Kabar kematian Elgar telah tersebar sampai ke telinga anggota Organisasi Imoana. Anggota Organisasi Imoana mulai merasa waswas. Meskipun telah meninggalkan area kekuasaan Puzo, mereka semua masih tidak mengetahui keberadaan Gamma. Organisasi Imoana bagai telah kehilangan induknya saja.Tak lama kemudian, Puzo membawa paksa beberapa anggota Organisasi Imoana kembali ke area kekuasaannya. Namun, ada juga yang berhasil bersembunyi. Boleh dikatakan bahwa Organisasi Imoana telah bubar.Saat ini, di rumah sakit.Anggota Elgar sedang berada di dalam kamar pasien Gamma. Setelah Gamma mengetahui kabar kematian Elgar, selain merasa sakit hati, dia juga membenci dirinya yang tidak berguna.Ariel bersama anggotanya memasuki ruang kamar. Orang di dalam kamar refleks melihat ke sisi mereka.Langkah kaki Ariel berhenti di samping ranjang. “Mengenai masalah Elgar, kata ayahku, dia akan beri kamu penjelasan.”Gamma tidak berbicara. Namun, anggota Elgar langsung meluapkan amarahnya. “Penjelasan apa? Tua
Dessy menggeleng. Dia sendiri juga tidak jelas. Mereka berdua berjalan keluar rumah sakit. Saat berdiri di depan mobil, Ariel baru saja membuka pintu mobil, tiba-tiba dia menyadari ada seseorang yang duduk di baris belakang. Kedua matanya spontan terbelalak. “Kenapa kamu juga ada di sini?”Jodhiva sedang bersandar di sisi jendela mobil. Dia memalingkan kepala untuk menatap Ariel. “Tom sedang menyelidiki wanita yang membongkar identitas Andry.”Ariel menutup pintu mobil. Dia menatap Jodhiva dengan mengangkat-angkat alisnya. “Apa kamu lagi mencemaskanku?”Jodhiva langsung mengalihkan pandangannya dan tidak berbicara.Dessy mengemudi mobil sembari menatap kaca spion tengah. Dia merasa Ariel sangat serasi dengan Jodhiva. Tiba-tiba dia kepikiran kenapa bisa tersebar “gosip” di antara mereka. Sepertinya siapa pun yang melihat, pasti merasa kemungkinan mereka bersama cukup besar.Ariel menyadari tatapan Dessy. Dia menepuk-nepuk bangku tempat duduk Dessy. “Bawa mobilnya yang fokus. Apa yang k
Tom membalikkan tubuhnya berjalan ke sisi meja baca, lalu duduk di depannya. Jari tangannya diketukkan di atas meja. “Bukannya kamu sudah mengutus orang untuk mengawasi Wales?”“Emm ….” Si Gendut menunduk, “Orang itu masih belum kembali. Aku juga tidak berhasil untuk menghubunginya.”Barang di atas meja langsung disapu ke lantai. Amarah Tom meledak tanpa aba-aba. Si Gendut tidak bersuara, bahkan tidak berani untuk bernapas.Raut wajah Tom sangat muram. “Dasar orang tidak berguna. Sepertinya dia sudah menyadarinya.”“Meskipun dia menyadarinya, dia juga tidak akan mencurigaimu.”“Oh ya?” Tatapan Tom melintas ke sisi Gendut. “Masalah Sams sudah terbongkar. Keluarga Oswaldo sudah tahu hubungannya denganku, termasuk soal laporan keuangan. Cepat atau lambat dia pasti akan mencurigaiku.”Si Gendut tidak berbicara.Tom menekan-nekan tulang hidungnya sembari bersandar di bangkunya. “Wanita itu pasti punya hubungan sama Keluarga Oswaldo.”Tiba-tiba si Gendut kepikiran sesuatu. “Aku sudah cari t
