“Nona Dacia, aku tahu kamu sangat mencemaskannya. Tapi, aku ini psikiater. Kalau aku nggak punya keyakinan, aku juga nggak mungkin bercanda dengan nyawa pasien.” Mellisa tersenyum. “Aku memang sudah memberinya obat. Tapi, obat-obat itu untuk mengobati insomnia dan sakit kepala. Jadi, dia bukan insomnia setelah makan obat. Aku berani jamin nggak ada masalah dengan obatku. Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa memeriksanya.”Usai berbicara, Mellisa mengeluarkan sebotol obat tidur untuknya. Namun, Dacia tidak mengambilnya. Dia memutar bola matanya, lalu berkata, “Aku percaya sama kamu.”Mellisa memasukkan obat ke dalam tas, lalu menatap bingkai foto di atas dinding. “Sebenarnya Clara tidak ingin diobati juga gara-gara kamu.”Dacia merasa bingung. “Gara-gara aku?”“Seandainya penyakit dia sudah sembuh, dia khawatir kamu akan mencampakkannya. Itulah alasannya dia menolak untuk berobat.” Mellisa menatapnya. “Apalagi kamu lagi mengandung sekarang. Bagi Clara, setelah anakmu dilahirkan, posisiny
Ariel tertegun. Dia merasa malu hingga wajahnya memerah. Ucapannya menjadi terbata-bata. “Itu … itu karena aku berutang sama kamu. Jadi, aku sungkan sama kamu!”Terlukis senyuman di dalam tatapan Jodhiva. Dia mengusap bibir Ariel. “Tuan Muda Ariel dari Pulau Persia malah bisa bersikap sungkan?”Ariel meronta hendak berdiri. Jodhiva menahan Ariel ke dalam pelukannya, lalu berkata dengan suara serak, “Kalau kamu sembarangan gerak lagi, aku pun kehabisan akal.”Ariel pun tertegun di tempat. Wajahnya seketika merona. “Kalau kamu berani, aku pasti akan membuatmu nggak bisa memiliki keturunan lagi!”Jodhiva mendengus dingin sembari mengangkat-angkat alisnya. “Jadi, bagaimana dengan kamu?”Hawa panas mengepul di atas kepala Ariel. Otaknya seketika tidak bisa berputar sama sekali.Dalam masalah hubungan, Ariel boleh dikatakan tidak paham akan apa pun. Hanya saja, Ariel yang sedang bergaul dengan para pria itu tentu mengerti maksud ucapan Jodhiva.Saat Ariel menyamar sebagai pria, dia tidak mer
Jerremy membungkus tubuh Dacia dengan jasnya. Dacia pun terbengong sejenak, lalu mengangkat kepala untuk menatap Jerremy.Setelah membungkus tubuh Dacia, Jerremy berkata, “Belakangan ini cuaca sering berubah. Kamu malah berpakaian terlalu sedikit. Apa kamu tidak takut akan kedinginan?”Dacia memutar bola matanya. “Hari ini Nona Mellisa datang.”Jerremy mengiakannya. “Aku mengerti.”Jerremy mengulurkan tangan untuk merangkul pundak Dacia, lalu membawa Dacia kembali ke kamar. Begitu memasuki kamar, Dacia langsung menarik lengan Jerremy. “Apa nggak ada yang ingin kamu tanyakan sama aku?”Jerremy menutup punggung tangan Dacia. Dia memalingkan kepalanya. “Kamu pasti punya alasanmu sendiri. Jangan-jangan kamu kira aku akan menyalahkanmu hanya gara-gara masalah sepele ini?”Dacia menurunkan kelopak matanya. “Aku minta maaf.”Jerremy memasukkan Dacia ke dalam pelukannya. “Jangan biarkan kamu merasa tidak senang. Kalau kamu benar-benar merasa tidak senang, kamu bisa marah sama aku.”Jerremy mas
Mellisa diam-diam mengamati raut wajah Jerremy. Ketika melihat kerutan di kening Jerremy seolah-olah sedang memikirkan sesuatu, Dacia melanjutkan ucapannya, “Aku juga nggak tahu kenapa Nona Dacia punya bias sebesar itu sama aku, mungkin dia mengira aku akan mencelakai Clara? Dia benar-benar sangat memedulikan Clara.”Jerremy mengiakan, lalu melepaskan jam tangannya. “Clara itu keponakan Dacia. Bukannya wajar kalau dia peduli dengan Clara?” Senyuman di wajah Mellisa terkaku. Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajahnya. “Betul juga. Tapi sekarang dia lagi mengandung, bukannya seharusnya dia lebih mencemaskan dirinya dan anak di dalam kandungannya daripada keponakannya?”Jerremy terdiam sejenak. Entah apa yang sedang dia pikirkan.Mellisa menatapnya. “Tuan Muda Jerry, Nona Dacia begitu memedulikan Clara. Bagaimana kalau Clara nggak bersedia untuk menerima pengobatan? Aku sungguh mencemaskan anak itu.”Jerremy kembali memasang jam tangannya. Setelah mendengar ucapan Mellisa, gerakannya be
