Jodhiva mengambil jubah tidur dari dalam lemari, lalu mengenakannya dengan perlahan. Dia tersenyum, lalu berkata, “Ini sudah kedua kalinya kamu menerobos ke dalam kamarku.”Ariel masih saja mengeyel. “Aku sudah ketuk pintu. Hanya saja, kamu tidak membalas.”Jodhiva mengikat tali jubah mandinya. “Kalau aku tidak menyahut, kamu langsung main masuk saja?”Ariel kepikiran sesuatu, lalu berpapasan dengan tatapannya. “Sepertinya ini rumahku. Aku bebas keluar masuk di rumahku sendiri. Lagi pula, meski aku lihat kamu yang telanjang, kamu juga tidak akan rugi.”Gerakan tangan Jodhiva berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya, lalu tertawa. “Kamu malah ingin lihat aku telanjang?”“Bukan.”“Tadi pagi kamu sentuh-sentuh aku. Sekarang kamu malah ingin lihat tubuhku. Setelah dipikir-pikir, bukannya aku rugi?”“Jangan omong kosong ….”“Jody.” Terdengar suara Tobias dari luar kamar. Ariel terkejut hingga sekujur tubuhnya terasa tegang.Jodhiva segera membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi. Ariel ma
Wanita ini boleh dikatakan pintar dan cerdik, tetapi terkadang dia juga ceroboh. Ketika dihadapkan dengan masalah serius, dia bisa bersikap dengan tenang. Namun, ketika berada di hadapan Jodhiva, Ariel selalu bersikap gegabah.Jodhiva mengulurkan tangannya menyelipkan rambut ke belakang telinga Ariel, lalu menyipitkan matanya. “Kamu tidurnya lelap sekali.”Cahaya matahari memancar ke dalam jendela, menyinari ke sisi sofa. Ariel membuka matanya dengan perlahan. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu segera duduk di tempat.Ariel mengambil selimut tipis yang menutupi tubuhnya seraya menatap sekeliling. Tiba-tiba dia kepikiran tujuan kedatangannya mencari Jodhiva semalam. Ariel bukan hanya ketiduran, dia bahkan melupakan hal penting itu.Ariel berjalan ke sisi pintu, lalu membuka pintu kamar. Dua pelayan yang melewati menatap Ariel dengan terkejut. “Tu … Nona?”“Pagi.” Ariel terpaksa menyapa, lalu segera kembali ke kamarnya.Dua orang pelayan wanita itu menatap Ariel berjalan keluar kamar
Mereka berdua mengobrol beberapa saat di ruangan VIP. Kemudian, Jodhiva mengantar Roger ke hotel. Saat tiba di lobi hotel, kedua mata Roger langsung berkilauan ketika bertemu dengan Izza. Dia pun tersenyum langsung pergi memeluk Izza. “Sayang ….”Izza refleks mengulurkan jari tangan untuk menahan pundak Roger. “Jangan panggil aku seperti itu ketika lagi di luar.”Roger menunjukkan ekspresi sedih. “Padahal sudah lama tidak berjumpa, kamu malah tidak izinkan aku untuk memelukmu.”Izza mencengkeram kerah pakaian Roger. “Kenapa kamu tidak beri tahu aku kalau kamu ke Pulau Persia?”Izza benar-benar tidak tahu Roger akan kemari. Roger pun tersenyum canggung. “Aku datang juga karena mencemaskanmu.”“Lebih baik kamu cemaskan dirimu sendiri saja. Aku tidak ada waktu luang untuk melindungimu.”Senyuman di wajah Roger semakin lebar lagi. Dia menggenggam tangan Izza. “Tenang saja, aku memang tidak jago dalam seni bela diri, tapi aku punya otak.”Jodhiva yang berada di samping pun tersenyum tidak b