Apa mungkin Firman sanggup menerima kabar mendadak ini?Ariel melipat kedua tangan di depan dada tanpa berbicara sama sekali.Tobias melanjutkan, “Bukannya Firman hanya suruh kamu untuk bertemu dengan wanita itu saja? Pergilah! Belum pasti wanita itu suka sama kamu. Anggap saja hanya formalitas.”Setelah Ariel hendak meninggalkan ruangan, tiba-tiba dia menghentikan langkahnya, lalu menoleh dan tersenyum. “Oke, aku akan ke sana. Kalau dia suka sama aku, kamu saja yang menikahinya. Lagi pula, aku juga tidak keberatan untuk punya ibu tiri di usia sekarang.”“Dasar berengsek!”Saat buku dilempar, Ariel langsung berlari keluar ruangan. Buku pun menghantam pintu.Tobias menekan-nekan urat hijau yang menonjol di keningnya. Putri keluarga lain biasanya sangat lembut dan penurut. Namun, putrinya yang satu ini malah sangat membangkang. Kerjaannya hanya memancing emosi Tobias saja.…Menjelang malam, lampu jalan mulai dinyalakan. Sejak Gandhi meninggalkan vila, dia mulai merasa tidak tenang. Mun
Gandhi mengangguk. “Bagus, artinya bagus sekali.” Dia menuangkan anggur untuk Zane. “Tadi kamu bilang kamu jago minum. Kalau begitu, mari kita minum beberapa gelas. Asalkan aku gembira, kamu bisa minum sepuasnya.”Tidak ada yang menyadari ekspresi dingin di wajah Zane. “Aku sungguh merasa terhormat.”Di dalam ruangan VIP, Gandhi yang tidak berhenti minum itu sudah muntah hingga wajahnya merona. Suasana hati Gandhi sedang tidak bagus, apalagi dia minumnya terlalu cepat, Gandhi pun jadi mabuk.Ekspresi di wajah Zane masih tidak berubah. Dia melirik Gandhi sejenak, lalu meletakkan gelas alkohol. “Tuan, apa kamu ada masalah? Apa aku bisa jadi pendengarmu?”Emosi masih membaluti hati Gandhi. Apalagi dia telah minum banyak hari ini. Saat ini, Gandhi tidak memiliki tempat untuk melampiaskan amarahnya, hatinya terasa penat. “Hanya masalah sepele saja. Sialan! Aku sudah mengabdi selama bertahun-tahun sama dia, tapi dia malah lebih memilih percaya sama orang lain. Ternyata dia nggak pernah perca
Jules sedang duduk di depan laptop, lalu menggunakan teknik peretas untuk memecahkan kata sandi. Sekitar setengah jam kemudian, akhirnya dia berhasil membuka folder itu. Entah apa yang dilihat Jules, kedua matanya seketika menyipit.Beberapa saat kemudian, Jules mencabut flashdisk, lalu menutup telepon. Dia hendak meninggalkan kamar.Ericko sudah menunggu di parkiran hotel. Jules melepaskan rambut palsunya, lalu masuk ke dalam mobil. Ericko mengintip Jules dari kaca spion tengah. Jujur saja, Jules kelihatan sangat cantik ketika menyamar menjadi seorang perempuan.“Seharusnya tidak terbongkar, ‘kan?” Jules menghapus riasan di wajahnya. “Dia mabuk parah. Meskipun dia kepikiran kejadian malam ini, belum pasti dia ingat sama aku.”Ericko mengendarai mobil meninggalkan hotel. “Puzo telah menyerahkan kuasa mengurus Kamar Dagang Bardi ke orang lain. Gandhi pasti tidak terima.”Jules mengganti pakaian di dalam mobil. Dia mengancing pakaiannya dengan perlahan. “Terima atau tidak itu masalah la
