Si pelayan wanita tersenyum. “Kenapa kamu malah salah paham dengan Tuan Tobias? Kamu adalah satu-satunya anak Tuan Tobias. Meskipun kamu sudah menikah, kamu tetap adalah anaknya. Mana mungkin dia memutuskan hubungan kalian setelah kamu menikah?”Pelayan yang satu lagi menimpali, “Iya, apalagi Tuan Tobias sangat menyayangimu. Tuan Tobias tidak mungkin tidak menganggapmu sebagai putrinya lagi, yang ada malahan dia akan menjadi tameng yang kuat buat kamu.”Kening Ariel berkerut. Katanya mimpi itu bertolak belakang dengan kenyataan. Mana mungkin ayahnya akan bersikap tidak bermanusiawi seperti di mimpinya? Seharusnya semua ini hanya kekhawatiran Ariel saja.Kedua orang pelayan saling bertukar pandang sembari tersenyum. “Nona, sebenarnya kami merasa Tuan Muda Jody lumayan baik.”Ariel tertegun sejenak. “Apanya yang baik?”“Dia tampan, lembut, dan juga sopan. Apa Nona tidak merasakannya?”Pertanyaan itu membuat Ariel tertegun. Apa Jodhiva tampan? Iya, dia tampan.Apa Jodhiva sopan? Sepertin
Ariel menekan-nekan keningnya. Tiba-tiba dia tidak berani bertatapan dengan Ariel. “Oke, aku tarik kembali ucapanku tadi. Sudahlah, aku minta maaf sama kamu.”Jodhiva menatapnya. “Permintaan maafmu tidak tulus.”Ariel mengangkat kepalanya. “Jadi, apa maumu?”Jodhiva tersenyum tipis. “Tadi kamu bilang penampilanku akan menjadi incaran banyak wanita. Kamu sudah menghancurkan nama baikku. Apa kamu tidak perlu bertanggung jawab?”Kali ini, Ariel langsung terbengong di tempat. Bahkan, Roger yang bersembunyi di belakang tembok juga terbengong melongo. Dia mengusap matanya untuk memastikan, apakah dia adalah Jodhiva yang dikenalinya? Sepertinya agak keterlaluan untuk perhitungan terhadap seorang wanita?Berbeda dengan Tobias, dia malah kelihatan sangat gembira. Dia sungguh tidak menyangka bocah itu lebih jago dibandingkan dirinya di masa muda dulu.Saat Ariel hendak mengatakan sesuatu, dia mendengar ada suara dari belakang sana. Ariel spontan menoleh, lalu menyadari Tobias dan Roger sedang m
Intinya pihak toko busana hanya perlu menjahit pakaian dengan kain yang sudah dipilih saja. Ariel memasukkan kemeja kembali ke dalam kotak. “Kenapa kamu tidak bilang sejak awal? Aku malah mengukur ukuran tubuhnya.”Ternyata ukuran tubuh Jodhiva sudah ada di toko busana langganan. Ariel tidak perlu memberi mereka ukuran Jodhiva lagi.Jessie pun tersenyum. “Aku nggak sangka, kamu sudah melakukan banyak hal demi membuat kemeja Kak Jody.”“Namanya juga ganti rugi.” Ariel menutup kotak, lalu memasukkannya ke dalam kantongan kertas. Dia berdiri, lalu berkata, “Sudahlah, aku pulang dulu.”Jessie mengantar Ariel ke depan pintu. Ketika Ariel hendak menutup pintu mobil, Jessie menyadari ada dua mobil ikut memutar arah tak lama setelah Ariel pergi. Kening Jessie seketika berkerut. Mobil itu pergi ke arah yang sama dengan Ariel. Jangan-jangan mereka mengikuti Ariel?Ariel mengendarai mobil menuju ke Kediaman Keluarga Oswaldo. Dia memalingkan kepalanya melirik sekilas kotak hadiah yang diletakkann
Ariel menutup matanya yang terasa sakit itu. Dia menggertakkan giginya. “Beraninya bermain licik!”Si pria menjambak rambut Ariel, lalu tersenyum sinis. “Siapa suruh kamu hebat dalam seni bela diri. Tentu saja kami mesti bermain licik. Rasanya jatuh ke tangan kami tidak enak, ‘kan? Kalau ada yang ingin kamu salahkan, salahkan dirimu sendiri saja. Siapa suruh kamu itu anaknya Tobias!”Ariel tidak sanggup membuka matanya. Dia malah lalai ketika menghadapi preman-preman ini.“Sudahlah, Nona Ariel, mohon ikuti kami.” Si pria memukul Ariel hingga jatuh pingsan, kemudian memasukkannya ke dalam mobil. Mobil pun segera meninggalkan tempat.Di sisi lain, sebuah mobil sedan sedang mengebut dengan kencang. Jodhiva yang duduk di bangku samping pengemudi menghubungi Ariel. Hanya saja, panggilan tidak diangkat.Roger yang sedang mengemudi mobil bertanya, “Jangan-jangan telah terjadi sesuatu dengan Nona Ariel?”Izza pernah berkata sebelumnya, kemampuan seni bela diri Ariel tidak kalah hebat darinya.