Ariel mengambil peralatan makan untuk menyantap sarapannya.Tobias malah meletakkan peralatan makannya. “Jody akan segera pergi. Apa kamu tidak ada pemikiran apa-apa?”Gerakan Ariel berhenti sejenak. Dia menunduk, lanjut menyantap makanannya. “Memangnya aku bisa punya pemikiran apa? Jangan-jangan kalau aku tidak mau dia pergi, dia tidak akan pergi?”Kedua mata Tobias langsung berkilauan. “Ada kemungkinan seperti itu. Siapa tahu setelah kamu mengatakannya, dia bersedia untuk tinggal di sini?”Ariel terbengong sejenak. Beberapa saat kemudian, dia mengangkat kepalanya, lalu menatap Tobias dengan serius. “Ayah, sepertinya ada maksud lain di dalam ucapanmu? Aku tidak mengerti. Gimana kalau kamu terus terang saja? Sebenarnya aku juga ingin bertanya sejak dulu. Apa benar kamu ingin menjadikannya sebagai anakmu?”Tobias terdiam membisu. Betapa inginnya Tobias memukul kepala putrinya ini agar dia bisa lebih pintar lagi. Namun, Tobias berusaha untuk bersikap tenang. “Benar apa katamu. Tapi, dia
Si pelayan wanita tersenyum. “Kenapa kamu malah salah paham dengan Tuan Tobias? Kamu adalah satu-satunya anak Tuan Tobias. Meskipun kamu sudah menikah, kamu tetap adalah anaknya. Mana mungkin dia memutuskan hubungan kalian setelah kamu menikah?”Pelayan yang satu lagi menimpali, “Iya, apalagi Tuan Tobias sangat menyayangimu. Tuan Tobias tidak mungkin tidak menganggapmu sebagai putrinya lagi, yang ada malahan dia akan menjadi tameng yang kuat buat kamu.”Kening Ariel berkerut. Katanya mimpi itu bertolak belakang dengan kenyataan. Mana mungkin ayahnya akan bersikap tidak bermanusiawi seperti di mimpinya? Seharusnya semua ini hanya kekhawatiran Ariel saja.Kedua orang pelayan saling bertukar pandang sembari tersenyum. “Nona, sebenarnya kami merasa Tuan Muda Jody lumayan baik.”Ariel tertegun sejenak. “Apanya yang baik?”“Dia tampan, lembut, dan juga sopan. Apa Nona tidak merasakannya?”Pertanyaan itu membuat Ariel tertegun. Apa Jodhiva tampan? Iya, dia tampan.Apa Jodhiva sopan? Sepertin
Ariel menekan-nekan keningnya. Tiba-tiba dia tidak berani bertatapan dengan Ariel. “Oke, aku tarik kembali ucapanku tadi. Sudahlah, aku minta maaf sama kamu.”Jodhiva menatapnya. “Permintaan maafmu tidak tulus.”Ariel mengangkat kepalanya. “Jadi, apa maumu?”Jodhiva tersenyum tipis. “Tadi kamu bilang penampilanku akan menjadi incaran banyak wanita. Kamu sudah menghancurkan nama baikku. Apa kamu tidak perlu bertanggung jawab?”Kali ini, Ariel langsung terbengong di tempat. Bahkan, Roger yang bersembunyi di belakang tembok juga terbengong melongo. Dia mengusap matanya untuk memastikan, apakah dia adalah Jodhiva yang dikenalinya? Sepertinya agak keterlaluan untuk perhitungan terhadap seorang wanita?Berbeda dengan Tobias, dia malah kelihatan sangat gembira. Dia sungguh tidak menyangka bocah itu lebih jago dibandingkan dirinya di masa muda dulu.Saat Ariel hendak mengatakan sesuatu, dia mendengar ada suara dari belakang sana. Ariel spontan menoleh, lalu menyadari Tobias dan Roger sedang m