Jessie keluar dari pelukan Jules. “Jangan peluk aku kalau kamu nggak jelasin ke aku!”Kepala Jules terasa sangat sakit. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan masalah ini.Tiba-tiba pintu ruangan diketuk. Terdengar suara Ericko dari luar. “Tuan, pakaianmu ketinggalan di mobil.”Jules menepuk keningnya. Dia pergi membuka pintu, lalu mengambil kantongan dari tangan Ericko. “Terima kasih.”Setelah pintu ditutup, Jessie langsung mengambil tas hendak meninggalkan ruangan. Jules langsung menghalangi di depan pintu. Alhasil, Jessie pun menjerit, “Minggir! Aku mau pulang.”Jules pun tertawa. “Apa kamu benar-benar marah?”“Padahal aku berbaik hati ingin mengunjungimu, kamu malah memperlakukanku seperti ini. Ternyata hatimu sudah berubah! Dasar pria berengsek!” Jessie menepis tangan Jules, lalu memegang gagang pintu. Saat ini, Jules menyerahkan kantongan pakaian kepada Jessie. “Mau lihat tidak?”Jessie menoleh. “Lihat apa?” Jessie mengambil kantongan itu, lalu membukanya. Isinya berupa terusan wa
Tobias tersenyum. “Dua orang wanita lagi kencan buta. Lucu sekali.”Jodhiva mengalihkan pandangannya menatap gelas tehnya. “Bagaimana seandainya wanita itu benar-benar menyukai Ariel?”Tobias melambaikan tangannya. “Kamu nggak usah khawatir. Dengan penampilannya hari ini, kencan buta kali ini pasti akan gagal.”Jodhiva mengusap mulut gelas dan tidak berbicara.Ariel menunggu sejenak di mejanya. Tiba-tiba datang seorang wanita yang kelihatan lemah lembut. Dia memang tidak tergolong sangat cantik, tetapi cukup elegan.Si wanita tersenyum. “Apa kamu itu Tuan Muda Ariel?”Jari-jari tangan Ariel saling bertautan. Kemudian, dia pun bertopang dagu. “Iya, benar. Apa kamu itu Nona Alicia yang dikenalkan Paman Firman?”Alicia duduk di hadapan Ariel, lalu meletakkan tasnya di samping. “Aku pernah mendengar nama Tuan Muda Ariel sebelumnya. Tapi, kamu sungguh berbeda dengan yang kubayangkan.”Ariel tersenyum. “Semua orang juga akan berkata seperti itu ketika bertemu denganku.” Ariel mengibaskan ram
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t
Di Grup Angkasa.Saat jam istirahat, para karyawan sedang membahas acara malam hari ini. Saat Edwin membawa kotak hadiah melewati sisi mereka, ada yang bertanya dengan tersenyum, “Tuan Edwin, itu hadiah buat kekasihmu?”Edwin merasa kaget. “Sejak kapan aku punya kekasih? Bukan punyaku, tapi punya Tuan Muda Jody.”Semua orang langsung mengerumuninya. “Apa isinya perhiasan?”“Apa Tuan Muda Jody menghadiahkannya untuk istrinya?”“Romantis sekali. Kenapa nggak ada yang kasih hadiah Natal buat aku?”Sebenarnya Edwin juga tidak tahu. Hanya saja, isinya memang adalah perhiasan dari suatu merek ternama.Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di belakang mereka, dia pun tersenyum. “Apa kalian tidak mau cepat pulang kerja? Kalau begitu, kalian lembur saja?”“Tidak, tidak! Kami ingin pulang kerja tepat waktu. Kami semua punya acara nanti malam.” Mereka segera kembali ke tempat duduk mereka.Edwin berjalan ke sisi Jodhiva, lalu menyerahkan kotak hadiah kepadanya. Dia bertanya dengan penasaran, “Ini had
Ariel terdiam sejenak.Pemikiran Sulivan sangat jernih, tetapi terlalu blak-blakan. Bagaimana dia bisa memiliki pacar nantinya?Ariel berjongkok di hadapan Sulivan untuk bertatapan dengan matanya. “Nggak ada yang menentukan kamu mesti menyukainya dan kamu nggak boleh menolak. Tapi, hadiah ini niat baik dari orang lain. Nggak peduli kamu suka atau nggak, kamu mesti berterima kasih.”“Meski kamu nggak mau, kamu boleh mengatakan kamu nggak memerlukannya, terima kasih atas maksud baikmu. Ini yang dinamakan sopan santun.”Sulivan menatap Ariel dalam beberapa saat. “Kamu cerewet sekali.”Saat Ariel hendak mengatakan sesuatu, anak perempuan itu pun menangis. Kali ini, Ariel merasa kewalahan, segera membujuk.Yogi mendengar suara tangisan itu. Dia langsung mendekat. Dia menyadari Ariel sedang membujuk anak perempuan yang sedang menangis dengan penuh kesabaran. Namun, anak perempuan itu masih tidak berhenti menangis.Yogi mendekat, lalu menggendong si anak perempuan. “Kenapa malah menangis? Apa
