membentang jauh di depan mata.Pada pukul sepuluh, pesawat sudah mulai mendarat di atas kota di Negara Shawana. Ketika melihat ke bawah, tampak gedung-gedung tinggi yang tersebar di mana-mana.Sekitar setengah jam kemudian, pesawat pun mendarat di landasan terbang Bandara Sentosa.“Setelah duduk pesawat semalaman, pinggang dan kakiku sakit sekali.” Yvonne menarik koper, lalu berjalan ke sisi Claire. Ini adalah pertama kalinya dia duduk pesawat selama in
“Iya, sekarang aku sudah mendirikan merek perhiasanku sendiri. Oh ya ….” Claire memperkenalkan, “Dia temanku, Yvonne.”Aldrich mengangguk sembari tersenyum padanya.Yvonne juga segera membalas senyumannya.Claire memperkenalkannya kepada Yvonne, “Dia adalah Tuan Aldrich, pemegang saham Perusahaan Luxury. Dulu dia selalu menjagaku ketika aku masih bekerja di Perusahaan Luxury.”“Tuan Aldrich, apa kamu sudah makan?” Claire kembali menatap Aldrich, lalu bertanya dengan bahasa asing.Aldrich mengangguk. “Baru selesai makan. Aku dan Tuan Jaxon lagi menjamu seorang tamu VIP. Oh ya, tamu itu juga adalah pebisnis dari Negara Makronesia. Dia masih sangat muda dan juga sangat tampan.”Sepertinya Claire bisa menebak siapa yang dimaksud Aldrich.Tiba-tiba tatapan Claire tertuju ke beberapa orang yang berjalan di belakang Aldrich.Mereka sedang berjalan sambil mengobrol. Lelaki yang berdiri di paling tengah mengenakan setelan jas yang sangat rapi. Dia kelihatan tampan dan juga berkarisma.Ketika si
Aldrich melihat Claire dengan terkejut. “Zora, kamu sudah menikah?”Claire tersenyum. “Iya.”“Oh begitu, apa suamimu lagi di Kota Sentosa? Gimana kalau kamu ajak dia untuk makan bersama?” Aldrich juga ingin tahu lelaki beruntung mana yang bisa menikahi istri cantik dan berbakat seperti Zora.Claire berlagak menghela napasnya. “Aku juga ingin ajak dia, tapi aku nggak tahu suamiku lagi tidur di dalam pelukan cewek mana. Aku masih belum bisa menghubunginya.”Javier terdiam, begitu pula dengan Yvonne dan juga Roger.Orang lainnya, termasuk Aldrich, juga melihat Claire dengan tatapan iba. “Ternyata kamu mengalami hal seperti ini. Tapi, wanita cantik dan unggul seperti Nona Zora pasti bisa bertemu dengan lelaki yang lebih baik lagi.”Senyuman di wajah Claire semakin lebar lagi. “Terima kasih doanya. Bagaimana kalau kamu perkenalkan kepadaku?”Aldrich pun tersenyum. “Bukannya tidak bisa juga.”Raut wajah Javier bagai diselimuti salju saja. Dia tersenyum pada orang di sampingnya, lalu berkata,
“Kalau begitu, kamu beri tahu aku dulu.” Ujung kening si lelaki langsung berkeringat dingin. Dia menatap si wanita sejenak. Dia … sepertinya dia cari penyakit!Setelah melalui waktu panjang, Javier baru menggendong Claire untuk membasuh tubuhnya.Dapat terlihat sedikit ekspresi marah di wajah indah Claire. Javier memakaikan tali pakaiannya. Jari tangannya meraba kulit mulus Claire.Javier tersenyum. “Apa kamu benar-benar lagi marah?”Claire tidak menghiraukannya.Javier mengangkat kepala untuk melihat Claire. Beberapa saat kemudian, dia baru tersenyum hangat. “Apa kamu berencana mengambek dengan keadaan seperti ini?Javier merasa tidak berdaya. “Dasar tidak tahu malu.”Claire menarik jubah mandi, lalu membungkus tubuhnya. Dia memelototi Javier sekilas. “Apa mungkin aku akan menang jika dibandingkan sama kamu yang nggak tahu malu?”Javier berdiri, lalu memeluk Claire yang sedang berdiri di depan wastafel. Dia pun tersenyum. “Sudahlah, Claire. Aku menyadari kesalahanku.”Claire menatap J