Intinya pihak toko busana hanya perlu menjahit pakaian dengan kain yang sudah dipilih saja. Ariel memasukkan kemeja kembali ke dalam kotak. “Kenapa kamu tidak bilang sejak awal? Aku malah mengukur ukuran tubuhnya.”Ternyata ukuran tubuh Jodhiva sudah ada di toko busana langganan. Ariel tidak perlu memberi mereka ukuran Jodhiva lagi.Jessie pun tersenyum. “Aku nggak sangka, kamu sudah melakukan banyak hal demi membuat kemeja Kak Jody.”“Namanya juga ganti rugi.” Ariel menutup kotak, lalu memasukkannya ke dalam kantongan kertas. Dia berdiri, lalu berkata, “Sudahlah, aku pulang dulu.”Jessie mengantar Ariel ke depan pintu. Ketika Ariel hendak menutup pintu mobil, Jessie menyadari ada dua mobil ikut memutar arah tak lama setelah Ariel pergi. Kening Jessie seketika berkerut. Mobil itu pergi ke arah yang sama dengan Ariel. Jangan-jangan mereka mengikuti Ariel?Ariel mengendarai mobil menuju ke Kediaman Keluarga Oswaldo. Dia memalingkan kepalanya melirik sekilas kotak hadiah yang diletakkann
Ariel menutup matanya yang terasa sakit itu. Dia menggertakkan giginya. “Beraninya bermain licik!”Si pria menjambak rambut Ariel, lalu tersenyum sinis. “Siapa suruh kamu hebat dalam seni bela diri. Tentu saja kami mesti bermain licik. Rasanya jatuh ke tangan kami tidak enak, ‘kan? Kalau ada yang ingin kamu salahkan, salahkan dirimu sendiri saja. Siapa suruh kamu itu anaknya Tobias!”Ariel tidak sanggup membuka matanya. Dia malah lalai ketika menghadapi preman-preman ini.“Sudahlah, Nona Ariel, mohon ikuti kami.” Si pria memukul Ariel hingga jatuh pingsan, kemudian memasukkannya ke dalam mobil. Mobil pun segera meninggalkan tempat.Di sisi lain, sebuah mobil sedan sedang mengebut dengan kencang. Jodhiva yang duduk di bangku samping pengemudi menghubungi Ariel. Hanya saja, panggilan tidak diangkat.Roger yang sedang mengemudi mobil bertanya, “Jangan-jangan telah terjadi sesuatu dengan Nona Ariel?”Izza pernah berkata sebelumnya, kemampuan seni bela diri Ariel tidak kalah hebat darinya.
Seperti kata pepatah, setiap kerugian pasti akan disertai dengan keuntungan. Lagi pula, dari dermaga itu, Keluarga Amkasa hanya akan mendapat pemasukan dari biaya singgah kapal dagang Organisasi Naga.Sekarang, setelah kaki putra Sorox patah akibat dipukul oleh Anton, Keluarga Amkasa sama sekali tidak menunjukkan respons apa pun, itu berarti mereka telah sepenuhnya menyinggung Sorox.Jangan harap mereka bisa berbisnis seperti biasa di masa depan. Bahkan, Organisasi Naga mungkin akan menjadi musuh Keluarga Amkasa. Meskipun mereka tidak lagi menggunakan dermaga Keluarga Amkasa, mereka tetap bisa membuka jalur baru dengan cara mereka sendiri.Pada akhirnya, Keluarga Amkasa justru mempersempit jalan mereka sendiri hanya demi mempertahankan keuntungan kecil ini.Yogi membalikkan kepalanya untuk melihat Dessy. “Ayo, kita pergi.”“Yogi, sebenarnya apa maksudmu? Sebenarnya kamu mau bantu atau tidak!” jerit Febri.Tanpa menoleh, Yogi berkata, “Tunggu kabar saja.”Kemudian, Yogi meninggalkan tem
Pada saat ini, pengurus rumah bergegas ke dalam rumah. “Tuan, ada yang melapor, katanya mereka melihat Tuan Yogi di dalam kota.”Benny spontan berdiri. “Apa benar?”Apa Yogi telah kembali?“Iya, dia lagi berada di Kediaman Keluarga Tanoto.”Ketika mendengar Yogi pergi ke Kediaman Keluarga Tanoto, Benny langsung menggebrak meja. “Begitu pulang, malah langsung ke Kediaman Keluarga Tanoto, sepertinya dia benar-benar tidak menganggap dirinya sebagai bagian dari Keluarga Amkasa!”Sekarang Febri sangat panik. Dia hanya berharap putranya bisa kembali. “Suamiku, berhubung dia sudah kembali, biarkan dia pergi tebus Anton. Bukannya Yogi itu anak sulungmu? Sekarang nyawa Anton sangat penting!”Kening Benny berkerut. Tangannya dikepal erat.Tidak lama kemudian, Yogi dan Dessy berada di halaman luar. Begitu Benny melihat kepulangannya, Benny pun terbengong sejenak. Ekspresinya seketika berubah muram. “Bukannya kamu tidak bersedia untuk pulang?”Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah Yogi. “Kalau