Ariel tertegun. “Selain kamu, siapa yang bisa bawa aku pergi?”Jodhiva meletakkan sebutir telur ayam di atas piring Ariel. “Bagaimana kalau bukan aku?”Ariel menggigit bibirnya. “Lain kali aku nggak bakal minum sebanyak ini lagi.”Ketika melihat Ariel sedang merenung kesalahannya, Jodhiva pun tertawa. “Kamu cukup tulus ketika mengakui kesalahanmu.”Ariel mengupas kulit telur. “Semalam … aku nggak ngawur, ‘kan?”Jodhiva mengiakan. “Sedikit.”Ariel merasa syok, spontan mengangkat kepalanya. “Apa yang aku katakan?”Jodhiva tidak menjawab, melainkan mempermainkannya. “Coba pikir sendiri.”Ariel berpikir dalam waktu lama. Sepertinya dia ingat dengan apa yang dikatakannya semalam. ‘Jody, aku sangat menyukaimu.’Tiba-tiba kedua mata Ariel terbelalak lebar. Dia menutup wajah meronanya. Apa? Dia malah mengutarakan perasaannya di saat sedang mabuk?Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Sudah ingat?”“Ergh … aku … aku mabuk.” Sekarang Ariel tidak sanggup mengatakannya lagi.Jodhiva membungkukkan tu
Yogi mengangkat kelopak matanya, lalu memalingkan kepalanya. “Masalah itu nggak ada hubungannya sama kamu.”Mengenai masalah dua orang wanita pendamping itu, Yogi tahu semua itu adalah ide Ariel.Ariel memang arogan, tapi dia tidak jahat hingga berencana menghancurkan reputasi seseorang. Sebenarnya Ariel dan dua wanita pendamping itu juga masuk jebakan orang lain.Ide buruk Ariel kebetulan melancarkan rencana orang lain. Itulah sebabnya setelah masalah terekspos, Yogi pun dijuluki sebagai “buaya darat”.Hanya saja, semuanya sudah berlalu lama. Yogi juga sudah tidak mempermasalahkannya lagi dan sudah tidak ada lagi “dendam” di hatinya.Beberapa saat kemudian, tidak lagi kedengaran suara Ariel, Yogi pun menatapnya.Ariel sedang tertidur bersandar di atas meja. Entah sejak kapan Ariel ketiduran? Sepertinya suara ribut di samping tidak bisa mengganggu tidurnya.Tatapan Yogi tertuju pada wajah Ariel. Dulu saat pertama kali bertemu dengan Ariel di Pulau Persia, dia merasa Ariel sungguh mirip
“Apa aku masih sanggup untuk menggendongnya?”Jerremy mencubit pipinya. “Kamu malah menghina putrimu?”Dacia menepis tangan Jerremy, lalu menurunkan kelopak matanya. “Aku takut setelah aku pulang nanti, dia nggak mengenaliku lagi. Menurutmu, apa aku egois sekali?”Jerremy menggenggam tangan Dacia. “Setelah kita pulang nanti, kita akan luangkan waktu kita untuk temani dia.”Ketika Daniel melihat mereka, dia pun tersenyum. “Kalian sudah kembali.”“Ayah, apa yang lagi kamu lakukan?”“Haih, Ayah lagi tidak ada kerjaan. Jadi, Ayah cari kegiatan.” Daniel menggantung hadiah di atas pohon Natal. “Dulu ibuku tidak suka hal-hal seperti ini. Aku pun tidak ada kesempatan untuk menghias pohon Natal.”Dacia memutar bola matanya. Pada malam hari Natal sebelumnya, Lidya tidak suka Daniel membeli barang-barang seperti ini. Pernah sekali, demi menyenangkan Dacia dan Charles, Daniel pernah menghias rumah. Namun, Lidya malah murka setelah melihatnya. Dia bahkan menyuruh pelayan untuk mencabut semua hiasan
