Puzo memaki, “Sialan!”Pria berseragam hitam yang bersenjata mengepung mobil. “Tuan Puzo, ajalmu sudah tiba.”Ketika menyadari Puzo tidak merespons, seorang pria berjalan ke belakang mobil dengan perlahan. Tiba-tiba Puzo melakukan penyerangan. Si pria merespons langsung membuka tembakan.Pistol di tangan pria berpakaian hitam dirampas. Puzo menendang si pria, lalu menindihnya di atas lantai. Ketika yang lain menyaksikan gambaran ini, semuanya segera melakukan tembakan.Puzo melangkah mundur ke belakang mobil untuk mengelak tembakan. Pecahan kaca akibat ditembak pun menggores lengan Puzo. Darah segar seketika mengalir. Tiba-tiba seorang pria berpakaian hitam berlari dari atas kap mobil untuk menyergap Puzo.Saat Puzo hendak membuka tembakan, terdengar suara jeritan. “Celaka! Ada yang datang!”Si pria berpakaian hitam tertegun sejenak. Dia ditendang oleh Puzo, kepalanya ditembak oleh Puzo. Darah segar seketika menyebar di atas lantai.Mobil itu semakin mendekat. Pihak lawan menggunakan m
Puzo terbengong dalam beberapa saat. Dia tidak berbicara lagi.Pada jam tujuh malam, Ariel pun pulang ke rumah. Tobias sedang duduk di ruang tamu sembari mencicipi teh bunganya. Dia mengangkat kelopak matanya menatap orang yang memasuki rumah. “Seharian ini ke mana saja? Kenapa baru pulang?”Ariel menghentikan langkahnya di depan tangga, lalu menjawab, “Aku pergi ke Geng Markus.”Tobias menyipitkan matanya. “Ngapain kamu ke kamar Jody tadi pagi?”“Kenapa kamu bisa tahu?”Jodhiva bukanlah tipe orang yang akan membocorkan rahasia. Sepertinya pelayan telah memergokinya.Tobias pun tersenyum. “Kamu seorang wanita malah masuk ke kamar pria. Katakanlah, apa kamu punya pemikiran lain?”“Kamu jangan fitnah aku. Aku nggak berpikir seperti itu.”“Jadi, ngapain kamu ke sana?”“Ukur ukuran.”Tangan Tobias bergetar. Cangkir di tangannya spontan jatuh ke atas meja dan mengeluarkan suara keras. Dia sungguh merasa terkejut. “Ukur … ukuran?”Ariel tahu pemikiran ayahnya telah melenceng. Wajahnya seketi
Jodhiva mengambil jubah tidur dari dalam lemari, lalu mengenakannya dengan perlahan. Dia tersenyum, lalu berkata, “Ini sudah kedua kalinya kamu menerobos ke dalam kamarku.”Ariel masih saja mengeyel. “Aku sudah ketuk pintu. Hanya saja, kamu tidak membalas.”Jodhiva mengikat tali jubah mandinya. “Kalau aku tidak menyahut, kamu langsung main masuk saja?”Ariel kepikiran sesuatu, lalu berpapasan dengan tatapannya. “Sepertinya ini rumahku. Aku bebas keluar masuk di rumahku sendiri. Lagi pula, meski aku lihat kamu yang telanjang, kamu juga tidak akan rugi.”Gerakan tangan Jodhiva berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya, lalu tertawa. “Kamu malah ingin lihat aku telanjang?”“Bukan.”“Tadi pagi kamu sentuh-sentuh aku. Sekarang kamu malah ingin lihat tubuhku. Setelah dipikir-pikir, bukannya aku rugi?”“Jangan omong kosong ….”“Jody.” Terdengar suara Tobias dari luar kamar. Ariel terkejut hingga sekujur tubuhnya terasa tegang.Jodhiva segera membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi. Ariel ma
Wanita ini boleh dikatakan pintar dan cerdik, tetapi terkadang dia juga ceroboh. Ketika dihadapkan dengan masalah serius, dia bisa bersikap dengan tenang. Namun, ketika berada di hadapan Jodhiva, Ariel selalu bersikap gegabah.Jodhiva mengulurkan tangannya menyelipkan rambut ke belakang telinga Ariel, lalu menyipitkan matanya. “Kamu tidurnya lelap sekali.”Cahaya matahari memancar ke dalam jendela, menyinari ke sisi sofa. Ariel membuka matanya dengan perlahan. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu segera duduk di tempat.Ariel mengambil selimut tipis yang menutupi tubuhnya seraya menatap sekeliling. Tiba-tiba dia kepikiran tujuan kedatangannya mencari Jodhiva semalam. Ariel bukan hanya ketiduran, dia bahkan melupakan hal penting itu.Ariel berjalan ke sisi pintu, lalu membuka pintu kamar. Dua pelayan yang melewati menatap Ariel dengan terkejut. “Tu … Nona?”“Pagi.” Ariel terpaksa menyapa, lalu segera kembali ke kamarnya.Dua orang pelayan wanita itu menatap Ariel berjalan keluar kamar