Shawn kelihatan tidak senang.Tobias tersenyum. “Kata siapa kaki Yogi akan dipertaruhkan? Daripada Sorox membuat Anton cacat, lebih baik Yogi turun tangan sendiri saja.”Shawn terbengong sejenak. “Suruh Yogi turun tangan sendiri?”Tobias mencondongkan tubuhnya ke depan. “Sekarang satu kaki Jomin sudah dipatahkan, tapi nyawanya baik-baik saja. Setelah istirahat selama setengah tahun, dia masih bisa turun dari ranjang dan berjalan secara normal. Aku dengar-dengar Sorox sangat sadis, tapi sekarang dia hanya mengancam Keluarga Amkasa untuk mengalah dengan Jomin. Kenapa dia tidak turun tangan?”Shawn kembali terbengong. “Apa maksudmu, Sorox punya maksud lain?”Tobias menuang air ke dalam gelasnya. “Sorox adalah seorang penguasa lokal di Miamar yang memiliki kekuasaan besar. Bisnis yang dia jalankan tidak bersih dan asal-usulnya juga tidak jelas. Selain itu, barang-barang mereka biasanya dikirim melalui jalur air, yang mana harus melewati wilayah Keluarga Amkasa.”“Lagi pula, nyawa Jomin tid
Latar belakang keluarganya Intan terlalu kuat, membuatnya kesulitan untuk mengangkat kepala di depan orang lain. Setahun setelah kematian Intan, Benny menikah lagi. Keluarga Intan memakinya sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi dia tetap menahannya. Namun, Shawn justru memaksanya menyerahkan Keluarga Amkasa kepada Yogi.Semakin ditekan, Benny semakin tidak mau berkompromi. Benny hanya ingin membuktikan kepada Shawn bahwa tanpa keluarganya dan tanpa putranya, Yogi, Keluarga Amkasa tetap bisa berkembang pesat.Namun, kali ini Anton malah dihadapkan dengan masalah serius. Jika bukan demi Anton, mana mungkin Benny bersedia merendahkan dirinya untuk mencari Yogi?Febri menarik tangannya. “Jadi, apa Yogi setuju? Dia juga anakmu. Bagaimanapun juga, dia tidak akan menolak, ‘kan? Yang terpenting, kita harus suruh Yogi membawa Anton pulang.”“Setuju?” Benny menepis tangan Febri, lalu berkata dengan gusar, “Kalau kamu bisa mengurus Anton kesayanganmu, apa mungkin dia akan melakukan
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah
Yogi tersenyum. “Sekarang sudah tidak tergolong benci.”“Semua ini juga bukan tergantung kemauanmu. Yogi, selama masih ada darah Keluarga Amkasa di dirimu, kamu mesti pulang bersamaku!”Benny langsung melayangkan perintah kasar. Meskipun dengan diculik, dia juga tidak akan mengizinkan Yogi menolak permintaannya.Devin dan yang lain juga tidak tinggal diam. Mereka takut orang-orang itu akan membawa Yogi secara paksa.Pada saat ini, Tobias yang berjalan dengan menopang tongkat dan juga dipapah Dessy berjalan ke dalam. Salah satu tangannya diletakkan di belakang punggung sembari memegang tasbih. “Lho, pagi-pagi malah sudah seramai ini. Ternyata Pak Benny juga lagi di sini.”Langsung terlukis ekspresi tidak bersahabat di atas wajah Yogi. “Pak Tobias, kenapa kamu juga ada di ibu kota?”“Ariel sedang berada di ibu kota. Tentu saja aku juga mesti bersamanya. Hari ini aku kepikiran untuk melihat muridku. Siapa sangka aku akan bertemu kamu di sini.”Tobias menunjukkan senyuman bersahabat. Dia m
