Ariel melipat kedua tangan di depan dadanya, lalu memalingkan kepalanya. “Paling-paling aku ganti satu kemeja buat kamu.”Jodhiva pun tersenyum. “Seharusnya kamu tahu aku hanya pakai kemeja yang di-custom untukku?”Ariel merasa kaget. Dia menatap Jodhiva. “Apa demi ganti rugi sepotong kemeja, aku malah mesti pergi ke Negara Shawana?”“Bukannya kamu sendiri yang bilang mau ganti rugi?” Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Kalau kamu mau ganti rugi, kamu mesti menunjukkan ketulusan hatimu.”Ariel menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum dengan geram. “Oke, anggap saja aku terlalu kepo.”Ariel berjalan ke dalam rumah dengan emosi tinggi. Jodhiva menatap bayangan punggung Ariel. “Apa kamu tidak berencana untuk ganti rugi lagi?”Tanpa memalingkan kepala, Ariel berkata, “Tidak punya duit!”Ariel memang selalu memungkiri janjinya. Namun, Jodhiva malah tidak marah sama sekali. Lagi pula, hanya sepotong kemeja saja. Untuk apa perhitungan dengannya?Keesokan harinya, Ariel turun ke lantai bawah
Jodhiva juga tidak menyangkal. “Aku sudah bangun sejak kamu masuk.”Ekspresi Ariel langsung menjadi datar. “Kamu lagi pura-pura tidur!”Jodhiva tersenyum. “Kalau aku tidak pura-pura tidur, bagaimana aku bisa tahu apa maumu?”Ariel merasa marah hingga urat hijau menonjol di keningnya. Dia bagai telah dipermainkan Jodhiva saja. Ariel menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan berkacak pinggang, “Padahal aku ingin bikin kemeja baru buat kamu. Berhubung kamu sudah mempermainkanku, sepertinya aku tidak perlu ganti rugi lagi.”Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Aku juga tidak berencana suruh kamu ganti rugi. Tapi, kalau kamu setulus ini ….” Jodhiva menuruni ranjang, lalu berjalan ke depan Ariel sembari merentangkan kedua lengannya. “Coba kamu ukur.”Ariel tertegun sejenak, lalu memalingkan kepalanya. “Aku nggak mau ukur.”Jodhiva menarik tangan Ariel. Ariel pun terbengong. Belum sempat dia merespons, kedua lengan Ariel sudah melingkari pinggang Jodhiva. Wajahnya juga menempel di dekat J
Tom memalingkan kepala untuk menatap si Gendut. “Bukannya aku suruh orang untuk mengawasi Puzo?”Si Gendut menunduk, “Sepertinya anggota kita ketahuan oleh Puzo. Mereka semua sudah diserang.”Tom memejamkan matanya. “Dia malah memilih untuk bekerja sama dengan Keluarga Oswaldo. Bodoh sekali!” Kemudian, dia melebarkan matanya melihat ke sisi si Gendut. “Kalau Puzo memilih untuk bersekongkol dengan Keluarga Oswaldo, sepertinya tidak ada gunanya aku mempertahankan nyawanya lagi. Dengan melenyapkannya, aku baru bisa menguasai kekuasaannya.”Si Gendut berkata, “Kalau begitu, aku akan utus anggota sekarang.”…Siang harinya, Ariel tiba di Geng Markus. Ketika anggota Geng Markus melihat Ariel berbusana wanita, semuanya merasa syok. Ini adalah pertama kalinya mereka melihat Ariel berbusana wanita.“Nona … Nona Ariel.” Panggilan ini terasa asing bagi semuanya.Jessie berjalan keluar ruangan. “Ariel?” Jessie berlari ke hadapan Ariel, lalu menggandeng tangannya dengan gembira. “Kenapa kamu bisa
Puzo memaki, “Sialan!”Pria berseragam hitam yang bersenjata mengepung mobil. “Tuan Puzo, ajalmu sudah tiba.”Ketika menyadari Puzo tidak merespons, seorang pria berjalan ke belakang mobil dengan perlahan. Tiba-tiba Puzo melakukan penyerangan. Si pria merespons langsung membuka tembakan.Pistol di tangan pria berpakaian hitam dirampas. Puzo menendang si pria, lalu menindihnya di atas lantai. Ketika yang lain menyaksikan gambaran ini, semuanya segera melakukan tembakan.Puzo melangkah mundur ke belakang mobil untuk mengelak tembakan. Pecahan kaca akibat ditembak pun menggores lengan Puzo. Darah segar seketika mengalir. Tiba-tiba seorang pria berpakaian hitam berlari dari atas kap mobil untuk menyergap Puzo.Saat Puzo hendak membuka tembakan, terdengar suara jeritan. “Celaka! Ada yang datang!”Si pria berpakaian hitam tertegun sejenak. Dia ditendang oleh Puzo, kepalanya ditembak oleh Puzo. Darah segar seketika menyebar di atas lantai.Mobil itu semakin mendekat. Pihak lawan menggunakan m