Claire tidak berbicara lagi. Dia sudah menebak alasan Roger tidak memberi tahu Yvonne. Sepertinya Javier benar-benar tidak ingin memberitahunya.Menyadari Claire tidak berbicara, Yvonne mengira Claire sedang mengkhawatirkan hal ini. Tiba-tiba dia menjadi serius. “Kak, kamu tenang saja. Tuan Javier pasti nggak akan cari wanita di luar sana.”Ujung bibir Claire berkedut. “Gimana kamu bisa tahu?”Yvonne menepuk-nepuk dadanya. “Aku bisa menjamin.”Claire menyipitkan matanya. “Menjamin dengan apa?”Yvonne berpikir sejenak, lalu mengatakan, “Aku menjamin dengan gajiku yang kecil itu.”Claire pun tersenyum.“Sebenarnya Tuan Javier sangat tahu batasan. Kak Claire adalah wanita pertama yang diakui olehnya. Dulu aku bahkan kira lelaki seperti Tuan Javier nggak mungkin akan mencari pasangan.”“Memangnya ada apa dengan dia yang dulu?” Mungkin karena bosan, Claire jadi merasa penasaran. Sepertinya dia tidak pernah memahami masa lalu Javier.Yvonne pun tersenyum. “Aku beri tahu secara diam-diam, ya.
Saat awak media menunggu kabar Prisca dicampakkan untuk kedua lagi, Steven menggunakan aksinya untuk “menampar” wajah para awak media. Pernikahan selama sepuluh tahun itu sangatlah kekal.Kemudian, ada satu masalah yang ramai diperbincangkan di kalangan ibu kota. Setiap kali Steven makan bersama tamu, dia tidak mengizinkan ada kupu-kupu malam di dalam ruangan itu. Jika tidak, dia akan langsung meninggalkan tempat.Selain itu, Prisca yang selalu dihebohkan dengan kehidupan asmaranya pun lebih memilih untuk melakukan syuting drama keluarga dan bisnis daripada drama percintaan. Semua itu bukan karena mereka tidak memercayai satu sama lain, melainkan karena terlalu percaya. Jadi, Prisca memilih untuk menghargai dan menghormati perasaan suaminya.Bulu mata Claire bergetar. Dia menghela napas panjang, lalu berkata, “Setelah Bu Prisca mengalami kecelakaan di Negara Shawana pada 15 tahun lalu, Tuan Javier jadi nggak suka bicara. Pak Steven bisa memilih untuk terus tinggal di kediaman kuno juga
Beberapa lelaki lainnya juga tidak menganggur. Mereka semua mengelilingi Claire dan bertanya panjang lebar. Claire juga menjawab dengan penuh kesabaran. Dia tidak kesulitan dalam berbahasa asing.Jaxon melihat dari samping. Lelaki berambut keriting menyandarkan lengan di atas pundaknya sembari mengangkat alisnya. “Jaxon, jangan-jangan kamu punya maksud lain sama dia?”“Aku?” Jaxon melirik temannya sekilas, lalu berkata dengan tersenyum, “Sedikit, tapi dia sudah menikah.”“Sudah menikah? Kalau begitu, tidak ada kesempatan lagi.” Si lelaki rambut keriting mengangkat-angkat pundaknya.Jaxon mengambil tongkat golf, lalu memukul bola di atas rerumputan. Hanya saja, pukulan itu agak melenceng.Si lelaki berambut biru pun tersenyum. “Sepertinya teknik pukulan Nona Zora cukup bagus.”Tatapan Jaxon spontan tertuju pada diri Claire. Tampak Claire sedang memegang tongkat golf dengan kedua tangannya, lalu memukulkan bola tepat pada sasarannya.“Bagus.” Jaxon semakin kagum dengan Zora. Jarang ada t