Di dalam rumah, pelayan menghidangkan minuman dan buah-buahan untuk mereka.Saat Ariel melihat Clara yang sedang duduk di samping Dacia, dia kepikiran dengan gosip yang beredar di Grup Angkasa sebelumnya. Ariel menebak anak perempuan ini adalah “keponakan” yang digosip orang-orang.Ketika Ariel melihat Clara, kebetulan Clara juga sedang melihatnya. Ariel langsung tersenyum padanya. Namun, Clara malah terbengong langsung menunduk.Ariel menatap gadis yang menguncir tinggi rambutnya itu. Entah kenapa perasaan Ariel menjadi kalut. Dia seolah-olah bisa menemukan bayangan Dessy dalam tubuh Clara.Hanya saja, saat Dessy sudah seumuran Clara, nyalinya tidak sekecil ini.Pelayan menghidangkan makanan di atas meja. Tatapan Clara tertuju pada makanan itu. Dia ingin mengambilnya, tetapi dia tidak berani mengambilnya.Ariel pun menyerahkan sepotong makanan di hadapan Clara. Clara terbengong sejenak, tidak berani mengambilnya.Ariel menarik tangan Clara, lalu meletakkan kue di atas tangannya. “Mak
Dacia berjalan ke depan bunga, lalu menatap bunga mawar di dalam pot. “Sebenarnya aku sadar betapa baiknya dia terhadapku. Hanya saja, aku merasa nggak yakin saja ….”Jodhiva menatapnya. “Kamu boleh memilih. Percayalah dengan dirimu sendiri.”Dacia merasa kaget. Percaya dengan diri sendiri ….Jodhiva melihat ke dalam kamar. “Kalau kamu keberatan, kamu bisa biarkan Ariel untuk menemani Clara dalam beberapa waktu ini.”Dacia memikirkan sesuatu. “Aku nggak keberatan, tapi Clara, dia ….”“Kamu tidak usah khawatir. Aku tahu Clara punya penyakit mental. Sebenarnya tidaklah sulit untuk menyembuhkan di saat anak usia seperti ini. Dia hanya kekurangan rasa gembira saja.”Dacia merenung sejenak. Sebenarnya dia juga merasa tidak tenang ketika membiarkan Clara diobati oleh Mellisa. Hanya saja, bagaimana seandainya Ariel berhasil membuka simpul di hati Ariel?Mereka berdua berjalan ke dalam ruangan. Kemudian, dia menyadari Ariel sedang duduk di samping Clara sembari bermain gim. Clara yang tidak pe
Jodhiva merentangkan tangannya di atas bangku, lalu mendekati Ariel. “Kalau begitu, kamu jangan bikin Clara hilang, ya.”Ariel merasa tidak senang. “Apa kamu lagi meremehkanku?”Jodhiva menggigit pelan bibir Ariel. Ariel langsung mendorong pundak Jodhiva. “Kamu suka sekali melakukan serangan mendadak!”Jodhiva yang kesampaian pun tersenyum. “Aku suka seperti ini.”Kemudian, Jodhiva mengendarai mobilnya.Keesokan harinya, Clara duduk di halaman sembari menatap ke sisi pintu. Sepertinya dia sedang menunggu seseorang.Saat sebuah mobil berhenti di depan pintu, Clara langsung berdiri. Hanya saja, ketika melihat wanita yang menuruni mobil, senyuman di wajahnya langsung menghilang.Mellisa berjalan memasuki halaman dengan membawa tasnya. Kebetulan dia melihat Clara sedang duduk di dalam halaman, dia pun menyipitkan matanya berjalan ke sisi Clara. “Kenapa cuma kamu sendirian di sini? Clara, apa tantemu lagi nggak di rumah?”Clara merasa takut, tidak berbicara sama sekali.Mellisa melihat seke
Ariel dan Dacia memang tidak tergolong teman, tetapi Mellisa malah memarahi dirinya dan juga Dacia. Wanita itu memang hebat sekali, ya!Kali ini, Ariel melangkah maju. “Aku punya sopan santun atau nggak, juga nggak ada hubungannya sama kamu. Memangnya aku dinafkahi sama kamu? Kamu malah menyindir pemilik rumah di rumahnya. Kamu kira kamu itu siapa? Jangan-jangan kamu kira kamu baru nyonya rumah ini?”Ekspresi Mellisa langsung berubah. “Kamu … kenapa kamu malah omong kosong?”“Kenapa malah panik? Kamu juga nggak mungkin jadi nyonya rumah ini. Aku rasa selera Tuan Muda Jerry nggak akan buruk sampai menyukai wanita sepertimu.”Selesai berbicara, Ariel langsung teringat siapa wanita ini. Dokumen yang dibaca Jodhiva waktu itu adalah identitas dari wanita ini, ‘kan?Mellisa bahkan lebih buruk daripada Sania. Setidaknya, Sania blak-blakan, tidak bermuka dua seperti Mellisa.Kali ini, Mellisa tidak bisa menahan emosinya lagi. “Kamu ….”Namun, jika Mellisa meluapkan amarahnya di sini dan diperg