Puzo terbengong dalam beberapa saat. Dia tidak berbicara lagi.Pada jam tujuh malam, Ariel pun pulang ke rumah. Tobias sedang duduk di ruang tamu sembari mencicipi teh bunganya. Dia mengangkat kelopak matanya menatap orang yang memasuki rumah. “Seharian ini ke mana saja? Kenapa baru pulang?”Ariel menghentikan langkahnya di depan tangga, lalu menjawab, “Aku pergi ke Geng Markus.”Tobias menyipitkan matanya. “Ngapain kamu ke kamar Jody tadi pagi?”“Kenapa kamu bisa tahu?”Jodhiva bukanlah tipe orang yang akan membocorkan rahasia. Sepertinya pelayan telah memergokinya.Tobias pun tersenyum. “Kamu seorang wanita malah masuk ke kamar pria. Katakanlah, apa kamu punya pemikiran lain?”“Kamu jangan fitnah aku. Aku nggak berpikir seperti itu.”“Jadi, ngapain kamu ke sana?”“Ukur ukuran.”Tangan Tobias bergetar. Cangkir di tangannya spontan jatuh ke atas meja dan mengeluarkan suara keras. Dia sungguh merasa terkejut. “Ukur … ukuran?”Ariel tahu pemikiran ayahnya telah melenceng. Wajahnya seketi
Jodhiva mengambil jubah tidur dari dalam lemari, lalu mengenakannya dengan perlahan. Dia tersenyum, lalu berkata, “Ini sudah kedua kalinya kamu menerobos ke dalam kamarku.”Ariel masih saja mengeyel. “Aku sudah ketuk pintu. Hanya saja, kamu tidak membalas.”Jodhiva mengikat tali jubah mandinya. “Kalau aku tidak menyahut, kamu langsung main masuk saja?”Ariel kepikiran sesuatu, lalu berpapasan dengan tatapannya. “Sepertinya ini rumahku. Aku bebas keluar masuk di rumahku sendiri. Lagi pula, meski aku lihat kamu yang telanjang, kamu juga tidak akan rugi.”Gerakan tangan Jodhiva berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya, lalu tertawa. “Kamu malah ingin lihat aku telanjang?”“Bukan.”“Tadi pagi kamu sentuh-sentuh aku. Sekarang kamu malah ingin lihat tubuhku. Setelah dipikir-pikir, bukannya aku rugi?”“Jangan omong kosong ….”“Jody.” Terdengar suara Tobias dari luar kamar. Ariel terkejut hingga sekujur tubuhnya terasa tegang.Jodhiva segera membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi. Ariel ma
Wanita ini boleh dikatakan pintar dan cerdik, tetapi terkadang dia juga ceroboh. Ketika dihadapkan dengan masalah serius, dia bisa bersikap dengan tenang. Namun, ketika berada di hadapan Jodhiva, Ariel selalu bersikap gegabah.Jodhiva mengulurkan tangannya menyelipkan rambut ke belakang telinga Ariel, lalu menyipitkan matanya. “Kamu tidurnya lelap sekali.”Cahaya matahari memancar ke dalam jendela, menyinari ke sisi sofa. Ariel membuka matanya dengan perlahan. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu segera duduk di tempat.Ariel mengambil selimut tipis yang menutupi tubuhnya seraya menatap sekeliling. Tiba-tiba dia kepikiran tujuan kedatangannya mencari Jodhiva semalam. Ariel bukan hanya ketiduran, dia bahkan melupakan hal penting itu.Ariel berjalan ke sisi pintu, lalu membuka pintu kamar. Dua pelayan yang melewati menatap Ariel dengan terkejut. “Tu … Nona?”“Pagi.” Ariel terpaksa menyapa, lalu segera kembali ke kamarnya.Dua orang pelayan wanita itu menatap Ariel berjalan keluar kamar
Mereka berdua mengobrol beberapa saat di ruangan VIP. Kemudian, Jodhiva mengantar Roger ke hotel. Saat tiba di lobi hotel, kedua mata Roger langsung berkilauan ketika bertemu dengan Izza. Dia pun tersenyum langsung pergi memeluk Izza. “Sayang ….”Izza refleks mengulurkan jari tangan untuk menahan pundak Roger. “Jangan panggil aku seperti itu ketika lagi di luar.”Roger menunjukkan ekspresi sedih. “Padahal sudah lama tidak berjumpa, kamu malah tidak izinkan aku untuk memelukmu.”Izza mencengkeram kerah pakaian Roger. “Kenapa kamu tidak beri tahu aku kalau kamu ke Pulau Persia?”Izza benar-benar tidak tahu Roger akan kemari. Roger pun tersenyum canggung. “Aku datang juga karena mencemaskanmu.”“Lebih baik kamu cemaskan dirimu sendiri saja. Aku tidak ada waktu luang untuk melindungimu.”Senyuman di wajah Roger semakin lebar lagi. Dia menggenggam tangan Izza. “Tenang saja, aku memang tidak jago dalam seni bela diri, tapi aku punya otak.”Jodhiva yang berada di samping pun tersenyum tidak b