Gerakan Hiro berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya. “Kenapa kamu bertanya seperti ini?”Emilia menggaruk wajahnya. “Kamu sudah tinggal lama di penginapan ini, apalagi kamu juga sudah akrab dengan orang-orang di penginapan. Tiba-tiba kamu mau pergi, mungkin mereka akan nggak merelakanmu.”Tiba-tiba Hiro tertawa. “Terkadang aku masih akan kembali.”“Ah … begitu, ya?” Emilia tertawa canggung.Hiro melihat ke sisi Kiumi. “Kalau begitu, malam ini Kiumi tidur di tempatku saja.”Emilia mengangguk. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu waktu istirahatmu lagi.”Emilia membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan tempat. Langkah kakinya sangat cepat ketika menuruni tangga. Kebetulan dia bertemu dengan Mike, dia pun merasa kaget. “Bos?”Ketika Mike tidak melihat Kiumu, dia tahu apa yang telah Emilia lakukan. Mike spontan tersenyum. “Kenapa kamu malah merasa gugup? Apa kamu tidak merelakan kepergiannya?”“Nggak, ah!”“Sudahlah, aku sudah kenal lama sama kamu, apa mungkin aku tidak memahamimu? Apa kam
Orang yang berada di tepi menelepon polisi. Dia sekalian mengulurkan bantuan menarik mereka ke pinggir danau.Emilia segera berjalan ke belakang Hiro. Hiro membantu pria itu untuk melakukan CPR. Beberapa saat kemudian, pria itu terbatuk-batuk dan memuntahkan air. Kali ini, dia baru siuman.Setelah melihat kondisi ini, Emilia pun langsung menghela napas lega.Polisi juga segera tiba di lokasi. Setelah orang-orang di sekitar memahami kondisi, dia berjalan ke hadapan Hiro. “Permisi, Tuan, bisa ikut kami untuk melakukan catatan?”Hiro mengangguk.Di dalam kantor polisi, Emilia sedang menunggu di koridor. Ketika melihat Hiro keluar setelah memberi catatan, Emilia berjalan mendekatinya. “Apa kamu baik-baik saja? Gimana kalau kita kembali ke penginapan buat ganti baju?”Hiro membalas, “Oke.”Setelah kembali ke penginapan, Mike merasa bingung ketika mendengar kabar ada orang bunuh diri. “Kenapa malah bunuh diri?”“Siapa juga yang tahu? Mungkin dia lagi ada masalah, merasa tidak pantas untuk hi
Bukannya Ariel tidak ingin menggendong anak-anak, tetapi ayahnya dan Jodhiva tidak mengizinkannya. Tobias takut Ariel tidak bisa mengendalikan tenaganya, nantinya malah akan menyakiti anak-anak ….Dacia pun tertawa. “Aku mengerti. Tapi semuanya juga bukan masalah. Kamu mesti lebih banyak istirahat pada tiga bulan pertama. Selain memberi ASI, biasanya cuma perlu tiduran saja.”Ariel mengedipkan matanya. “Ternyata orang yang sudah jadi ibu lebih berpengalaman.”Jerremy dan Dacia tinggal beberapa saat sebelum meninggalkan tempat. Ariel berjongkok di samping ranjang bayi sembari menatap kedua bocah. Dia menggunakan jari tangannya untuk menoel pipi mereka. Rasanya empuk sekali. Kulit anak-anak memang lembut.“Kenapa tidak pakai sepatu?” Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di depan pintu. Ariel pun menoleh dan berkata, “Aku datang untuk lihat anak-anak saja.”Jodhiva mengambil sandal, lalu meletakkannya di hadapan Ariel. “Dipakai. Kamu lagi masa nifas, jangan sampai masuk angin.”Ariel memakai