“Kamu memang cerewet.” Jerremy bersandar di bangku. “Kalau bukan karena Ibu bilang kamu lagi mengandung, aku juga tidak bakal kemari.”Usai berbicara, Jerremy melihat ke sisi Jules. “Ibuku dan ayahku sangat menyayangi Jessie. Sekarang dia sedang mengandung, kalau kamu berani membuatnya sedih, kami tidak akan melepaskanmu.”Jules tersenyum. “Tenang saja, dengan adanya contoh Kak Jerry sebelumnya, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.”Jerremy terdiam membisu. Jules malah menyindirnya?Jerremy makan siang bersama dengan mereka. Sebenarnya setelah Jessie datang, Silvia berpesan kepada koki rumah untuk menyesuaikan masakan sesuai kebiasaan lidah Jessie.Jerremy melihat makanan di atas meja. Dia tidak berbicara apa-apa. Hanya saja, dari detail, dapat diketahui bahwa Keluarga Tanzil memperlakukan adiknya dengan baik.Silvia masih bersikap ramah seperti biasanya. “Apa makan siang hari ini sesuai dengan seleramu? Apa kamu mau minta yang lain?”Belum sempat Jerremy menjawab, Jessie dul
Carly berkata, lalu memalingkan kepala melihat ke sisi Dacia. “Kamu juga nggak usah ladeni dia. Dia sudah terbiasa untuk dikelilingi orang-orang. Tentu saja dia merasa kesal karena dikucilkan. Semuanya akan baik-baik saja nanti.”Dacia mengangguk dengan tersenyum.Pada saat yang sama, di Kediaman Keluarga Tanzil.Sebuah mobil berhenti di depan gerbang. Jerremy menuruni mobil dengan membawa hadiah. Dia berjalan ke dalam halaman. Kebetulan Kimin berjalan keluar rumah. “Tuan Jerry, ya?”Jerremy mengangguk. “Sebelah sini.” Kimin memiringkan tubuhnya, lalu membuat isyarat tangan mempersilakan.Jerremy memasuki vila. Silvia dan Hengky sedang duduk di dalam ruang tamu. Setelah mengetahui kabar abangnya Jessie hendak berkunjung ke rumah, mereka pun sudah mempersiapkan semuanya dari awal.Kimin membawa Jerremy memasuki vila. Silvia berdiri sembari tersenyum padanya. “Apa kamu itu kakaknya Jessie? Ayo, silakan duduk.”Jerremy duduk, lalu meletakkan kotak hadiah di atas meja. “Ibuku tidak ada wa
“Apa kamu merasa sangat puas sekarang?”Dacia mengerutkan keningnya. Belum sempat dia mengatakan sesuatu, Jane langsung mencengkeram kerah pakaiannya. “Gara-gara kamu, aku dikucilkan sama mereka. Apa kamu puas sekarang?”Dacia menepis tangannya, lalu mendorongnya. “Apa hubungannya sama aku?”“Sejak awal, kamu terus membohongiku. Kamu dan suamimu sudah bersekongkol. Kalau nggak, mana mungkin dia akan datang? Kalau bukan karena kalian, mana mungkin mereka akan pergi? Semua ini salah kalian!”Jane melampiaskan semua amarah ke diri Dacia.Dacia tidak ingin menghiraukannya, hendak berjalan pergi.Jane malah menyeret Dacia, tidak membiarkan dia pergi. “Hari ini kamu mesti jelasin ke aku. Kalau nggak, aku nggak akan lepasin kamu!”Pada saat ini, Carly datang. “Jane, apa yang lagi kamu lakukan?” Carly pergi mendorong Jane. “Apa kamu sudah gila?”Jane mendorongnya. “Aku gila? Kita sudah berteman selama delapan tahun. Apa kamu melupakannya? Aku sudah minta maaf juga. Apa lagi yang kalian inginka