Mereka berdua mengobrol beberapa saat di ruangan VIP. Kemudian, Jodhiva mengantar Roger ke hotel. Saat tiba di lobi hotel, kedua mata Roger langsung berkilauan ketika bertemu dengan Izza. Dia pun tersenyum langsung pergi memeluk Izza. “Sayang ….”Izza refleks mengulurkan jari tangan untuk menahan pundak Roger. “Jangan panggil aku seperti itu ketika lagi di luar.”Roger menunjukkan ekspresi sedih. “Padahal sudah lama tidak berjumpa, kamu malah tidak izinkan aku untuk memelukmu.”Izza mencengkeram kerah pakaian Roger. “Kenapa kamu tidak beri tahu aku kalau kamu ke Pulau Persia?”Izza benar-benar tidak tahu Roger akan kemari. Roger pun tersenyum canggung. “Aku datang juga karena mencemaskanmu.”“Lebih baik kamu cemaskan dirimu sendiri saja. Aku tidak ada waktu luang untuk melindungimu.”Senyuman di wajah Roger semakin lebar lagi. Dia menggenggam tangan Izza. “Tenang saja, aku memang tidak jago dalam seni bela diri, tapi aku punya otak.”Jodhiva yang berada di samping pun tersenyum tidak b
Ariel mengambil peralatan makan untuk menyantap sarapannya.Tobias malah meletakkan peralatan makannya. “Jody akan segera pergi. Apa kamu tidak ada pemikiran apa-apa?”Gerakan Ariel berhenti sejenak. Dia menunduk, lanjut menyantap makanannya. “Memangnya aku bisa punya pemikiran apa? Jangan-jangan kalau aku tidak mau dia pergi, dia tidak akan pergi?”Kedua mata Tobias langsung berkilauan. “Ada kemungkinan seperti itu. Siapa tahu setelah kamu mengatakannya, dia bersedia untuk tinggal di sini?”Ariel terbengong sejenak. Beberapa saat kemudian, dia mengangkat kepalanya, lalu menatap Tobias dengan serius. “Ayah, sepertinya ada maksud lain di dalam ucapanmu? Aku tidak mengerti. Gimana kalau kamu terus terang saja? Sebenarnya aku juga ingin bertanya sejak dulu. Apa benar kamu ingin menjadikannya sebagai anakmu?”Tobias terdiam membisu. Betapa inginnya Tobias memukul kepala putrinya ini agar dia bisa lebih pintar lagi. Namun, Tobias berusaha untuk bersikap tenang. “Benar apa katamu. Tapi, dia
Si pelayan wanita tersenyum. “Kenapa kamu malah salah paham dengan Tuan Tobias? Kamu adalah satu-satunya anak Tuan Tobias. Meskipun kamu sudah menikah, kamu tetap adalah anaknya. Mana mungkin dia memutuskan hubungan kalian setelah kamu menikah?”Pelayan yang satu lagi menimpali, “Iya, apalagi Tuan Tobias sangat menyayangimu. Tuan Tobias tidak mungkin tidak menganggapmu sebagai putrinya lagi, yang ada malahan dia akan menjadi tameng yang kuat buat kamu.”Kening Ariel berkerut. Katanya mimpi itu bertolak belakang dengan kenyataan. Mana mungkin ayahnya akan bersikap tidak bermanusiawi seperti di mimpinya? Seharusnya semua ini hanya kekhawatiran Ariel saja.Kedua orang pelayan saling bertukar pandang sembari tersenyum. “Nona, sebenarnya kami merasa Tuan Muda Jody lumayan baik.”Ariel tertegun sejenak. “Apanya yang baik?”“Dia tampan, lembut, dan juga sopan. Apa Nona tidak merasakannya?”Pertanyaan itu membuat Ariel tertegun. Apa Jodhiva tampan? Iya, dia tampan.Apa Jodhiva sopan? Sepertin
Ariel menekan-nekan keningnya. Tiba-tiba dia tidak berani bertatapan dengan Ariel. “Oke, aku tarik kembali ucapanku tadi. Sudahlah, aku minta maaf sama kamu.”Jodhiva menatapnya. “Permintaan maafmu tidak tulus.”Ariel mengangkat kepalanya. “Jadi, apa maumu?”Jodhiva tersenyum tipis. “Tadi kamu bilang penampilanku akan menjadi incaran banyak wanita. Kamu sudah menghancurkan nama baikku. Apa kamu tidak perlu bertanggung jawab?”Kali ini, Ariel langsung terbengong di tempat. Bahkan, Roger yang bersembunyi di belakang tembok juga terbengong melongo. Dia mengusap matanya untuk memastikan, apakah dia adalah Jodhiva yang dikenalinya? Sepertinya agak keterlaluan untuk perhitungan terhadap seorang wanita?Berbeda dengan Tobias, dia malah kelihatan sangat gembira. Dia sungguh tidak menyangka bocah itu lebih jago dibandingkan dirinya di masa muda dulu.Saat Ariel hendak mengatakan sesuatu, dia mendengar ada suara dari belakang sana. Ariel spontan menoleh, lalu menyadari Tobias dan Roger sedang m