Tom berdiri di atas dek. Pada saat ini, si Gendut menghampirinya. “Tuan.”Tom mengeluarkan sebatang rokok. “Suruh orang beri tahu Tobias, putrinya ada di tanganku. Coba lihat bagaimana pilihannya.”Si Gendut mengangguk.Ariel sedang duduk di atas ranjang. Pergelangan tangan yang tak berhenti meronta telah terluka. Bahkan, telah meninggalkan bekas yang cukup mendalam.Mata Ariel memang disemprot merica. Hanya saja, untung saja tidak semua bagian matanya disemprot. Jadi, Ariel juga tidak akan kehilangan penglihatannya. Dia membuka matanya dengan perlahan. Rasa sakit masih terasa. Saat ini, penglihatannya terasa sangat lemah. Saat terkena cahaya, matanya pun terasa sangat sakit.Ariel merintih kesakitan, tidak meronta lagi. Dia memiringkan tubuhnya berbaring di atas ranjang sembari tersenyum menyindir dirinya sendiri. “Ternyata ada saatnya aku lengah.”Pada saat ini, ada yang memasuki ruangan. Orang itu datang untuk mengantar makanan. Sikapnya sangat tidak bagus. “Nona Ariel, makan sendir
Ariel menunduk. Beberapa saat kemudian, pundaknya gemetar.Belum sempat si pria merasa bingung, Ariel pun tertawa. Si pria spontan merinding, tetapi dia merasa sepertinya Ariel sedang mentertawakannya. Dia langsung menjambak rambut Ariel, lalu berkata dengan galak, “Sialan! Apa yang kamu tertawakan!”Ariel membuka matanya. Terlintas ekspresi dingin di dalam mata merahnya. Kelopak mata Ariel kelihatan sedikit membengkak. “Apa kamu tahu apa akibatnya dari orang-orang yang bersikap arogan di depanku?”Tanpa menunggu respons dari si pria, entah sejak kapan Ariel berhasil melepaskan ikatan di tangannya. Dia langsung melilit leher pria itu dengan tali. Si pria mengentakkan kakinya hendak meronta. Wajahnya pun sudah merona karena dililit tali. Dia bahkan hampir kehilangan napasnya.Pria yang satu lagi langsung berlari ke sisi Ariel, lalu mencekik lehernya dari belakang dan menyeret Ariel. Tanpa sungkan, Ariel langsung mematahkan jari tangan si pria. Pria itu kesakitan spontan melepaskan ceng
“Haih, itu nasibnya.”Pengurus rumah memeluk pundak kecil Ariel dengan raut serius. “Tuan Muda ….”Waktu itu Ariel tidak menangis dengan tersedu-sedu. Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah pucatnya. Entah dari mana asal keberaniannya, Ariel langsung berlari ke tengah hujan.“Tuan Muda!”Ariel berlari ke hadapan Tobias. Tobias menunduk, tidak berani menatap matanya. Tiba-tiba Ariel menarik tangan Tobias. “Di mana Ibu?”Tobias tidak berbicara.Ariel kembali menggoyang tangan Tobias. Setetes demi setetes air mata mengalir. “Kata Ibu, dia akan pulang setelah beli hadiah buat aku. Kenapa Ibu nggak pulang? Kenapa Ibu bohongi aku? Apa Ibu nggak menginginkanku lagi?”Tobias sungguh tidak berdaya. Air hujan memerciki wajahnya. Tidak bisa dibedakan yang mana air hujan dan yang mana air mata. Dia memegang erat hadiah di tangan, lalu menyerahkannya kepada Ariel.Saat Ariel memegang kotak hadiah itu, suara tangisnya semakin keras lagi. Tobias berjongkok untuk memeluk Ariel. Suaranya terdengar s
Dessy tersenyum. “Keinginanmu pasti akan terkabulkan.”Ariel membuka matanya. Dia menyadari dirinya sedang berbaring di atas kamar pasien. Disusul, dia mendengar suara Tobias dan juga Dessy. Ketika melihat Ariel sudah bangun, Tobias segera berjalan ke sisi ranjang. “Ariel, kamu sudah bangun?”Dessy tersenyum. “Akhirnya Nona bangun juga. Aku pergi panggil dokter!”Dokter berjalan ke dalam kamar pasien, lalu memeriksa Ariel. Kemudian, dokter berkata pada Tobias, “Pasien baik-baik saja, hanya saja ada air yang menumpuk di paru-paru dan sedikit demam.”Tobias mengangguk. “Terima kasih.”Dessy duduk di samping ranjang. “Nona, apa yang kamu rasakan?”Ariel menatap plafon dengan terbengong. Dia tidak berbicara sama sekali.Tobias berdiri dengan menopang tongkat. Hatinya terasa tenang. Namun, tiba-tiba Tobias kepikiran sesuatu dan dia pun merasa marah. “Kamu seharusnya tahu meski Tom menculikmu, dia juga tidak berani melakukan apa-apa terhadapmu. Kamu cukup menunggu kami datang menyelamatkanmu